Thursday, November 12, 2020

Mengenang Musisi asal Jombang, Gombloh (1948 – 1988)

 
Nurel Javissyarqi
 
Catatan ini diracik dari pelbagai sumber. Gombloh lahir di Jombang pada tanggal 14 Juli 1948 dengan nama asli Soedjarwoto Soemarsono, anak keempat dari enam bersaudara atas pasangan Slamet dan Tatoekah. Ia sekolah di SMAN Lima Kota Surabaya, lalu masuk Arsitektur Institut Teknologi Sepuluh November (ITS). Meskipun tergolong pandai, tetapi dirinya tidak berminat menyelesaikan kuliahnya.
 
Ia berkelana ke Pulau Dewata Bali sebagai seniman berjiwa merdeka. Dikenal sesosok pencipta lagu-lagu Nasionalis: Dewa Ruci, Gugur-gugur Bunga, Gaung Mojokerto-Surabaya, Indonesia Kami, Indonesiaku, Indonesiamu, Kebyar-Kebyar, Pesan Buat Negeriku serta BK. Dan lagu yang mengangkat kekisah para rakyat jelata: Doa Seorang Pelacur, Kilang-Kilang, Poligami Poligami, Nyanyi Anak Seorang Pencuri, Selamat Pagi Kotaku.
 
Namun disayangkan, Pemerintah Republik Indonesia baru memberikan perhatian terhadap karya-karyanya setelah dirinya tiada, untuk lagu bertitel Kebyar-Kebyar. Lagu tersebut (1979) dimasa hidupnya tidak dapat tempat sama sekali. Dan kini berdampingan dengan lagu Padamu Negeri (Kusbini), Berkibarlah Benderaku (Ibu Sud), Dari Sabang Sampai Merauke (R Surarjo) sebagai lagu wajib Nasional.
 
Martin Hatch, peneliti dari Cornell University mempelajari lagu dalam albumnya Berita Cuaca (1982), mengangkatnya ke dalam karya ilmiah bertajuk Social Criticsm In The Songs Of 1980’s Indonesian Pop Country Singers, yang dipresentasikan di dalam seminar musik The Society of Ethnomusicology, yang berlangsung di Toronto, Kanada 2-5 November 2000. Makalahnya meneliti kekuatan nilai-nilai lagu Gombloh dalam perspektif kehidupan sosial: Berita Cuaca, Hong Wilaheng Sekareng Bawono Langgeng, Denok-Denok Debleng, Ujung Kulon Baloran, 3600 Detik, Kebayan-Kebayan, Hitam Putih serta Kami, dan Alam.
 
Memasuki tahun 1980-an, menorehkan karya-karya berkonotasi humor: Lepen, Selopen, yang menghasilkan idiom memikat khalayak ramai; “Kalau cinta melekat, tai kucing rasa coklat.” Ia tercerabut dari budaya pop, justru tidak bergeming saat menghasilkan lagu Kugadaikan Cintaku, yang terjual diatas 1 juta keping. Dan seolah terjerembab pada karya berorientasi pasar, lantas bermunculan lagu: Apel, Hey Kamu, Percayalah Cintaku Tetap Hangat, Karena Iseng, Arjuna Cari Cinta, Konsumsi Cinta hingga Tari Kejang.
 
Gombloh pun menulis lagu bertemakan pop untuk penyanyi Tyas Drastiana hingga Vicky Vendi. Tidak sedikit yang menyayangkan sikapnya bermusik seperti itu, seakan tidak kuat mempertahankan idealisme dalam berkarya. Walhasil, seolah terpilah jadi dua kepribadian atas karya ciptanya, idealis dan komersial. Mungkin ini pilihan pragmatis, tentu sah. Namun justru membaurnya lagu-lagu bertemakan populis, membuat sosoknya kian dikenal masyarakat. Dulu, siapa yang tidak kenal penyanyi Gombloh, ketika tampil di layar TVRI, acara musik Aneka Ria Safari juga Selekta Pop, dengan dandanannya yang trademark, tubuh kerempeng dibalut sepatu kets, bertopi, rambut dikuncir, kacamata hitam, setelan putih-putih.
 
