Sunlie Thomas Alexander *
RAUDAL Tanjung Banua akan segera meluncurkan buku kumcer
terbarunya: sebuah ikhtiar kembali ke tradisi dongeng, atau usaha meramu
dongeng dalam prosa modern.
Ya, apabila pada kumcernya terdahulu Kota-kota Kecil yang
Diangan dan Kujumpai (2018), ia nampak berusaha menghamparkan setting lokasi
sebagai pusat pengisahan—“sebagai subjek utama cerita dan menjadi sumber cerita
itu sendiri”; maka Cerita-cerita Kecil yang Sedih dan Menakjubkan (kumcer baru
ini) adalah semacam upaya Raudal menonjolkan permainan plot dalam strategi
naratifnya untuk menghidupkan pengalaman personal sekaligus kolektif atas
tradisi mendongeng—yang atau dalam kata-katanya sendiri di pengantar:
Mengembalikan “kemurnian” plot atau alur kisah sebagaimana pada dongeng atau
suasana keseharian.
Apa itu kemurnian plot?
Plot—struktur kisah, urutan peristiwa atau storyline yang
dibangun berdasarkan prinsip sebab-akibat—dalam sebuah cerita pada dasarnya
dapat dimulai atau dibuka dari mana saja, baik secara linear menggunakan Alur
Maju maupun dengan teknik flashback atau Alur Mundur, atau dengan Alur Campuran
tatkala cerita dituturkan dari tengah, dari puncak konflik (klimaks).
Puncak dari permainan alur ini, hingga kepada teknik
naratifnya yang paling kompleks, barangkali dapat kita temukan dalam
cerita-cerita bergenre detektif; tetapi dalam tradisi mendongenglah—yang
lazimnya dituturkan dengan pembuka “alkisah” atau “konon pada jaman dahulu
kala” itu—seyogianya kita bersua dengan "hakikat ceritera" sebagai
pelipur lara dan penyampai pesan, dalam spontanitas dan keikhlasan berbagi,
dalam keasyikan imajinatif dan siasat sugesti, dalam kenaifan moral dan
kemahiran menahan suspense.
Ya, seluruh cerpen Raudal yang terhimpun dalam buku ini
boleh dibilang bertolak dari dongeng—cara berkisah paling purba itu: dalam
ketegangan antara alur maju dan alur mundur, antara lisan dan tulisan.
Karena itu, tak heran jika membaca Cerita-Cerita Kecil
yang Sedih dan Menakjubkan dengan watak berdongengnya yang kental ini, seketika
kita pun serasa berjumpa kembali dengan pengalaman kita sendiri di masa
kecil—ketika kehidupan yang tak mudah dan penuh intrik ini seakan masih
demikian lugu. Dengan cara begitu, dongeng-dongeng lama yang tercecer pun
dihidupkan Raudal secara ekstrim, dalam ketegangan antara menyalin dan
memberikan napas baru dimana sang narator yang author seolah-olah bertindak
selaku pengumpul ceritera lisan.
Cerita-cerita kecilnya itu, dongeng dari nenek, dari paman,
dari ayah, dari ibunda, dari orang-orang kampungnya di Surantih dan dari siapa
saja, memang seolah hanya dikumpulkan begitu saja sebagai memori untuk ditulis
ulang; dibiarkan tetap “murni”, demikian adanya seperti ketika didengarnya
semasa kanak-kanak: sebagai pengantar tidur, petuah-nasehat dan amsal-umpama,
atau peneguh dan penghibur di masa wabah. Namun pada saat yang bersamaan, toh
dongeng-dongeng lama itu hanyalah dimungkinkan hidup dalam cerita lain dimana
author-narrator hadir sebagai penghimpun dan penutur ulang mereka, yakni dalam
ini sebagai cerita dalam cerita, cerita berbingkai, himpunan-rangkaian cerita
dengan kesadaran metafiksi.
Yang mana, seperti apapun cerita-cerita itu disampaikan
kembali dan dikategorikan dalam tema-tema kecil, sang author-narrator yang
kuasa sekaligus sadar diri akan memulai, membuka cerita pendeknya kepada para
pembaca dengan semacam pengantar kisah yang membuatnya tak henti-henti menoleh
kepada masa silam, menggali-gali kenangan.
