Saturday, February 27, 2021

TEMU TEMAN DAN SILATURAHMI INDONESIA

Sebuah Catatan Penyunting dan Pengantar Buku
 
R. Timur Budi Raja
 
I.
Ketika Puji Lestaluhu -kawan saya-, seorang aktivis teater kampus yang kebetulan menjadi salah satu dari kepanitiaan Temu Teater Mahasiswa Nusantara 2008 ini meminta saya untuk menjadi kurator sajak-sajak peserta yang rencananya hendak dibukukan, saya terkejut. “Ya ampun, rasanya saya belum cukup memiliki keberanian!” seru saya, sontak dan ringan. Tapi, Puji, kawan saya itu segera memberi isyarat agar saya diam, sembari menyerahkan setumpuk teks. “Kami tunggu kabar, dan pastikan tiap komunitas dapat ruang satu,” ucapnya. Wah, saya memilih mengiyakan dan tersenyum akhirnya.
 
Terus terang, awalnya saya sangat kelimpungan. Saya tiba-tiba menjadi seorang penakut yang berhati-hati. Dan sekali lagi, ya ampun, hingga menjelang waktu yang ditentukan itu tiba, saya masih juga rajin-rajin bertengkar dengan pikiran sendiri lantaran perkara ini.
 
Sebenarnya apa yang saya takutkan? Kerja kurasi yang sedang saya pikirkan ini-kah, atau keinginan pihak panitia yang memberi catatan kaki agar tiap komunitas peserta dapat dipilih “atau lebih tepatnya diambil satu- dari sekian sajaknya”.
 
Kedua pertanyaan yang saya rumuskan itu, tragisnya benar. Setidaknya, sebab catatan kaki pihak panitia itulah, kemudian alasan-alasan ketakutan saya menjadi lebih jelas. Bagaimana mungkin kerja seorang kurator dimasuki wilayah keinginan panitia. Sebenarnya bagaimana konsepsi awal rencana penerbitan buku kumpulan Temu Teman ini? Demi distribusi keadilan -meminjam istilah panitia-, kenapa perlu seorang kurator? Lalu, apakah seorang yang ditunjuk sebagai kurator digiring menjadi tidak profesional dan timpang dalam kerja kurasinya, bahkan diberi ruang bunuh diri?
 
Bagaimana tidak. Pertama; ketika memandang kenyataan teks yang ada, meski tidak seluruhnya, tapi yang lebih dominan sederhana seperti ini, saya khawatir terlalu tergesa-gesa bila harus menentukan standarisasi ideal untuk memberi nama tumpukan di tangan saya ini sebagai teks yang ditulis dengan bobot sastra dan atau menyebutnya sajak. Kedua; persoalan yang berkembang kemudian karena sebayang hantu pertanyaan rentetan, adalah ukuran apa yang harus saya gunakan untuk membaca, membaca ulang dan seterusnya memilih teks-teks itu sebagai isi buku, yang nanti akan dinyatakan panitia sebagai sebuah kumpulan atau antologi sajak?
 
Saya bergidik. Buku yang sedang dibayangkan bersama itu, terlepas dari bagaimana pun kemasannya, atau pun mau dipandang sebagai apa saja, tentu akan dibawa oleh para peserta Temu Teman se-Nusantara yang pulang ke daerahnya masing-masing.
 
Mungkin sebagai benda kenangan; memorabilia dengan ikatan sejarah, peristiwa dan momentumnya. Mungkin untuk pendokumentasian, mungkin untuk pembacaan, mungkin demi motivasi kreatif, mungkin untuk semacam album silaturahmi, mungkin catatan perjalanan atau kekenesan di usia muda, atau cuma untuk dibawa pulang.
 
