Sunday, June 13, 2021

Harry Aveling dan Sastra Indonesia

Susi Ivvaty
kompas-cetak.com
 
Harry George Aveling (64) masih berusia delapan tahun ketika bibinya menunjukkan peta Borneo (Kalimantan) kepadanya. Bibi berharap ia menjadi pendakwah agama di pulau itu. "Saya akhirnya malah menjadi pendakwah budaya Indonesia untuk orang Australia, he-he-he."
 
Di Indonesia, Harry dikenal sebagai pemerhati dan peneliti kesusastraan Indonesia sejak tahun 1970-an. Belakangan, lelaki kelahiran Sydney, Australia, 30 Maret 1942, itu juga dikenal sebagai pakar dalam penerjemahan sastra. Tak mengherankan jika kalimat-kalimat dalam bahasa Indonesia yang meluncur dari mulutnya terstruktur sangat rapi.
 
Harry melihat Indonesia sebagai negara tetangga yang menarik. Begitu dekat namun sangat berbeda. "Saya tidak tahu apa-apa tentang Indonesia dan begitu pula kebanyakan orang Australia. Itulah mengapa saya tertarik ingin memperkenalkan Indonesia kepada Australia," ujarnya ketika ditemui menjelang acara diskusi di Bentara Budaya Jakarta pekan pertama Mei lalu.
 
Terhadap sastra Indonesia, Harry mengaku langsung jatuh cinta pada perkenalan pertama. Itu pula alasan yang membuat ia selalu kembali dan kembali ke Indonesia. Jika banyak orang mempelajari Indonesia lewat catatan sejarah atau politik, Harry memilih sastra.
 
"Cita-cita dan harapan orang Indonesia lebih tertangkap lewat sastra. Saya lebih intim bergumul dengan sastra. Lewat sastra, saya bisa merasakan Indonesia," ujar bapak tiga anak dan kakek dua cucu ini.
 
Sesudah Gestapu
 
Seusai lulus kuliah Indonesian and Malayan Studies di University of Sydney hingga gelar master pada tahun 1966, Harry memutuskan "turun gunung". Ia bersama sembilan kawan peminat studi Indonesia mengunjungi Indonesia dan Malaysia.
 
"Waktu itu sesudah Gestapu, dan keadaan masih kacau," kata Harry yang waktu itu berstatus dosen di Monash University, Melbourne.
 
Tahun 1970, Harry untuk pertama kali mengajar sastra bandingan di Universitas Indonesia, meski hanya enam bulan. Ia juga mengajar di Universiti Sains Malaysia, Penang, tahun 1972-1975.
 
Persentuhannya dengan sastra Indonesia menuntun Harry ke Taman Ismail Marzuki, tempat para sastrawan biasa berkumpul waktu itu. Di sana ia banyak berdiskusi dengan Rendra, Sutardji Calzoum Bachri, Abdul Hadi, Goenawan Mohammad, juga Toeti Heraty.
 
Harry menyatakan kekagumannya terhadap karya-karya sastrawan yang ketika itu masih muda-muda. Ia menilai, perasaan kesenimanan mereka sangat menonjol. "Perasaan yang ingin serba bebas, namun tanpa saling menyakiti sesama. Perasaan kesenimanan itu membuat mereka mampu mempertanyakan segala hal," katanya.
 
Harry kemudian mulai membicarakan keunikan masing-masing sastrawan. Rendra, misalnya, dinilainya mempunyai cara yang istimewa untuk mengusung emosi atas segala hal, termasuk komitmennya terhadap perubahan sosial. "Ini masalah sensitivitas," ujarnya.
 
Terhadap Sutardji, Harry menilai, kekuatannya ada pada kejutan-kejutan yang dicipta. "Sutardji itu gila. Dia selalu dinamis dan berubah, tidak dapat ditebak. Puisinya dianggap aneh. Padahal, bunyi-bunyi puisi itu menarik di tengah-tengah puisi yang merdu dan indah".
 