“Malam ini entah mana lebih dulu: tersebab aku tak bisa
tidur lalu teringat cerita-cerita masa kecilku bersama ibu, atau aku yang
teringat cerita ibu lantas tak bisa memejamkan mata? Rasanya seperti
bertahun-tahun lalu: ibu yang bercerita dengan harapan supaya aku cepat
tertidur, padahal dengan begitu mataku nyalang terbuka!” begitulah tulis Raudal
mengawali “Cerita-Cerita Kecil yang Tulus dan Murni dari Ibuku.”
Ia bertindak layaknya para sahibul hikayat, atau
katakanlah—yang lebih sederhana—ibu, ayah, paman, dan orang-orang kampungnya sendiri
tatkala mendongeng, beranjak dari kekinian, lalu menoleh ke belakang
(flashback) dalam ingatan, lantas memulai cerita dalam ceritanya dengan semacam
“alkisah”—teknik membuka kisah yang paling konvensional. Tertib rapi dan
linear-kronologis.
“Alkisah di Bukit Talau hidup seekor ular besar
peliharaan Nenek Tatak, perempuan bagak, pemberani” atau “Alkisah kata nenek,
ada seorang laki-laki sholeh sering melintas di bawah sebatang pohon asam yang
rindang”...[]
***
*) Sunlie Thomas Alexander memiliki nama lahir Tang
Shunli, (lahir di Bangka, Kepulauan Bangka-Belitung, 7 Juni 1977), sastrawan
berkebangsaan Indonesia keturunan Tionghoa. Ia dikenal melalui karya-karyanya
berupa cerpen, puisi, esai, kritik sastra, catatan sepak bola, dan ulasan seni
yang dipublikasikan di berbagai surat kabar serta jurnal yang terbit di
Indonesia dan di luar negeri: Kompas, Jawa Pos, Koran Tempo, Media Indonesia,
Horison, Suara Merdeka, Jurnal Cerpen Indonesia, Jurnal Poetika, Kedaulatan
Rakyat, DetikSport, Jurnal Ruang, Gong, Lampung Post, Bangka Pos, Hai, Nova,
Hakka Monthly, dll. Tahun 2016, menerima beasiswa residensi penulis di Taiwan
dari Menteri Kebudayaan Republik China Taiwan, dan tahun 2018 menerima beasiswa
residensi ke Belanda dari Komite Buku Nasional Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan Republik Indonesia.
http://sastra-indonesia.com/2020/11/alur-raudal-kembali-ke-dongeng/
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
A. Anzieb
A. Muttaqin
A. Qorib Hidayatullah
A. Rifqi Hidayat
A. Rodhi Murtadho
A. Syauqi Sumbawi
A.J. Susmana
A.S. Laksana
A'yat Khalili
Abdul Hadi WM
Abdul Hopid
Abdul Kirno Tanda
Abdul Wachid B.S.
Acep Zamzam Noor
Afrizal Malna
Aguk Irawan MN
Agus B. Harianto
Agus Dermawan T.
Agus Noor
Agus R. Sarjono
Agus R. Subagyo
Agus Sri Danardana
Agus Sunyoto
Agus Wibowo
Agusri Junaidi
Ahda Imran
Ahid Hidayat
Ahmad Muchlish Amrin
Ahmadun Yosi Herfanda
Ajip Rosidi
Akhmad Sekhu
Akhudiat
Ali Audah
Alim Bakhtiar
Alunk Estohank
Amien Kamil
Amien Wangsitalaja
Aming Aminoedhin
Amir Hamzah
Ana Mustamin
Andhika Mappasomba
Andi Achdian
Andrenaline Katarsis
Anjrah Lelono Broto
Anton Wahyudi
Anwar Holid
Aprinus Salam
Arafat Nur
Ardy Kresna Crenata
Arie MP Tamba
Arief Budiman
Ariel Heryanto
Arif Wibowo
Arman A.Z.
