Thursday, November 12, 2020

ALUR RAUDAL; KEMBALI KE DONGENG

Sunlie Thomas Alexander *
 
RAUDAL Tanjung Banua akan segera meluncurkan buku kumcer terbarunya: sebuah ikhtiar kembali ke tradisi dongeng, atau usaha meramu dongeng dalam prosa modern.
 
Ya, apabila pada kumcernya terdahulu Kota-kota Kecil yang Diangan dan Kujumpai (2018), ia nampak berusaha menghamparkan setting lokasi sebagai pusat pengisahan—“sebagai subjek utama cerita dan menjadi sumber cerita itu sendiri”; maka Cerita-cerita Kecil yang Sedih dan Menakjubkan (kumcer baru ini) adalah semacam upaya Raudal menonjolkan permainan plot dalam strategi naratifnya untuk menghidupkan pengalaman personal sekaligus kolektif atas tradisi mendongeng—yang atau dalam kata-katanya sendiri di pengantar: Mengembalikan “kemurnian” plot atau alur kisah sebagaimana pada dongeng atau suasana keseharian.
 
Apa itu kemurnian plot?
 
Plot—struktur kisah, urutan peristiwa atau storyline yang dibangun berdasarkan prinsip sebab-akibat—dalam sebuah cerita pada dasarnya dapat dimulai atau dibuka dari mana saja, baik secara linear menggunakan Alur Maju maupun dengan teknik flashback atau Alur Mundur, atau dengan Alur Campuran tatkala cerita dituturkan dari tengah, dari puncak konflik (klimaks).
 
Puncak dari permainan alur ini, hingga kepada teknik naratifnya yang paling kompleks, barangkali dapat kita temukan dalam cerita-cerita bergenre detektif; tetapi dalam tradisi mendongenglah—yang lazimnya dituturkan dengan pembuka “alkisah” atau “konon pada jaman dahulu kala” itu—seyogianya kita bersua dengan "hakikat ceritera" sebagai pelipur lara dan penyampai pesan, dalam spontanitas dan keikhlasan berbagi, dalam keasyikan imajinatif dan siasat sugesti, dalam kenaifan moral dan kemahiran menahan suspense.
 
Ya, seluruh cerpen Raudal yang terhimpun dalam buku ini boleh dibilang bertolak dari dongeng—cara berkisah paling purba itu: dalam ketegangan antara alur maju dan alur mundur, antara lisan dan tulisan.
 
Karena itu, tak heran jika membaca Cerita-Cerita Kecil yang Sedih dan Menakjubkan dengan watak berdongengnya yang kental ini, seketika kita pun serasa berjumpa kembali dengan pengalaman kita sendiri di masa kecil—ketika kehidupan yang tak mudah dan penuh intrik ini seakan masih demikian lugu. Dengan cara begitu, dongeng-dongeng lama yang tercecer pun dihidupkan Raudal secara ekstrim, dalam ketegangan antara menyalin dan memberikan napas baru dimana sang narator yang author seolah-olah bertindak selaku pengumpul ceritera lisan.
 
Cerita-cerita kecilnya itu, dongeng dari nenek, dari paman, dari ayah, dari ibunda, dari orang-orang kampungnya di Surantih dan dari siapa saja, memang seolah hanya dikumpulkan begitu saja sebagai memori untuk ditulis ulang; dibiarkan tetap “murni”, demikian adanya seperti ketika didengarnya semasa kanak-kanak: sebagai pengantar tidur, petuah-nasehat dan amsal-umpama, atau peneguh dan penghibur di masa wabah. Namun pada saat yang bersamaan, toh dongeng-dongeng lama itu hanyalah dimungkinkan hidup dalam cerita lain dimana author-narrator hadir sebagai penghimpun dan penutur ulang mereka, yakni dalam ini sebagai cerita dalam cerita, cerita berbingkai, himpunan-rangkaian cerita dengan kesadaran metafiksi.
 