Sang Maestro menghembuskan napas terakhirnya pada 9 Januari 1988 setelah lama menderita sakit. Tahun 2005, PAPPRI (Persatuan Artis Penyanyi, Pencipta Lagu, Penata Musik Rekaman Indonesia), memberikan penghargaan Nugraha Bhakti Musik atas jasa-jasanya di dunia musik Indonesia. Tahun 1996, sejumlah seniman membentuk Solidaritas Seniman Surabaya, dengan tujuan membuat kenangan baginya yang dianggap pahlawan seniman, mereka pada bersepakat membuat patung Gombloh seberat 200 kg dari perunggu, yang ditempatkan di halaman Taman Hiburan Rakyat Surabaya. Dan pada tanggal 20 Juni 2003, sekelompok pemusik Surabaya yang tergabung dalam Kelompok Pemusik Jalanan Surabaya, mengunjungi makamnya dan sekaligus menobatkan Gombloh sebagai Pahlawan Pemusik Jalanan.
 
Diskografinya: Nadia dan Atmosphere (1978), Mawar Desa (1978), Kadar Bangsaku (1979), Kebyar Kebyar (1979), Pesan Buat Negeriku (1980), Sekar Mayang (1981, berbahasa Jawa), Terimakasih Indonesiaku (1981), Pesan Buat Kaum Belia (1982), Berita Cuaca (1982), Kami Anak Negeri Ini (1983), Gila (1983), 1/2 Gila (1984), Semakin Gila (1986), Apel (1986), Apa Itu Tidak Edan (1987). Dan di bawah ini teks lagu wajib Nasional Kebyar-kebyar, karya Gombloh:
 
Indonesia
merah darahku, putih tulangku
bersatu dalam semangatmu
 
Indonesia
debar jantungku, getar nadiku
berbaur dalam angan-anganmu
kebyar-kebyar, pelangi jingga
 
Indonesia
nada laguku, symphoni perteguh
selaras dengan symphonimu
kebyar-kebyar, pelangi jingga
 
biarpun bumi bergoncang
kau tetap Indonesiaku
 
andaikan matahari terbit dari barat
kaupun tetap Indonesiaku
 
tak sebilah pedang yang tajam
dapat palingkan daku darimu
 
kusingsingkan lengan
rawe-rawe rantas
malang-malang tuntas
denganmu
 
Indonesia
merah darahku, putih tulangku
bersatu dalam semangatmu
 
Indonesia
debar jantungku, getar nadiku
berbaur dalam angan-anganmu
kebyar-kebyar, pelangi jingga
 
Indonesia
merah darahku, putih tulangku
bersatu dalam semangatmu
 
Indonesia
debar jantungku, getar nadiku
berbaur dalam angan-anganmu
kebyar-kebyar, pelangi jingga.
***
 

27 Desember 2011, Lamongan, Jawa Timur.

No comments:

Post a Comment

A. Anzieb A. Muttaqin A. Qorib Hidayatullah A. Rifqi Hidayat A. Rodhi Murtadho A. Syauqi Sumbawi A.J. Susmana A.S. Laksana A'yat Khalili Abdul Hadi WM Abdul Hopid Abdul Kirno Tanda Abdul Wachid B.S. Acep Zamzam Noor Afrizal Malna Aguk Irawan MN Agus B. Harianto Agus Dermawan T. Agus Noor Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Sri Danardana Agus Sunyoto Agus Wibowo Agusri Junaidi Ahda Imran Ahid Hidayat Ahmad Muchlish Amrin Ahmadun Yosi Herfanda Ajip Rosidi Akhmad Sekhu Akhudiat Ali Audah Alim Bakhtiar Alunk Estohank Amien Kamil Amien Wangsitalaja Aming Aminoedhin Amir Hamzah Ana Mustamin Andhika Mappasomba Andi Achdian Andrenaline Katarsis Anjrah Lelono Broto Anton Wahyudi Anwar Holid Aprinus Salam Arafat Nur Ardy Kresna Crenata Arie MP Tamba Arief Budiman Ariel Heryanto Arif Wibowo Arman A.Z. Arsyad Indradi Aryadi Mellas Aryo Bhawono Asap Studio Asarpin Asep Rahmat Hidayat Asep Sambodja Aulia A Muhammad Awalludin GD Mualif B Kunto Wibisono Badaruddin Amir Balada Bambang Kempling Bambang Soebendo Banjir Bandang Beni Setia Benny Arnas Benny Benke Berita Berita Duka Bernando J. Sujibto Binhad Nurrohmat Boy Mihaballo Budaya Budi Darma Budi P. Hatees Bustan Basir Maras Catatan Cerbung Cerpen Chairil Gibran Ramadhan D. Zawawi Imron D.N. Aidit Daisy Priyanti Dandy Bayu Bramasta Daniel Dhakidae Dareen Tatour Dea Anugrah Dedy Sufriadi Dedy Tri Riyadi Deni Ahmad Fajar Deni Jazuli Denny JA Denny Mizhar Desti Fatin Fauziyyah Dewi Sartika Dhanu Priyo Prabowo Dharmadi Diah Budiana Dian Hartati Didin Tulus Djoko Pitono Djoko Saryono Donny Anggoro Dwi Pranoto Echa Panrita Lopi Eddi Koben Edy A Effendi Edy Firmansyah Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Darmoko Eko Faizin Emha Ainun Nadjib Enda Menzies Erlina P. Lestari Erwin Dariyanto Esai Esti Ambirati Evi Idawati Evi Sefiani F. Daus AR F. Rahardi Fahrudin Nasrulloh Faisal Kamandobat Fajar Alayubi Fakhrunnas MA Jabbar Fandy Hutari Farah Noersativa Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Faza Bina Al-Alim Felix K. Nesi Ferdian Ananda Majni Fian Firatmaja Gampang Prawoto Gema Erika Nugroho Goenawan Mohamad Gola Gong Gombloh Grathia Pitaloka Gunawan Budi Susanto Gunawan Maryanto Gus Noy H.B. Jassin Hairus Salim Hamka Hamsad Rangkuti Hari Murti Haris Firdaus Harry Aveling Hasan Aspahani Hasif Amini HE. Benyamine Hendri Yetus Siswono Herman Syahara Hermien Y. Kleden Holy Adib Huda S Noor Hudan Hidayat Hudan Nur Humam S Chudori Husni Hamisi I G.G. Maha Adi Iberamsyah Barbary Ida Fitri Idealisa Masyrafina Idrus Ignas Kleden Ikarisma Kusmalina Ike Ayuwandari Ilham Ilham Khoiri Imam Cahyono Imam Muhayat Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Tohari Indria Pamuhapsari Indrian Koto Irfan Sholeh Fauzi Isbedy Stiawan Z.S. J.J. Kusni Jadid Al Farisy Jajang R Kawentar Jakob Oetama Jalaluddin Rakhmat Jansen H. Sinamo Joni Ariadinata K.H. Bisri Syansuri K.H. M. Najib Muhammad Kahfi Ananda Giatama Kahfie Nazaruddin Kho Ping Hoo Kika Dhersy Putri Kitab Para Malaikat Kritik Sastra Kucing Oren Kunni Masrohanti Kuswinarto L.K. Ara Lagu Laksmi Shitaresmi Lan Fang Latief S. Nugraha Leila S. Chudori Leo Tolstoy Leon Agusta Lesbumi Yogyakarta Lily Yulianti Farid Linda