Arsyad Indradi
Aryadi Mellas
Aryo Bhawono
Asap Studio
Asarpin
Asep Rahmat Hidayat
Asep Sambodja
Aulia A Muhammad
Awalludin GD Mualif
B Kunto Wibisono
Badaruddin Amir
Balada
Bambang Kempling
Bambang Soebendo
Banjir Bandang
Beni Setia
Benny Arnas
Benny Benke
Berita
Berita Duka
Bernando J. Sujibto
Binhad Nurrohmat
Boy Mihaballo
Budaya
Budi Darma
Budi P. Hatees
Bustan Basir Maras
Catatan
Cerbung
Cerpen
Chairil Gibran Ramadhan
D. Zawawi Imron
D.N. Aidit
Daisy Priyanti
Dandy Bayu Bramasta
Daniel Dhakidae
Dareen Tatour
Dea Anugrah
Dedy Sufriadi
Dedy Tri Riyadi
Deni Ahmad Fajar
Deni Jazuli
Denny JA
Denny Mizhar
Desti Fatin Fauziyyah
Dewi Sartika
Dhanu Priyo Prabowo
Dharmadi
Diah Budiana
Dian Hartati
Didin Tulus
Djoko Pitono
Djoko Saryono
Donny Anggoro
Dwi Pranoto
Echa Panrita Lopi
Eddi Koben
Edy A Effendi
Edy Firmansyah
Eka Budianta
Eka Kurniawan
Eko Darmoko
Eko Faizin
Emha Ainun Nadjib
Enda Menzies
Erlina P. Lestari
Erwin Dariyanto
Esai
Esti Ambirati
Evi Idawati
Evi Sefiani
F. Daus AR
F. Rahardi
Fahrudin Nasrulloh
Faisal Kamandobat
Fajar Alayubi
Fakhrunnas MA Jabbar
Fandy Hutari
Farah Noersativa
Fatah Anshori
Fatah Yasin Noor
Faza Bina Al-Alim
Felix K. Nesi
Ferdian Ananda Majni
Fian Firatmaja
Gampang Prawoto
Gema Erika Nugroho
Goenawan Mohamad
Gola Gong
Gombloh
Grathia Pitaloka
Gunawan Budi Susanto
Gunawan Maryanto
Gus Noy
H.B. Jassin
Hairus Salim
Hamka
Hamsad Rangkuti
Hari Murti
Haris Firdaus
Harry Aveling
Hasan Aspahani
Hasif Amini
HE. Benyamine
Hendri Yetus Siswono
Herman Syahara
Hermien Y. Kleden
Holy Adib
Huda S Noor
Hudan Hidayat
Hudan Nur
Humam S Chudori
Husni Hamisi
I G.G. Maha Adi
Iberamsyah Barbary
Ida Fitri
Idealisa Masyrafina
Idrus
Ignas Kleden
Ikarisma Kusmalina
Ike Ayuwandari
Ilham
Ilham Khoiri
Imam Cahyono
Imam Muhayat
Imam Nawawi
Imamuddin SA
Iman Budhi Santosa
Imron Tohari
Indria Pamuhapsari
Indrian Koto
Irfan Sholeh Fauzi
Isbedy Stiawan Z.S.
J.J. Kusni
Jadid Al Farisy
Jajang R Kawentar
Jakob Oetama
Jalaluddin Rakhmat
Jansen H. Sinamo
Joni Ariadinata
K.H. Bisri Syansuri
K.H. M. Najib Muhammad
Kahfi Ananda Giatama
Kahfie Nazaruddin
Kho Ping Hoo
Kika Dhersy Putri
Kitab Para Malaikat
Kritik Sastra
Kucing Oren
Kunni Masrohanti
Kuswinarto
L.K. Ara
Lagu
Laksmi Shitaresmi
Lan Fang
Latief S. Nugraha
Leila S. Chudori
Leo Tolstoy
Leon Agusta
Lesbumi Yogyakarta
Lily Yulianti Farid
Linda Christanty
Linda Sarmili
Lukisan
Lutfi Mardiansyah
Luwu Utara
M. Aan Mansyur
M. Faizi
M. Raudah Jambak
M. Shoim Anwar
M.D. Atmaja
M’Shoe
Mahmud Jauhari Ali
Mahwi Air Tawar
Majene
Malkan Junaidi
Maman S. Mahayana
Mamasa
Mamuju
Mardi Luhung
Marhalim Zaini
Maroeli Simbolon
Martin Aleida
Masamba
Mashuri
Media KAMA_PO
Melani Budianta
Mihar Harahap
Misbahus Surur
Mochtar Lubis