Yang mana, seperti apapun cerita-cerita itu disampaikan kembali dan dikategorikan dalam tema-tema kecil, sang author-narrator yang kuasa sekaligus sadar diri akan memulai, membuka cerita pendeknya kepada para pembaca dengan semacam pengantar kisah yang membuatnya tak henti-henti menoleh kepada masa silam, menggali-gali kenangan.
 
“Malam ini entah mana lebih dulu: tersebab aku tak bisa tidur lalu teringat cerita-cerita masa kecilku bersama ibu, atau aku yang teringat cerita ibu lantas tak bisa memejamkan mata? Rasanya seperti bertahun-tahun lalu: ibu yang bercerita dengan harapan supaya aku cepat tertidur, padahal dengan begitu mataku nyalang terbuka!” begitulah tulis Raudal mengawali “Cerita-Cerita Kecil yang Tulus dan Murni dari Ibuku.”
 
Ia bertindak layaknya para sahibul hikayat, atau katakanlah—yang lebih sederhana—ibu, ayah, paman, dan orang-orang kampungnya sendiri tatkala mendongeng, beranjak dari kekinian, lalu menoleh ke belakang (flashback) dalam ingatan, lantas memulai cerita dalam ceritanya dengan semacam “alkisah”—teknik membuka kisah yang paling konvensional. Tertib rapi dan linear-kronologis.
 
“Alkisah di Bukit Talau hidup seekor ular besar peliharaan Nenek Tatak, perempuan bagak, pemberani” atau “Alkisah kata nenek, ada seorang laki-laki sholeh sering melintas di bawah sebatang pohon asam yang rindang”...[]
***
 
*) Sunlie Thomas Alexander memiliki nama lahir Tang Shunli, (lahir di Bangka, Kepulauan Bangka-Belitung, 7 Juni 1977), sastrawan berkebangsaan Indonesia keturunan Tionghoa. Ia dikenal melalui karya-karyanya berupa cerpen, puisi, esai, kritik sastra, catatan sepak bola, dan ulasan seni yang dipublikasikan di berbagai surat kabar serta jurnal yang terbit di Indonesia dan di luar negeri: Kompas, Jawa Pos, Koran Tempo, Media Indonesia, Horison, Suara Merdeka, Jurnal Cerpen Indonesia, Jurnal Poetika, Kedaulatan Rakyat, DetikSport, Jurnal Ruang, Gong, Lampung Post, Bangka Pos, Hai, Nova, Hakka Monthly, dll. Tahun 2016, menerima beasiswa residensi penulis di Taiwan dari Menteri Kebudayaan Republik China Taiwan, dan tahun 2018 menerima beasiswa residensi ke Belanda dari Komite Buku Nasional Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia.
 
http://sastra-indonesia.com/2020/11/alur-raudal-kembali-ke-dongeng/

No comments:

Post a Comment

A. Anzieb A. Muttaqin A. Qorib Hidayatullah A. Rifqi Hidayat A. Rodhi Murtadho A. Syauqi Sumbawi A.J. Susmana A.S. Laksana A'yat Khalili Abdul Hadi WM Abdul Hopid Abdul Kirno Tanda Abdul Wachid B.S. Acep Zamzam Noor Afrizal Malna Aguk Irawan MN Agus B. Harianto Agus Dermawan T. Agus Noor Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Sri Danardana Agus Sunyoto Agus Wibowo Agusri Junaidi Ahda Imran Ahid Hidayat Ahmad Muchlish Amrin Ahmadun Yosi Herfanda Ajip Rosidi Akhmad Sekhu Akhudiat Ali Audah Alim Bakhtiar Alunk Estohank Amien Kamil Amien Wangsitalaja Aming Aminoedhin Amir Hamzah Ana Mustamin Andhika Mappasomba Andi Achdian Andrenaline Katarsis Anjrah Lelono Broto Anton Wahyudi Anwar Holid Aprinus Salam Arafat Nur Ardy Kresna Crenata Arie MP Tamba Arief Budiman Ariel Heryanto Arif Wibowo Arman A.Z. Arsyad Indradi Aryadi Mellas Aryo Bhawono Asap Studio Asarpin Asep Rahmat Hidayat Asep Sambodja Aulia A Muhammad Awalludin GD Mualif B Kunto Wibisono Badaruddin Amir Balada Bambang Kempling Bambang Soebendo Banjir Bandang Beni Setia Benny Arnas Benny Benke Berita Berita Duka Bernando J. Sujibto Binhad Nurrohmat Boy Mihaballo Budaya Budi Darma Budi P. Hatees Bustan Basir Maras Catatan Cerbung Cerpen Chairil Gibran Ramadhan D. Zawawi Imron D.N. Aidit Daisy Priyanti Dandy Bayu Bramasta Daniel Dhakidae Dareen Tatour Dea Anugrah Dedy Sufriadi Dedy Tri Riyadi Deni Ahmad Fajar Deni Jazuli Denny JA Denny Mizhar Desti Fatin Fauziyyah Dewi Sartika Dhanu Priyo Prabowo Dharmadi Diah Budiana Dian Hartati Didin Tulus Djoko Pitono Djoko Saryono Donny Anggoro Dwi Pranoto Echa Panrita Lopi Eddi Koben Edy A Effendi Edy Firmansyah Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Darmoko Eko Faizin Emha Ainun Nadjib Enda Menzies Erlina P. Lestari Erwin Dariyanto Esai Esti Ambirati Evi Idawati Evi Sefiani F. Daus AR F. Rahardi Fahrudin Nasrulloh Faisal Kamandobat Fajar Alayubi Fakhrunnas MA Jabbar Fandy Hutari Farah Noersativa Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Faza Bina Al-Alim Felix K. Nesi Ferdian Ananda Majni Fian Firatmaja Gampang Prawoto Gema Erika Nugroho Goenawan Mohamad Gola Gong Gombloh Grathia Pitaloka Gunawan Budi Susanto Gunawan Maryanto Gus Noy H.B. Jassin Hairus Salim Hamka Hamsad Rangkuti Hari Murti Haris Firdaus Harry Aveling Hasan Aspahani Hasif Amini HE. Benyamine Hendri Yetus Siswono Herman Syahara Hermien Y. Kleden Holy Adib Huda S Noor Hudan Hidayat Hudan Nur Humam S Chudori Husni Hamisi I G.G. Maha Adi Iberamsyah Barbary Ida Fitri Idealisa Masyrafina Idrus Ignas Kleden Ikarisma Kusmalina Ike Ayuwandari Ilham Ilham Khoiri Imam Cahyono Imam Muhayat Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Tohari Indria Pamuhapsari Indrian Koto Irfan Sholeh Fauzi Isbedy Stiawan Z.S. J.J. Kusni Jadid Al Farisy Jajang R Kawentar Jakob Oetama Jalaluddin Rakhmat Jansen H. Sinamo Joni Ariadinata K.H. Bisri Syansuri K.H. M. Najib Muhammad Kahfi Ananda Giatama Kahfie Nazaruddin Kho Ping Hoo Kika Dhersy Putri Kitab Para Malaikat Kritik Sastra Kucing Oren Kunni Masrohanti Kuswinarto L.K. Ara Lagu Laksmi Shitaresmi Lan Fang Latief S. Nugraha Leila S. Chudori Leo Tolstoy Leon Agusta Lesbumi Yogyakarta Lily Yulianti Farid Linda