Christanty Linda Sarmili Lukisan Lutfi Mardiansyah Luwu Utara M. Aan Mansyur M. Faizi M. Raudah Jambak M. Shoim Anwar M.D. Atmaja M’Shoe Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Majene Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mamasa Mamuju Mardi Luhung Marhalim Zaini Maroeli Simbolon Martin Aleida Masamba Mashuri Media KAMA_PO Melani Budianta Mihar Harahap Misbahus Surur Mochtar Lubis Moh. Jauhar al-Hakimi Mohammad Afifi Mohammad Yamin Much. Khoiri Muhammad Fauzi Muhammad Muhibbuddin Muhammad Ridwan Muhammad Subarkah Muhammad Walidin Muhammad Yasir Muhyiddin Mukhsin Amar Munawir Aziz Musa Ismail Mustamin Almandary N Teguh Prasetyo Nadine Gordimer Nara Ahirullah Nelson Alwi Nikita Mirzani Nirwan Ahmad Arsuka Nizar Qabbani Nugroho Sukmanto Nurani Soyomukti Nurel Javissyarqi Nuruddin Asyhadie Nurul Komariyah Ocehan Onghokham Otto Sukatno CR Pamela Allen Pameran Parakitri T. Simbolon Pelukis Pendidikan Penggalangan Dana Peta Provinsi Sulawesi Barat Polewali Pondok Pesantren Al-Madienah Pondok Pesantren Salafiyah Karossa Pramoedya Ananta Toer Pramuka Prasetyo Agung Pringadi AS Pringgo HR Priska Prosa Pudyo Saptono Puisi Puput Amiranti N Pustaka Ilalang PUstaka puJAngga Putu Fajar Arcana Putu Setia Putu Wijaya R Sutandya Yudha Khaidar R. Timur Budi Raja Radhar Panca Dahana Raedu Basha Ragdi F. Daye Rahmadi Usman Rahmat Sudirman Rahmat Sutandya Yudhanto Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rama Prabu Ratnani Latifah Raudal Tanjung Banua Reiny Dwinanda Remy Sylado Resensi Riadi Ngasiran Rian Harahap Ribut Wijoto Rida K Liamsi Riki Fernando Rofiqi Hasan Ronny Agustinus Rozi Kembara Rusydi Zamzami Rx King Motor S Yoga S. Jai Sabrank Suparno Safar Nurhan Saini K.M. Sajak Salman Rusydie Anwar Salman S Yoga Samsul Anam Sapardi Djoko Damono Sapto Hoedojo Sasti Gotama Sastra Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sejarah Seni Rupa Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sirajudin Siswoyo Sitok Srengenge Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sonia Sosiawan Leak Sukitman Sulawesi Selatan Sunaryono Basuki Ks Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Suriali Andi Kustomo Suryanto Sastroatmodjo Susi Ivvaty Susianna Sutan Takdir Alisjahbana Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Syaifuddin Gani Syamsudin Noer Moenadi Syihabuddin Qalyubi Syu’bah Asa Tari Bamba Manurung Tari Bulu Londong Tari Ma’Bundu Tari Mappande Banua Tari Patuddu Tari Salabose Daeng Poralle Tari Sayyang Pattuqduq Tari Toerang Batu Tata Chacha Tatan Daniel Taufik Ikram Jamil Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teater Teddi Muhtadin Teguh Setiawan Pinang Teguh Winarsho AS Tenas Effendy Tengsoe Tjahjono Tenni Purwanti Tito Sianipar Tjahjono Widijanto Toeti Heraty Tosiani Tri Wahono Udin Badruddin Udo Z. Karzi Umar Fauzi Ballah Umar Kayam Umbu Landu Paranggi Usman Arrumy UU Hamidy Uwell's King Shop Uwell's Setiawan W.S. Rendra Wahib Muthalib Wahyudi Akmaliah Muhammad Wan Anwar Wawancara Wayan Sunarta Welly Kuswanto Wicaksono Wicaksono Adi Wilson Nadeak Wisata Yohanes Sehandi Yonatan Raharjo Yopie Setia Umbara Yosephine Maryati Yudhis M. Burhanudin Yukio Mishima Yurnaldi Zamakhsyari Abrar