Saturday, May 22, 2021

PERANG

D. Zawawi Imron
jawapos.com
 
Dalam sebuah tayangan televisi, saya pernah menyaksikan seekor kijang yang dikejar beberapa ekor harimau di atas padang sabana yang sangat luas. Kijang yang akan dimangsa itu lari sekencang-kencangnya, agar selamat. Tapi si predator tidak kalah kencang. Mungkin karena dipacu oleh kelaparan akhirnya salah seekor harimau itu berhasil menerkam si kijang. Dalam waktu beberapa menit saja tubuh kijang itu sudah tidak bernyawa.
 
Saya merasa ngeri melihat kekerasan yang terjadi dalam dunia kebinatangan. Meskipun, hal yang demikian itu mungkin bisa dianggap wajar karena akal dan perasaan binatang tidak lengkap dan sempurna seperti manusia. Binatang tidak punya belas dan kasih sayang sebagaimana dimiliki oleh manusia.
 
Tetapi, setelah melihat kenyataan, kekerasan yang dilakukan harimau terhadap kijang atau yang dilakukan burung elang terhadap puyuh dan kelinci, ternyata ada yang lebih ganas lagi. Perhatikan film The Killing Filds yang dibintangi Dip Pranh pada 1980-an. Film itu menceritakan pembantaian besar-besaran ketika terjadi perang antara tentara Amerika dengan pejuang Vietnam. Nyawa manusia sudah dianggap tidak berharga dan darah anak cucu Adam menjadi sejenis sampah. Sungguh mengerikan!
 
Pelaku kekerasan yang disebut ”perang” itu tidak lain adalah manusia, makhluk yang secara budaya dianggap punya pikiran cerdas dan perasaan yang mendalam. Pada akhir 1970-an, setelah saya membaca buku-buku tentang filsafat, budaya, dan aneka majalah, saya pikir tidak akan ada perang lagi di dunia ini. Saya yakin, dengan ilmu pengetahuan yang semakin maju dan modern, manusia pasti akan dipandu oleh ilmu dan akal sehatnya untuk menghentikan kebiadaban yang disebut perang. Nyatanya tidak. Ilmu pengetahuan tentang hidup dan kemanusiaan tidak sepenuhnya bisa menyetop perang. Bahkan senjata canggih, mulai senapan mesin sampai bom pemusnah masal masih juga dibuat orang. Negara-negara maju masih terus menggalakkan pabrik senjata baik untuk dipakai sendiri maupun untuk dijual kepada negara-negara yang siap untuk berperang.
 
Hal ini bisa menjadi catatan bahwa istilah ”maju” bagi suatu bangsa atau negara lebih berorientasi kepada kemajuan fisik atau kemakmuran material saja. Kalau istilah maju itu diorientasikan pada peningkatan martabat kemanusiaan yang oleh orang Barat disebut ”humanisme”, tentu saja perang tidak terus berlangsung sampai sekarang.
 
Orang yang memihak kepada nurani kemanusiaan, pasti akan merasa ngeri melihat korban-korban perang, baik yang sudah mati maupun yang terluka. Bisa dibayangkan ngerinya perang. Rakyat sipil yang tidak tahu persoalan tiba-tiba kena letusan bom sehingga salah satu anggota tubuhnya hilang untuk selamanya. Atau seorang anak kecil yang belum berumur 10 tahun, harus kehilangan ibu tercinta di samping ia sendiri harus terbaring di rumah sakit karena salah satu kakinya buntung. Ribuan orang dan anak-anak harus menderita akibat kekerasan dan keganasan manusia. Inilah homo homini lupus, manusia adalah serigala bagi manusia lainnya.
 
Kerja kebudayaan antara lain adalah menanamkan rasa percaya kepada kemanusiaan. Tapi, bagaimana orang percaya kepada kemanusiaan, kalau perang terus berlangsung dan itu dikomando oleh orang-orang cerdik pandai. Bahkan PBB pun tak terlalu didengar oleh para pelaku perang. Pada 1970-an penyair Taufiq Ismail membuat pepatah petitih baru untuk mencermati persidangan PBB.
 
Duduk sama rendah
Berdiri lain-lain tingginya
 
Taufiq seperti menggugat ”hak veto” dalam persidangan PBB yang dirasakan kurang demokratis. Tidak mustahil beberapa persidangan masalah perang di PBB kadang jauh dari rasa keadilan.
 