Akhirnya, saya bergegas menghubungi dan mengajak pihak panitia untuk mendiskusikannya ulang. Singkat cerita, lewat percakapan yang cukup panjang, akhirnya kami menemukan jalan keluar, yang mungkin lebih arif. Kedudukan saya bergeser sebagai penyunting. Saya bahagia, karena saya tak lagi duduk semirip paus dan hakim, atau pun sang penuding.
 
II.
Seorang penyair, yang sumpah mati saya lupa namanya, pernah mengatakan bahwa perkembangan penulisan sajak saat ini sudah sampai pada tataran niat. Artinya, sesuatu yang ditulis oleh seseorang -baik dia penyair atau bukan- dan diniatkan sebagai sajak, maka, ya itulah sajak.
 
Ini subyektif memang, bahkan, debatebel. Bagi seorang penyair yang sudah tiba atau memiliki teknik menulis, tentu pemahaman itu dapat diterima atau lewat begitu saja. Persoalannya, bila pemahaman tersebut ditangkap oleh seseorang, atau siapa pun yang baru memulai masuk ke dalam dunia penulisan kreatif, dalam hal ini sajak, barang tentu kemudian, aktivitas menulis dipandang semacam kegiatan yang mudah dan tak perlu serius belajar.
 
Wah, gampang benar menulis sajak. Seseorang yang tanpa dasar pengetahuan bahasa, tanpa memiliki literatur tentang sastra dan karya, apakah mungkin bisa menulis sajak? Apakah aktivitas menulis bisa dipisahkan dari aktivitas membaca? Apa yang akan ditulis, kalau tak pandai membaca? Aih, rasanya ini tak perlu diperpanjang!
 
Sekarang, bagaimana dengan setumpuk teks yang ada ini? Apa yang perlu kita telisik dari sebuah kehadiran? Apakah teks-teks ini telah merepresentasikan temu teman, dalam pengertian yang sesungguhnya? Silaturahmi nusantara; semacam kegelisahan pertemuan, kerinduan untuk membikin api, perhelatan akbar, sidang besar dan orang-orang muda yang dengan tangan kiri terkepal tengah mereka-reka Indonesia kembali, karena dibaca tak lagi menjanjikan apa-apa.
 
Sajak-sajak yang telah saya pilih dalam buku ini, dengan seluruh keterbatasannya, yang pasti telah berbicara dengan bahasa mereka. Jujur, lugas sebagai bahasa anak-anak muda yang tengah mencari arti kehadirannya sendiri. Sederhana dan dipenuhi oleh spirit silaturahmi Indonesia. Lebih tepatnya, Nusantara!
 
Dalam gelora kreatif, ternyata mereka benar-benar bertemu dan belajar. Maka, selamat membaca dan menelisik kehadiran ini.
 
Surabaya, 28 Juli 2008

https://sastra-indonesia.com/2009/04/temu-teman-dan-silaturahmi-indonesia/

No comments:

Post a Comment

A. Anzieb A. Muttaqin A. Qorib Hidayatullah A. Rifqi Hidayat A. Rodhi Murtadho A. Syauqi Sumbawi A.J. Susmana A.S. Laksana A'yat Khalili Abdul Hadi WM Abdul Hopid Abdul Kirno Tanda Abdul Wachid B.S. Acep Zamzam Noor Afrizal Malna Aguk Irawan MN Agus B. Harianto Agus Dermawan T. Agus Noor Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Sri Danardana Agus Sunyoto Agus Wibowo Agusri Junaidi Ahda Imran Ahid Hidayat Ahmad Muchlish Amrin Ahmadun Yosi Herfanda Ajip Rosidi Akhmad Sekhu Akhudiat Ali Audah Alim Bakhtiar Alunk Estohank Amien Kamil Amien Wangsitalaja Aming Aminoedhin Amir Hamzah Ana Mustamin Andhika Mappasomba Andi Achdian Andrenaline Katarsis Anjrah Lelono Broto Anton Wahyudi Anwar Holid Aprinus Salam Arafat Nur Ardy Kresna Crenata Arie MP Tamba Arief Budiman Ariel Heryanto Arif Wibowo Arman A.Z. Arsyad Indradi Aryadi Mellas Aryo Bhawono Asap Studio Asarpin Asep Rahmat Hidayat Asep Sambodja Aulia A Muhammad Awalludin GD Mualif B Kunto Wibisono Badaruddin Amir Balada Bambang Kempling Bambang Soebendo Banjir Bandang Beni Setia Benny Arnas Benny Benke Berita Berita Duka Bernando J. Sujibto Binhad Nurrohmat Boy Mihaballo Budaya Budi Darma Budi P. Hatees Bustan Basir Maras Catatan Cerbung Cerpen Chairil Gibran Ramadhan D. Zawawi Imron D.N. Aidit Daisy Priyanti Dandy Bayu Bramasta Daniel Dhakidae Dareen Tatour Dea Anugrah Dedy Sufriadi Dedy Tri Riyadi Deni Ahmad Fajar Deni Jazuli Denny JA Denny Mizhar Desti Fatin Fauziyyah Dewi Sartika Dhanu Priyo Prabowo Dharmadi Diah Budiana Dian Hartati Didin Tulus Djoko Pitono Djoko Saryono Donny Anggoro Dwi Pranoto Echa Panrita Lopi Eddi Koben Edy A Effendi Edy Firmansyah Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Darmoko Eko Faizin Emha Ainun Nadjib Enda Menzies Erlina P. Lestari Erwin Dariyanto Esai Esti Ambirati Evi Idawati Evi Sefiani F. Daus AR F. Rahardi Fahrudin Nasrulloh Faisal Kamandobat Fajar Alayubi Fakhrunnas MA Jabbar Fandy Hutari Farah Noersativa Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Faza Bina Al-Alim Felix K. Nesi Ferdian Ananda Majni Fian Firatmaja Gampang Prawoto Gema Erika Nugroho Goenawan Mohamad Gola Gong Gombloh Grathia Pitaloka Gunawan Budi Susanto Gunawan Maryanto Gus Noy H.B. Jassin Hairus Salim Hamka Hamsad Rangkuti Hari Murti Haris Firdaus Harry Aveling Hasan Aspahani Hasif Amini HE. Benyamine Hendri Yetus Siswono Herman Syahara Hermien Y. Kleden Holy Adib Huda S Noor Hudan Hidayat Hudan Nur Humam S Chudori Husni Hamisi I G.G. Maha Adi Iberamsyah Barbary Ida Fitri Idealisa Masyrafina Idrus Ignas Kleden Ikarisma Kusmalina Ike Ayuwandari Ilham Ilham Khoiri Imam Cahyono Imam Muhayat Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Tohari Indria Pamuhapsari Indrian Koto Irfan Sholeh Fauzi Isbedy Stiawan Z.S. J.J. Kusni Jadid Al Farisy Jajang R Kawentar Jakob Oetama Jalaluddin Rakhmat Jansen H. Sinamo Joni Ariadinata K.H. Bisri Syansuri K.H. M. Najib Muhammad Kahfi Ananda Giatama Kahfie Nazaruddin Kho Ping Hoo Kika Dhersy Putri Kitab Para Malaikat Kritik Sastra Kucing Oren Kunni Masrohanti Kuswinarto L.K. Ara Lagu Laksmi Shitaresmi Lan Fang Latief S. Nugraha Leila S. Chudori Leo Tolstoy Leon Agusta Lesbumi Yogyakarta Lily Yulianti Farid Linda