Monday, June 21, 2021

7 Hari Kepergian Pramoedya Ananta Toer

Mendambakan Pemimpin Muda
 
Susianna
suarakarya-online.com
 
Tujuh hari sudah sastrawan legendaris Pramoedya Ananta Toer menghembuskan nafas terakhir dalam usia 81 tahun, tepatnya pada Minggu (30/4) lalu di rumahnya bilangan Utan Kayu, Jakarta Timur. Berita meninggalnya sastrawan kelahiran Blora, Jawa Tengah, 6 Februari 1925 ini, menjadi perhatian dunia, yang seakan ikut menangis kehilangan seorang calon nominasi penerima hadiah Nobel.
 
“Saya lihat di internet, hampir semua surat kabar terkemuka mancanegara menulis berita kepergian Pram. Antara lain, Washington Post, New York Times, dan kantor berita terkenal seperti AFP, AP, Reuter, termasuk BBC London juga mengulas karyanya,” papar Eka Budianta, sastrawan yang sangat dekat dengan almarhum.
 
Sejak Pram dirawat di RS St Carolus hingga dimakamkan di TPU Karet Bivak, Jakata Pusat, sepertinya pers Indonesia, baik media cetak maupun elektronik tidak mau kebobolan berita tentang kepergian sastrawan kondang ini. Berbeda di zaman Orde Baru, nama Pramoedya merupakan alergi bagi pers nasional. Sebagai mantan tapol/napol yang pernah dipenjara di Pulau Buru, Pram dikenal aktif dalam organisasi Lekra (Lembaga Kebudayaan Rakyat) yang bernaung di bawah Partai Komunis Indonesia (PKI).
 
Dalam buku “Mendengar Pramoedya” yang ditulis Eka Budianta dan diluncurkan pada HUT ke-80 Pram, 6 Februari 2005 lalu, Eka mengungkapkan, seorang karyawan universitas di Yogyakarta dihukum 8 tahun penjara ketika mengadakan diskusi tentang buku “Bumi Manusia” karya Pram. “Padahal seluruh dunia mengakui karya Pram yang telah diterjemahkan ke dalam 40 bahasa,” ujar konsultan pembangunan dan kolumnis majalah Trubus itu.
 
Sebelum meninggal, Pram menulis dua pesan kepada Eka. Pertama, perhatikan materi geografi Tanah Air sebagai kekayaan bangsa Indonesia. Kedua, adakan Kongres Pemuda agar muncul sosok pemuda yang siap tampil menjadi pemimpin. Anak muda, kata Pram, adalah mahkota setiap bangsa yang paling dicintai. Tak heran, banyak kalangan anak muda melayat dan hadir ke pemakaman Pram.
 
“Sekarang kita tunggu dengan berdebar-debar setelah Pram meninggal, apakah dukungannya itu surut atau makin maju. Kita tidak tahu sejak 2-3 tahun terakhir ini, banyak pendukung Pram yang sangat peduli pada kemanusiaan,” ujar Eka yang rajin berdiskusi dengan almarhum.
 
ka menilai, Pram adalah orang yang paling mencintai Indonesia secara tulus. Eka pernah bertanya: “Pram, apakah perlu kita memikirkan begitu serius tempat-tempat lain di luar yang kita ketahui.”
 
Pram menjawab, “Papua, Aceh dan tempat-tempat lain, saya pikirkan senti demi senti.”
 
Itulah sebabnya Pram bisa membuat Ensiklopedi Indonesia yang lengkap, dikerjakan sendiri. Namun kepergian Pram masih menyisakan tugas yang terbengkalai menulis Kamus Geografi Indonesia.
 
Semasa hayatnya, Pram menulis lebih dari 50 buku, dan sejumlah cerpen serta artikel lainnya. Salah satu karyanya yang tercatat sebagai novel besar adalah “Bumi Manusia”, tetapi dilarang beredar. Menurut Eka, tidak ada satu pun novel di Indonesia dan Asia Tenggara yang bisa menandingi novel tersebut, khususnya dari segi isi dan penggalian informasi. Nyatanya, banyak di antara karya Pram, termasuk yang dilarang terbit, memperoleh penghargaan dari luar negeri. Di antaranya Ramon Magsaysay (19 Juli 1995). Namun ada yang protes, antara lain Mochtar Lubis (alm), penandatangan Manifes Kebudayaan (Manikebu) yang juga pernah penerima hadiah yang sama. (Manikebu lahir 17 Agustus 1963, kemudian dibubarkan oleh Presiden Soekarno lewat pengumuman di RRI, 18 Mei 1964).
 