Pada tahun 1996, Harry sempat dicekal masuk ke Indonesia. Ia berada di Bandara Ngurah Rai sekitar 15 menit sebelum dideportasi kembali ke Australia. Banyak orang menduga, Harry dicekal karena berkawan akrab dengan Pramoedya Ananta Toer dan menerjemahkan karya-karyanya pula ke dalam bahasa Inggris. "Padahal, sebagai perantara sastra budaya, saya semestinya netral. Saya tidak terlibat politik praktis," ujarnya.
 
Pergulatan Harry dengan sastra Indonesia telah menghasilkan banyak sekali karya, semisal buku-buku dan karya penerjemahan. A Thematic History of Indonesian Poetry adalah buku pertama Harry tentang puisi Indonesia yang diterbitkan Northern Illinois University tahun 1974. Setelah itu, sejumlah buku pun dia tulis, seperti Sastra Indonesia, Terlibat atau Tidak (1986), Secrets Need Words: Indonesian Poetry 1966-1998 (2001) yang versi Indonesianya menjadi Rahasia Membutuhkan Kata (2003), juga Rumah Sastra Indonesia (2002).
 
Ia juga telah menerjemahkan sejumlah karya sastra Indonesia ke dalam bahasa Inggris. Tersebutlah karya-karya Pramoedya Ananta Toer seperti Gadis Pantai (novel), Perburuan (novel), dan Cerita dari Blora (cerpen). Juga karya Dorothea Rosa Herliany, seperti Santa Rosa; karya Danarto, seperti Abrakadabra; karya Dewi Lestari, seperti Supernova (dalam proses).
 
Berbeda dan berubah
 
Harry menilai, sastra Indonesia saat ini mengalami perkembangan, terutama setelah masa reformasi. "Dulu, dunia kreatif itu ada di atas gunung, merasakan angin, daun yang jatuh. Sekarang ini, budaya urban yang menonjol. Sama ketika membandingkan Jakarta dulu dan sekarang, sangat berbeda. Sekarang ini zaman small, MTV, dan membentuk budaya global ala Indonesia."
 
Sastra terjemahan juga mengalami pergeseran. Saat ini, banyak sekali bermunculan penerjemah sastra, tidak peduli siapa mereka dan seberapa besar kemampuannya. Dan karena terlalu dikejar-kejar target, mereka tidak mempunyai waktu untuk merevisi. Masalah budaya, ideologi, dan poetika yang ada di balik bahasa menjadi kerap terabaikan.
 
"Gaji seorang penerjemah itu kecil, makanya mereka mau saja disuruh terus menerjemahkan," ujar Harry. Maka, Harry pun makin ingin terus membagi pengetahuannya. "Saya ingin selalu kembali ke Indonesia, sharing mengenai translation studies dengan penerjemah Indonesia," ujarnya.
***

http://sastra-indonesia.com/2009/05/harry-aveling-dan-sastra-indonesia/

No comments:

Post a Comment

A. Anzieb A. Muttaqin A. Qorib Hidayatullah A. Rifqi Hidayat A. Rodhi Murtadho A. Syauqi Sumbawi A.J. Susmana A.S. Laksana A'yat Khalili Abdul Hadi WM Abdul Hopid Abdul Kirno Tanda Abdul Wachid B.S. Acep Zamzam Noor Afrizal Malna Aguk Irawan MN Agus B. Harianto Agus Dermawan T. Agus Noor Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Sri Danardana Agus Sunyoto Agus Wibowo Agusri Junaidi Ahda Imran Ahid Hidayat Ahmad Muchlish Amrin Ahmadun Yosi Herfanda Ajip Rosidi Akhmad Sekhu Akhudiat Ali Audah Alim Bakhtiar Alunk Estohank Amien Kamil Amien Wangsitalaja Aming Aminoedhin Amir Hamzah Ana Mustamin Andhika Mappasomba Andi Achdian Andrenaline Katarsis Anjrah Lelono Broto Anton Wahyudi Anwar Holid Aprinus Salam Arafat Nur Ardy Kresna Crenata Arie MP Tamba Arief Budiman Ariel Heryanto Arif Wibowo Arman A.Z. Arsyad Indradi Aryadi Mellas Aryo Bhawono Asap Studio Asarpin Asep Rahmat Hidayat Asep Sambodja Aulia A Muhammad Awalludin GD Mualif B Kunto Wibisono Badaruddin Amir Balada Bambang Kempling Bambang Soebendo Banjir Bandang Beni Setia Benny Arnas Benny Benke Berita Berita Duka Bernando J. Sujibto Binhad Nurrohmat Boy Mihaballo Budaya Budi Darma Budi P. Hatees Bustan Basir Maras Catatan Cerbung Cerpen Chairil Gibran Ramadhan D. Zawawi Imron D.N. Aidit Daisy Priyanti Dandy Bayu Bramasta Daniel Dhakidae Dareen Tatour Dea Anugrah Dedy Sufriadi Dedy Tri Riyadi Deni Ahmad Fajar Deni Jazuli Denny JA Denny Mizhar Desti Fatin Fauziyyah Dewi Sartika Dhanu Priyo Prabowo Dharmadi Diah Budiana Dian Hartati Didin Tulus Djoko Pitono Djoko Saryono Donny Anggoro Dwi Pranoto Echa Panrita Lopi Eddi Koben Edy A Effendi Edy Firmansyah Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Darmoko Eko Faizin Emha Ainun Nadjib Enda Menzies Erlina P. Lestari Erwin Dariyanto Esai Esti Ambirati Evi Idawati Evi Sefiani F. Daus AR F. Rahardi Fahrudin Nasrulloh Faisal Kamandobat Fajar Alayubi Fakhrunnas MA Jabbar Fandy Hutari Farah Noersativa Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Faza Bina Al-Alim Felix K. Nesi Ferdian Ananda Majni Fian Firatmaja Gampang Prawoto Gema Erika Nugroho Goenawan Mohamad Gola Gong Gombloh Grathia Pitaloka Gunawan Budi Susanto Gunawan Maryanto Gus Noy H.B. Jassin Hairus Salim Hamka Hamsad Rangkuti Hari Murti Haris Firdaus Harry Aveling Hasan Aspahani Hasif Amini HE. Benyamine Hendri Yetus Siswono Herman Syahara Hermien Y. Kleden Holy Adib Huda S Noor Hudan Hidayat Hudan Nur Humam S Chudori Husni Hamisi I G.G. Maha Adi Iberamsyah Barbary Ida Fitri Idealisa Masyrafina Idrus Ignas Kleden Ikarisma Kusmalina Ike Ayuwandari Ilham Ilham Khoiri Imam Cahyono Imam Muhayat Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Tohari Indria Pamuhapsari Indrian Koto Irfan Sholeh Fauzi Isbedy Stiawan Z.S. J.J. Kusni Jadid Al Farisy Jajang R Kawentar Jakob Oetama Jalaluddin Rakhmat Jansen H. Sinamo Joni Ariadinata K.H. Bisri Syansuri K.H. M. Najib Muhammad Kahfi Ananda Giatama Kahfie Nazaruddin Kho Ping Hoo Kika Dhersy Putri Kitab Para Malaikat Kritik Sastra Kucing Oren Kunni Masrohanti Kuswinarto L.K. Ara Lagu Laksmi Shitaresmi Lan Fang Latief S. Nugraha Leila S. Chudori Leo Tolstoy Leon Agusta Lesbumi Yogyakarta Lily Yulianti Farid Linda