Perang biasanya ditentukan oleh pemimpin tertinggi dalam satu negara. Kalau seorang kepala negara berjiwa lembut seperti Mahatma Gandhi, barangkali tak begitu banyak terjadi penyerangan terhadap negeri lain. Jiwa Gandhi adalah ”kemanusiaan” yang mengutamakan cinta kasih. Manusia tidak boleh menjadi serigala bagi manusia lainnya.
***

http://sastra-indonesia.com/2009/01/perang-2/

No comments:

Post a Comment

A. Anzieb A. Muttaqin A. Qorib Hidayatullah A. Rifqi Hidayat A. Rodhi Murtadho A. Syauqi Sumbawi A.J. Susmana A.S. Laksana A'yat Khalili Abdul Hadi WM Abdul Hopid Abdul Kirno Tanda Abdul Wachid B.S. Acep Zamzam Noor Afrizal Malna Aguk Irawan MN Agus B. Harianto Agus Dermawan T. Agus Noor Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Sri Danardana Agus Sunyoto Agus Wibowo Agusri Junaidi Ahda Imran Ahid Hidayat Ahmad Muchlish Amrin Ahmadun Yosi Herfanda Ajip Rosidi Akhmad Sekhu Akhudiat Ali Audah Alim Bakhtiar Alunk Estohank Amien Kamil Amien Wangsitalaja Aming Aminoedhin Amir Hamzah Ana Mustamin Andhika Mappasomba Andi Achdian Andrenaline Katarsis Anjrah Lelono Broto Anton Wahyudi Anwar Holid Aprinus Salam Arafat Nur Ardy Kresna Crenata Arie MP Tamba Arief Budiman Ariel Heryanto Arif Wibowo Arman A.Z. Arsyad Indradi Aryadi Mellas Aryo Bhawono Asap Studio Asarpin Asep Rahmat Hidayat Asep Sambodja Aulia A Muhammad Awalludin GD Mualif B Kunto Wibisono Badaruddin Amir Balada Bambang Kempling Bambang Soebendo Banjir Bandang Beni Setia Benny Arnas Benny Benke Berita Berita Duka Bernando J. Sujibto Binhad Nurrohmat Boy Mihaballo Budaya Budi Darma Budi P. Hatees Bustan Basir Maras Catatan Cerbung Cerpen Chairil Gibran Ramadhan D. Zawawi Imron D.N. Aidit Daisy Priyanti Dandy Bayu Bramasta Daniel Dhakidae Dareen Tatour Dea Anugrah Dedy Sufriadi Dedy Tri Riyadi Deni Ahmad Fajar Deni Jazuli Denny JA Denny Mizhar Desti Fatin Fauziyyah Dewi Sartika Dhanu Priyo Prabowo Dharmadi Diah Budiana Dian Hartati Didin Tulus Djoko Pitono Djoko Saryono Donny Anggoro Dwi Pranoto Echa Panrita Lopi Eddi Koben Edy A Effendi Edy Firmansyah Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Darmoko Eko Faizin Emha Ainun Nadjib Enda Menzies Erlina P. Lestari Erwin Dariyanto Esai Esti Ambirati Evi Idawati Evi Sefiani F. Daus AR F. Rahardi Fahrudin Nasrulloh Faisal Kamandobat Fajar Alayubi Fakhrunnas MA Jabbar Fandy Hutari Farah Noersativa Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Faza Bina Al-Alim Felix K. Nesi Ferdian Ananda Majni Fian Firatmaja Gampang Prawoto Gema Erika Nugroho Goenawan Mohamad Gola Gong Gombloh Grathia Pitaloka Gunawan Budi Susanto Gunawan Maryanto Gus Noy H.B. Jassin Hairus Salim Hamka Hamsad Rangkuti Hari Murti Haris Firdaus Harry Aveling Hasan Aspahani Hasif Amini HE. Benyamine Hendri Yetus Siswono Herman Syahara Hermien Y. Kleden Holy Adib Huda S Noor Hudan Hidayat Hudan Nur Humam S Chudori Husni Hamisi I G.G. Maha Adi Iberamsyah Barbary Ida Fitri Idealisa Masyrafina Idrus Ignas Kleden Ikarisma Kusmalina Ike Ayuwandari Ilham Ilham Khoiri Imam Cahyono Imam Muhayat Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Tohari Indria Pamuhapsari Indrian Koto Irfan Sholeh Fauzi Isbedy Stiawan Z.S. J.J. Kusni Jadid Al Farisy Jajang R Kawentar Jakob Oetama Jalaluddin Rakhmat Jansen H. Sinamo Joni Ariadinata K.H. Bisri Syansuri K.H. M. Najib Muhammad Kahfi Ananda Giatama Kahfie Nazaruddin Kho Ping Hoo Kika Dhersy Putri Kitab Para Malaikat