Moh. Jauhar al-Hakimi
Mohammad Afifi
Mohammad Yamin
Much. Khoiri
Muhammad Fauzi
Muhammad Muhibbuddin
Muhammad Ridwan
Muhammad Subarkah
Muhammad Walidin
Muhammad Yasir
Muhyiddin
Mukhsin Amar
Munawir Aziz
Musa Ismail
Mustamin Almandary
N Teguh Prasetyo
Nadine Gordimer
Nara Ahirullah
Nelson Alwi
Nikita Mirzani
Nirwan Ahmad Arsuka
Nizar Qabbani
Nugroho Sukmanto
Nurani Soyomukti
Nurel Javissyarqi
Nuruddin Asyhadie
Nurul Komariyah
Ocehan
Onghokham
Otto Sukatno CR
Pamela Allen
Pameran
Parakitri T. Simbolon
Pelukis
Pendidikan
Penggalangan Dana
Peta Provinsi Sulawesi Barat
Polewali
Pondok Pesantren Al-Madienah
Pondok Pesantren Salafiyah Karossa
Pramoedya Ananta Toer
Pramuka
Prasetyo Agung
Pringadi AS
Pringgo HR
Priska
Prosa
Pudyo Saptono
Puisi
Puput Amiranti N
Pustaka Ilalang
PUstaka puJAngga
Putu Fajar Arcana
Putu Setia
Putu Wijaya
R Sutandya Yudha Khaidar
R. Timur Budi Raja
Radhar Panca Dahana
Raedu Basha
Ragdi F. Daye
Rahmadi Usman
Rahmat Sudirman
Rahmat Sutandya Yudhanto
Rakai Lukman
Rakhmat Giryadi
Rama Prabu
Ratnani Latifah
Raudal Tanjung Banua
Reiny Dwinanda
Remy Sylado
Resensi
Riadi Ngasiran
Rian Harahap
Ribut Wijoto
Rida K Liamsi
Riki Fernando
Rofiqi Hasan
Ronny Agustinus
Rozi Kembara
Rusydi Zamzami
Rx King Motor
S Yoga
S. Jai
Sabrank Suparno
Safar Nurhan
Saini K.M.
Sajak
Salman Rusydie Anwar
Salman S Yoga
Samsul Anam
Sapardi Djoko Damono
Sapto Hoedojo
Sasti Gotama
Sastra
Satmoko Budi Santoso
Saut Situmorang
Sejarah
Seni Rupa
Sigit Susanto
Sihar Ramses Simatupang
Sirajudin
Siswoyo
Sitok Srengenge
Sofyan RH. Zaid
Soni Farid Maulana
Sonia
Sosiawan Leak
Sukitman
Sulawesi Selatan
Sunaryono Basuki Ks
Sunlie Thomas Alexander
Sunu Wasono
Suriali Andi Kustomo
Suryanto Sastroatmodjo
Susi Ivvaty
Susianna
Sutan Takdir Alisjahbana
Sutardji Calzoum Bachri
Sutejo
Syaifuddin Gani
Syamsudin Noer Moenadi
Syihabuddin Qalyubi
Syu’bah Asa
Tari Bamba Manurung
Tari Bulu Londong
Tari Ma’Bundu
Tari Mappande Banua
Tari Patuddu
Tari Salabose Daeng Poralle
Tari Sayyang Pattuqduq
Tari Toerang Batu
Tata Chacha
Tatan Daniel
Taufik Ikram Jamil
Taufiq Ismail
Taufiq Wr. Hidayat
Teater
Teddi Muhtadin
Teguh Setiawan Pinang
Teguh Winarsho AS
Tenas Effendy
Tengsoe Tjahjono
Tenni Purwanti
Tito Sianipar
Tjahjono Widijanto
Toeti Heraty
Tosiani
Tri Wahono
Udin Badruddin
Udo Z. Karzi
Umar Fauzi Ballah
Umar Kayam
Umbu Landu Paranggi
Usman Arrumy
UU Hamidy
Uwell's King Shop
Uwell's Setiawan
W.S. Rendra
Wahib Muthalib
Wahyudi Akmaliah Muhammad
Wan Anwar
Wawancara
Wayan Sunarta
Welly Kuswanto
Wicaksono
Wicaksono Adi
Wilson Nadeak
Wisata
Yohanes Sehandi
Yonatan Raharjo
Yopie Setia Umbara
Yosephine Maryati
Yudhis M. Burhanudin
Yukio Mishima
Yurnaldi
Zamakhsyari Abrar
No comments:
Post a Comment