Eka pernah bertanya kepada Mochtar Lubis atas penolakan itu. Jawab Mochtar, ia menyesalkan panitia tidak melihat masa lalu Pram yang pernah mengganyang orang-orang Manikebu.
 
Karya Inspiratif
 
Kritikus sastra HB Jassin memberi catatan pada novelet “Keluarga Gerilya” karya Pram dalam cetakan ke-3 (1952), bahwa buku ini adalah suatu analisa jiwa revolusi yang murni dan merupakan suatu dokumentasi manusia Indonesia dalam mencapai kemerdekaannya.
 
Ditegaskan Jassin, buku ini menggambarkan ketelitian observasi dan pengetahuan Pram mengenai kesejarahan, semangat zaman, keadaan di front, jalannya pertempuran, dan cara tentara Belanda melakukan hukuman mati terhadap pahlawan pejuang kita dan sebagainya. Disimpulkan Jassin, “Keluarga Gerilya” adalah suatu pustaka yang bernilai sastra.
 
Dalam buku “Apa dan Siapa” (disusun majalah “Tempo), dalam catatan tentang sosok HB Jassin, novel “Bumi Manusia” dinilai tidak mengandung hal-hal yang melanggar hukum. Pelarangan terhadap buku itu, menurut Jassin, lebih banyak karena ditulis oleh bekas tokoh Lekra. (Bersama 19 seniman lainnya, Jassin ikut menandatangani Manikebu).
 
Cerpenis kondang Hamsad Rangkuti (63 tahun) menilai, Pram adalah sastrawan besar Indonesia. Cerpen-cerpen dan novelnya sangat inspiratif hingga mampu memberikan inspirasi kepada pengarang. “Saya tidak melihat karyanya mengandung politik, walaupun orangnya politik. Karangannya bercerita tentang manusia,” ujar Hamsad yang mengaku sudah membaca karya Pram sejak di bangku SMP.
 
Lain halnya cerpenis Gerson Poyk (75 tahun), salah seorang penandatangan Manikebu, justru mengingatkan perlunya berhati-hati atas tumbuhnya bibit-bibit berbahaya dalam novel Pram yang sepertinya menebarkan kebencian terhadap militer, kebencian terhadap orang kaya dan sebagainya. Ini dibuktikan dengan mengalunnya lagu “Internationale” yang dilantunkan anak-anak muda ketika pemakaman Pram. Terlepas dari itu, Gerson berpendapat bahwa dugaan ini masih perlu didiskusikan dan diteliti secara mendalam.
 
Sejak duduk di bangku SMP, Gerson sudah membaca karya Pram. Di antaranya yang cukup menarik perhatian Gerson adalah saat Pram mengusulkan supaya kapal angkatan laut membawa sastrawan keliling Indonesia untuk mengenal tanah airnya. “Saya sangat tertarik dan itulah sebabnya saya suka keliling Indonesia,” ujar Gerson sambil tersenyum.
 
Dunia berduka karena kepergian Pram. Segores tinta emas pun telah digoreskan Pram di blantika sastra Indonesia. “Mengarang adalah tugas nasional bagi saya. Akibat dari pengalaman yang panjang, maka saya katakan, mengarang adalah profesi. Saya hidup dan mau karena mengarang dan saya konsekuen terhadap akibat yang saya peroleh,” kata Pram dalam buku “Mendengar Pramoedya”. Selamat jalan Pram!
***

http://sastra-indonesia.com/2010/09/mendambakan-pemimpin-muda/

No comments:

Post a Comment

A. Anzieb A. Muttaqin A. Qorib Hidayatullah A. Rifqi Hidayat A. Rodhi Murtadho A. Syauqi Sumbawi A.J. Susmana A.S. Laksana A'yat Khalili Abdul Hadi WM Abdul Hopid Abdul Kirno Tanda Abdul Wachid B.S. Acep Zamzam Noor Afrizal Malna Aguk Irawan MN Agus B. Harianto Agus Dermawan T. Agus Noor Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Sri Danardana Agus Sunyoto Agus Wibowo Agusri Junaidi Ahda Imran Ahid Hidayat Ahmad Muchlish Amrin Ahmadun Yosi Herfanda Ajip Rosidi Akhmad Sekhu Akhudiat Ali Audah Alim Bakhtiar Alunk Estohank Amien Kamil Amien Wangsitalaja Aming Aminoedhin Amir Hamzah Ana Mustamin Andhika Mappasomba Andi Achdian Andrenaline Katarsis Anjrah Lelono Broto Anton Wahyudi Anwar Holid Aprinus Salam Arafat Nur Ardy Kresna Crenata Arie MP Tamba Arief Budiman Ariel Heryanto Arif Wibowo Arman A.Z. Arsyad Indradi Aryadi Mellas Aryo Bhawono Asap Studio Asarpin Asep Rahmat Hidayat Asep Sambodja Aulia A Muhammad Awalludin GD Mualif B Kunto Wibisono Badaruddin Amir Balada Bambang Kempling Bambang Soebendo Banjir Bandang Beni Setia Benny Arnas Benny Benke Berita Berita Duka Bernando J. Sujibto Binhad Nurrohmat Boy Mihaballo Budaya Budi Darma Budi P. Hatees Bustan Basir Maras Catatan Cerbung Cerpen Chairil Gibran Ramadhan D. Zawawi Imron D.N. Aidit Daisy Priyanti Dandy Bayu Bramasta Daniel Dhakidae Dareen Tatour Dea Anugrah Dedy Sufriadi Dedy Tri Riyadi Deni Ahmad Fajar Deni Jazuli Denny JA Denny Mizhar Desti Fatin Fauziyyah Dewi Sartika Dhanu Priyo Prabowo Dharmadi Diah Budiana Dian Hartati Didin Tulus Djoko Pitono Djoko Saryono Donny Anggoro Dwi Pranoto Echa Panrita Lopi Eddi Koben Edy A Effendi Edy Firmansyah Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Darmoko Eko Faizin Emha Ainun Nadjib Enda Menzies Erlina P. Lestari Erwin Dariyanto Esai Esti Ambirati Evi Idawati Evi Sefiani F. Daus AR F. Rahardi Fahrudin Nasrulloh Faisal Kamandobat Fajar Alayubi Fakhrunnas MA Jabbar Fandy Hutari Farah Noersativa Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Faza Bina Al-Alim Felix K. Nesi Ferdian Ananda Majni Fian Firatmaja Gampang Prawoto Gema Erika Nugroho Goenawan Mohamad Gola Gong Gombloh Grathia Pitaloka Gunawan Budi Susanto Gunawan Maryanto Gus Noy H.B. Jassin Hairus Salim Hamka Hamsad Rangkuti Hari Murti Haris Firdaus Harry Aveling Hasan Aspahani Hasif Amini HE. Benyamine Hendri Yetus Siswono Herman Syahara Hermien Y. Kleden Holy Adib Huda S Noor Hudan Hidayat Hudan Nur Humam S Chudori Husni Hamisi I G.G. Maha Adi Iberamsyah Barbary Ida Fitri Idealisa Masyrafina Idrus Ignas Kleden Ikarisma Kusmalina Ike Ayuwandari Ilham Ilham Khoiri Imam Cahyono Imam Muhayat Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Tohari Indria Pamuhapsari Indrian Koto Irfan Sholeh Fauzi Isbedy Stiawan Z.S. J.J. Kusni Jadid Al Farisy Jajang R Kawentar Jakob Oetama Jalaluddin Rakhmat Jansen H. Sinamo Joni Ariadinata K.H. Bisri Syansuri K.H. M. Najib Muhammad Kahfi Ananda Giatama Kahfie Nazaruddin Kho Ping Hoo Kika Dhersy Putri Kitab Para Malaikat Kritik Sastra Kucing Oren Kunni Masrohanti Kuswinarto L.K. Ara Lagu Laksmi Shitaresmi Lan Fang Latief S. Nugraha Leila S. Chudori Leo Tolstoy Leon Agusta Lesbumi Yogyakarta Lily Yulianti Farid Linda