Christanty Linda Sarmili Lukisan Lutfi Mardiansyah Luwu Utara M. Aan Mansyur M. Faizi M. Raudah Jambak M. Shoim Anwar M.D. Atmaja M’Shoe Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Majene Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mamasa Mamuju Mardi Luhung Marhalim Zaini Maroeli Simbolon Martin Aleida Masamba Mashuri Media KAMA_PO Melani Budianta Mihar Harahap Misbahus Surur Mochtar Lubis Moh. Jauhar al-Hakimi Mohammad Afifi Mohammad Yamin Much. Khoiri Muhammad Fauzi Muhammad Muhibbuddin Muhammad Ridwan Muhammad Subarkah Muhammad Walidin Muhammad Yasir Muhyiddin Mukhsin Amar Munawir Aziz Musa Ismail Mustamin Almandary N Teguh Prasetyo Nadine Gordimer Nara Ahirullah Nelson Alwi Nikita Mirzani Nirwan Ahmad Arsuka Nizar Qabbani Nugroho Sukmanto Nurani Soyomukti Nurel Javissyarqi Nuruddin Asyhadie Nurul Komariyah Ocehan Onghokham Otto Sukatno CR Pamela Allen Pameran Parakitri T. Simbolon Pelukis Pendidikan Penggalangan Dana Peta Provinsi Sulawesi Barat Polewali Pondok Pesantren Al-Madienah Pondok Pesantren Salafiyah Karossa Pramoedya Ananta Toer Pramuka Prasetyo Agung Pringadi AS Pringgo HR Priska Prosa Pudyo Saptono Puisi Puput Amiranti N Pustaka Ilalang PUstaka puJAngga Putu Fajar Arcana Putu Setia Putu Wijaya R Sutandya Yudha Khaidar R. Timur Budi Raja Radhar Panca Dahana Raedu Basha Ragdi F. Daye Rahmadi Usman Rahmat Sudirman Rahmat Sutandya Yudhanto Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rama Prabu Ratnani Latifah Raudal Tanjung Banua Reiny Dwinanda Remy Sylado Resensi Riadi Ngasiran Rian Harahap Ribut Wijoto Rida K Liamsi Riki Fernando Rofiqi Hasan Ronny Agustinus Rozi Kembara Rusydi Zamzami Rx King Motor S Yoga S. Jai Sabrank Suparno Safar Nurhan Saini K.M. Sajak Salman Rusydie Anwar Salman S Yoga Samsul Anam Sapardi Djoko Damono Sapto Hoedojo Sasti Gotama Sastra Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sejarah Seni Rupa Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sirajudin Siswoyo Sitok Srengenge Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sonia Sosiawan Leak Sukitman Sulawesi Selatan Sunaryono Basuki Ks Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Suriali Andi Kustomo Suryanto Sastroatmodjo Susi Ivvaty Susianna Sutan Takdir Alisjahbana Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Syaifuddin Gani Syamsudin Noer Moenadi Syihabuddin Qalyubi Syu’bah Asa Tari Bamba Manurung Tari Bulu Londong Tari Ma’Bundu Tari Mappande Banua Tari Patuddu Tari Salabose Daeng Poralle Tari Sayyang Pattuqduq Tari Toerang Batu Tata Chacha Tatan Daniel Taufik Ikram Jamil Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teater Teddi Muhtadin Teguh Setiawan Pinang Teguh Winarsho AS Tenas Effendy Tengsoe Tjahjono Tenni Purwanti Tito Sianipar Tjahjono Widijanto Toeti Heraty Tosiani Tri Wahono Udin Badruddin Udo Z. Karzi Umar Fauzi Ballah Umar Kayam Umbu Landu Paranggi Usman Arrumy UU Hamidy Uwell's King Shop Uwell's Setiawan W.S. Rendra Wahib Muthalib Wahyudi Akmaliah Muhammad Wan Anwar Wawancara Wayan Sunarta Welly Kuswanto Wicaksono Wicaksono Adi Wilson Nadeak Wisata Yohanes Sehandi Yonatan Raharjo Yopie Setia Umbara Yosephine Maryati Yudhis M. Burhanudin Yukio Mishima Yurnaldi Zamakhsyari Abrar