Kritik Sastra Kucing Oren Kunni Masrohanti Kuswinarto L.K. Ara Lagu Laksmi Shitaresmi Lan Fang Latief S. Nugraha Leila S. Chudori Leo Tolstoy Leon Agusta Lesbumi Yogyakarta Lily Yulianti Farid Linda Christanty Linda Sarmili Lukisan Lutfi Mardiansyah Luwu Utara M. Aan Mansyur M. Faizi M. Raudah Jambak M. Shoim Anwar M.D. Atmaja M’Shoe Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Majene Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mamasa Mamuju Mardi Luhung Marhalim Zaini Maroeli Simbolon Martin Aleida Masamba Mashuri Media KAMA_PO Melani Budianta Mihar Harahap Misbahus Surur Mochtar Lubis Moh. Jauhar al-Hakimi Mohammad Afifi Mohammad Yamin Much. Khoiri Muhammad Fauzi Muhammad Muhibbuddin Muhammad Ridwan Muhammad Subarkah Muhammad Walidin Muhammad Yasir Muhyiddin Mukhsin Amar Munawir Aziz Musa Ismail Mustamin Almandary N Teguh Prasetyo Nadine Gordimer Nara Ahirullah Nelson Alwi Nikita Mirzani Nirwan Ahmad Arsuka Nizar Qabbani Nugroho Sukmanto Nurani Soyomukti Nurel Javissyarqi Nuruddin Asyhadie Nurul Komariyah Ocehan Onghokham Otto Sukatno CR Pamela Allen Pameran Parakitri T. Simbolon Pelukis Pendidikan Penggalangan Dana Peta Provinsi Sulawesi Barat Polewali Pondok Pesantren Al-Madienah Pondok Pesantren Salafiyah Karossa Pramoedya Ananta Toer Pramuka Prasetyo Agung Pringadi AS Pringgo HR Priska Prosa Pudyo Saptono Puisi Puput Amiranti N Pustaka Ilalang PUstaka puJAngga Putu Fajar Arcana Putu Setia Putu Wijaya R Sutandya Yudha Khaidar R. Timur Budi Raja Radhar Panca Dahana Raedu Basha Ragdi F. Daye Rahmadi Usman Rahmat Sudirman Rahmat Sutandya Yudhanto Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rama Prabu Ratnani Latifah Raudal Tanjung Banua Reiny Dwinanda Remy Sylado Resensi Riadi Ngasiran Rian Harahap Ribut Wijoto Rida K Liamsi Riki Fernando Rofiqi Hasan Ronny Agustinus Rozi Kembara Rusydi Zamzami Rx King Motor S Yoga S. Jai Sabrank Suparno Safar Nurhan Saini K.M. Sajak Salman Rusydie Anwar Salman S Yoga Samsul Anam Sapardi Djoko Damono Sapto Hoedojo Sasti Gotama Sastra Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sejarah Seni Rupa Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sirajudin Siswoyo Sitok Srengenge Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sonia Sosiawan Leak Sukitman Sulawesi Selatan Sunaryono Basuki Ks Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Suriali Andi Kustomo Suryanto Sastroatmodjo Susi Ivvaty Susianna Sutan Takdir Alisjahbana Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Syaifuddin Gani Syamsudin Noer Moenadi Syihabuddin Qalyubi Syu’bah Asa Tari Bamba Manurung Tari Bulu Londong Tari Ma’Bundu Tari Mappande Banua Tari Patuddu Tari Salabose Daeng Poralle Tari Sayyang Pattuqduq Tari Toerang Batu Tata Chacha Tatan Daniel Taufik Ikram Jamil Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teater Teddi Muhtadin Teguh Setiawan Pinang Teguh Winarsho AS Tenas Effendy Tengsoe Tjahjono Tenni Purwanti Tito Sianipar Tjahjono Widijanto Toeti Heraty Tosiani Tri Wahono Udin Badruddin Udo Z. Karzi Umar Fauzi Ballah Umar Kayam Umbu Landu Paranggi Usman Arrumy UU Hamidy Uwell's King Shop Uwell's Setiawan W.S. Rendra Wahib Muthalib Wahyudi Akmaliah Muhammad Wan Anwar Wawancara Wayan Sunarta Welly Kuswanto Wicaksono Wicaksono Adi Wilson Nadeak Wisata Yohanes Sehandi Yonatan Raharjo Yopie Setia Umbara Yosephine Maryati Yudhis M. Burhanudin Yukio Mishima Yurnaldi Zamakhsyari Abrar