Christanty Linda Sarmili Lukisan Lutfi Mardiansyah Luwu Utara M. Aan Mansyur M. Faizi M. Raudah Jambak M. Shoim Anwar M.D. Atmaja M’Shoe Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Majene Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mamasa Mamuju Mardi Luhung Marhalim Zaini Maroeli Simbolon Martin Aleida Masamba Mashuri Media KAMA_PO Melani Budianta Mihar Harahap Misbahus Surur Mochtar Lubis Moh. Jauhar al-Hakimi Mohammad Afifi Mohammad Yamin Much. Khoiri Muhammad Fauzi Muhammad Muhibbuddin Muhammad Ridwan Muhammad Subarkah Muhammad Walidin Muhammad Yasir Muhyiddin Mukhsin Amar Munawir Aziz Musa Ismail Mustamin Almandary N Teguh Prasetyo Nadine Gordimer Nara Ahirullah Nelson Alwi Nikita Mirzani Nirwan Ahmad Arsuka Nizar Qabbani Nugroho Sukmanto Nurani Soyomukti Nurel Javissyarqi Nuruddin Asyhadie Nurul Komariyah Ocehan Onghokham Otto Sukatno CR Pamela Allen Pameran Parakitri T. Simbolon Pelukis Pendidikan Penggalangan Dana Peta Provinsi Sulawesi Barat Polewali Pondok Pesantren Al-Madienah Pondok Pesantren Salafiyah Karossa Pramoedya Ananta Toer Pramuka Prasetyo Agung Pringadi AS Pringgo HR Priska Prosa Pudyo Saptono Puisi Puput Amiranti N Pustaka Ilalang PUstaka puJAngga Putu Fajar Arcana Putu Setia Putu Wijaya R Sutandya Yudha Khaidar R. Timur Budi Raja Radhar Panca Dahana Raedu Basha Ragdi F. Daye Rahmadi Usman Rahmat Sudirman Rahmat Sutandya Yudhanto Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rama Prabu Ratnani Latifah Raudal Tanjung Banua Reiny Dwinanda Remy Sylado Resensi Riadi Ngasiran Rian Harahap Ribut Wijoto Rida K Liamsi Riki Fernando Rofiqi Hasan Ronny Agustinus Rozi Kembara Rusydi Zamzami Rx King Motor S Yoga S. Jai Sabrank Suparno Safar Nurhan Saini K.M. Sajak Salman Rusydie Anwar Salman S Yoga Samsul Anam Sapardi Djoko Damono Sapto Hoedojo Sasti Gotama Sastra Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sejarah Seni Rupa Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sirajudin Siswoyo Sitok Srengenge Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sonia Sosiawan Leak Sukitman Sulawesi Selatan Sunaryono Basuki Ks Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Suriali Andi Kustomo Suryanto Sastroatmodjo Susi Ivvaty Susianna Sutan Takdir Alisjahbana Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Syaifuddin Gani Syamsudin Noer Moenadi Syihabuddin Qalyubi Syu’bah Asa Tari Bamba Manurung Tari Bulu Londong Tari Ma’Bundu Tari Mappande Banua Tari Patuddu Tari Salabose Daeng Poralle Tari Sayyang Pattuqduq Tari Toerang Batu Tata Chacha Tatan Daniel Taufik Ikram Jamil Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teater Teddi Muhtadin Teguh Setiawan Pinang Teguh Winarsho AS Tenas Effendy Tengsoe Tjahjono Tenni Purwanti Tito Sianipar Tjahjono Widijanto Toeti Heraty Tosiani Tri Wahono Udin Badruddin Udo Z. Karzi Umar Fauzi Ballah Umar Kayam Umbu Landu Paranggi Usman Arrumy UU Hamidy Uwell's King Shop Uwell's Setiawan W.S. Rendra Wahib Muthalib Wahyudi Akmaliah Muhammad Wan Anwar Wawancara Wayan Sunarta Welly Kuswanto Wicaksono Wicaksono Adi Wilson Nadeak Wisata Yohanes Sehandi Yonatan Raharjo Yopie Setia Umbara Yosephine Maryati Yudhis M. Burhanudin Yukio Mishima Yurnaldi Zamakhsyari Abrar