Christanty Linda Sarmili Lukisan Lutfi Mardiansyah Luwu Utara M. Aan Mansyur M. Faizi M. Raudah Jambak M. Shoim Anwar M.D. Atmaja M’Shoe Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Majene Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mamasa Mamuju Mardi Luhung Marhalim Zaini Maroeli Simbolon Martin Aleida Masamba Mashuri Media KAMA_PO Melani Budianta Mihar Harahap Misbahus Surur Mochtar Lubis Moh. Jauhar al-Hakimi Mohammad Afifi Mohammad Yamin Much. Khoiri Muhammad Fauzi Muhammad Muhibbuddin Muhammad Ridwan Muhammad Subarkah Muhammad Walidin Muhammad Yasir Muhyiddin Mukhsin Amar Munawir Aziz Musa Ismail Mustamin Almandary N Teguh Prasetyo Nadine Gordimer Nara Ahirullah Nelson Alwi Nikita Mirzani Nirwan Ahmad Arsuka Nizar Qabbani Nugroho Sukmanto Nurani Soyomukti Nurel Javissyarqi Nuruddin Asyhadie Nurul Komariyah Ocehan Onghokham Otto Sukatno CR Pamela Allen Pameran Parakitri T. Simbolon Pelukis Pendidikan Penggalangan Dana Peta Provinsi Sulawesi Barat Polewali Pondok Pesantren Al-Madienah Pondok Pesantren Salafiyah Karossa Pramoedya Ananta Toer Pramuka Prasetyo Agung Pringadi AS Pringgo HR Priska Prosa Pudyo Saptono Puisi Puput Amiranti N Pustaka Ilalang PUstaka puJAngga Putu Fajar Arcana Putu Setia Putu Wijaya R Sutandya Yudha Khaidar R. Timur Budi Raja Radhar Panca Dahana Raedu Basha Ragdi F. Daye Rahmadi Usman Rahmat Sudirman Rahmat Sutandya Yudhanto Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rama Prabu Ratnani Latifah Raudal Tanjung Banua Reiny Dwinanda Remy Sylado Resensi Riadi Ngasiran Rian Harahap Ribut Wijoto Rida K Liamsi Riki Fernando Rofiqi Hasan Ronny Agustinus Rozi Kembara Rusydi Zamzami Rx King Motor S Yoga S. Jai Sabrank Suparno Safar Nurhan Saini K.M. Sajak Salman Rusydie Anwar Salman S Yoga Samsul Anam Sapardi Djoko Damono Sapto Hoedojo Sasti Gotama Sastra Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sejarah Seni Rupa Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sirajudin Siswoyo Sitok Srengenge Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sonia Sosiawan Leak Sukitman Sulawesi Selatan Sunaryono Basuki Ks Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Suriali Andi Kustomo Suryanto Sastroatmodjo Susi Ivvaty Susianna Sutan Takdir Alisjahbana Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Syaifuddin Gani Syamsudin Noer Moenadi Syihabuddin Qalyubi Syu’bah Asa Tari Bamba Manurung Tari Bulu Londong Tari Ma’Bundu Tari Mappande Banua Tari Patuddu Tari Salabose Daeng Poralle Tari Sayyang Pattuqduq Tari Toerang Batu Tata Chacha Tatan Daniel Taufik Ikram Jamil Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teater Teddi Muhtadin Teguh Setiawan Pinang Teguh Winarsho AS Tenas Effendy Tengsoe Tjahjono Tenni Purwanti Tito Sianipar Tjahjono Widijanto Toeti Heraty Tosiani Tri Wahono Udin Badruddin Udo Z. Karzi Umar Fauzi Ballah Umar Kayam Umbu Landu Paranggi Usman Arrumy UU Hamidy Uwell's King Shop Uwell's Setiawan W.S. Rendra Wahib Muthalib Wahyudi Akmaliah Muhammad Wan Anwar Wawancara Wayan Sunarta Welly Kuswanto Wicaksono Wicaksono Adi Wilson Nadeak Wisata Yohanes Sehandi Yonatan Raharjo Yopie Setia Umbara Yosephine Maryati Yudhis M. Burhanudin Yukio Mishima Yurnaldi Zamakhsyari Abrar