Christanty Linda Sarmili Lukisan Lutfi Mardiansyah Luwu Utara M. Aan Mansyur M. Faizi M. Raudah Jambak M. Shoim Anwar M.D. Atmaja M’Shoe Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Majene Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mamasa Mamuju Mardi Luhung Marhalim Zaini Maroeli Simbolon Martin Aleida Masamba Mashuri Media KAMA_PO Melani Budianta Mihar Harahap Misbahus Surur Mochtar Lubis Moh. Jauhar al-Hakimi Mohammad Afifi Mohammad Yamin Much. Khoiri Muhammad Fauzi Muhammad Muhibbuddin Muhammad Ridwan Muhammad Subarkah Muhammad Walidin Muhammad Yasir Muhyiddin Mukhsin Amar Munawir Aziz Musa Ismail Mustamin Almandary N Teguh Prasetyo Nadine Gordimer Nara Ahirullah Nelson Alwi Nikita Mirzani Nirwan Ahmad Arsuka Nizar Qabbani Nugroho Sukmanto Nurani Soyomukti Nurel Javissyarqi Nuruddin Asyhadie Nurul Komariyah Ocehan Onghokham Otto Sukatno CR Pamela Allen Pameran Parakitri T. Simbolon Pelukis Pendidikan Penggalangan Dana Peta Provinsi Sulawesi Barat Polewali Pondok Pesantren Al-Madienah Pondok Pesantren Salafiyah Karossa Pramoedya Ananta Toer Pramuka Prasetyo Agung Pringadi AS Pringgo HR Priska Prosa Pudyo Saptono Puisi Puput Amiranti N Pustaka Ilalang PUstaka puJAngga Putu Fajar Arcana Putu Setia Putu Wijaya R Sutandya Yudha Khaidar R. Timur Budi Raja Radhar Panca Dahana Raedu Basha Ragdi F. Daye Rahmadi Usman Rahmat Sudirman Rahmat Sutandya Yudhanto Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rama Prabu Ratnani Latifah Raudal Tanjung Banua Reiny Dwinanda Remy Sylado Resensi Riadi Ngasiran Rian Harahap Ribut Wijoto Rida K Liamsi Riki Fernando Rofiqi Hasan Ronny Agustinus Rozi Kembara Rusydi Zamzami Rx King Motor S Yoga S. Jai Sabrank Suparno Safar Nurhan Saini K.M. Sajak Salman Rusydie Anwar Salman S Yoga Samsul Anam Sapardi Djoko Damono Sapto Hoedojo Sasti Gotama Sastra Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sejarah Seni Rupa Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sirajudin Siswoyo Sitok Srengenge Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sonia Sosiawan Leak Sukitman Sulawesi Selatan Sunaryono Basuki Ks Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Suriali Andi Kustomo Suryanto Sastroatmodjo Susi Ivvaty Susianna Sutan Takdir Alisjahbana Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Syaifuddin Gani Syamsudin Noer Moenadi Syihabuddin Qalyubi Syu’bah Asa Tari Bamba Manurung Tari Bulu Londong Tari Ma’Bundu Tari Mappande Banua Tari Patuddu Tari Salabose Daeng Poralle Tari Sayyang Pattuqduq Tari Toerang Batu Tata Chacha Tatan Daniel Taufik Ikram Jamil Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teater Teddi Muhtadin Teguh Setiawan Pinang Teguh Winarsho AS Tenas Effendy Tengsoe Tjahjono Tenni Purwanti Tito Sianipar Tjahjono Widijanto Toeti Heraty Tosiani Tri Wahono Udin Badruddin Udo Z. Karzi Umar Fauzi Ballah Umar Kayam Umbu Landu Paranggi Usman Arrumy UU Hamidy Uwell's King Shop Uwell's Setiawan W.S. Rendra Wahib Muthalib Wahyudi Akmaliah Muhammad Wan Anwar Wawancara Wayan Sunarta Welly Kuswanto Wicaksono Wicaksono Adi Wilson Nadeak Wisata Yohanes Sehandi Yonatan Raharjo Yopie Setia Umbara Yosephine Maryati Yudhis M. Burhanudin Yukio Mishima Yurnaldi Zamakhsyari Abrar