Wednesday, July 22, 2020

Aktifitas Pertambangan Dalam Kaca Mata Sastrawan

Wahib Muthalib

“Saya fikir di setiap daerah hampir sama. Ketika ada industri pertambangan, pasti perusahaan dan Pemda (Pemerintah Daerah) setempat memberikan janji-janji kesejahteraan bagi masyarakat.”

Demikian pernyataan Bustan Basir Maras penulis cerpen “Ziarah Mandar” mengawali komentarnya tentang aktifitas pertambangan di Indonesia. Pria asli Kabupaten Polewali Mandar, Sulawesi Barat ini mengatakan, persoalan yang timbul akibat aktifitas pertambangan bukanlah cerita baru.

Di Polewali Mandar, ujar Bustan, sedang berlansung aktifitas pertambangan batubara dan minyak bumi. Aktifitas tersebut bukannya tak menghadirkan masalah bagi warga setempat. Banyak masyarakat yang tidak siap dengan adanya aktifitas pertambangan.

Salah satu potret masalah pertambangan di Polewali Mandar, kata Bustan, adalah kurangnya sosialisasi yang dilakukan oleh perusahaan pertambangan yang ditunjuk oleh pemerintah daerah. Hal ini membuat masyarakat banyak yang tidak siap melihat ada hal-hal baru.

“Tiba-tiba saja di masjid ada pengumuman bahwa di daerah ini akan diadakan eksplorasi minyak,” tuturnya saat menghadiri acara bedah buku cerpennya yang berjudul 'Ziarah Mandar' dalam gelar GELADAK SASTRA bersama Komunitas Lembah Pring, di Omah Pring Kecamatan Sumobito, Jombang.

Bustan mengungkapkan, protes masyarakat pada akhirnya berujung pada sikap yang menghendaki adanya surat perjanjian kesefahaman antara warga dengan perusahaan tambang. Dengan adanya perjanjian, masyarakat berharap nantinya dapat diketahui sampai sejauh mana manfaat yang diberikan industri tambang bagi warga sekitar. “Namun sampai saat ini, ternyata usulan (surat perjanjian) tersebut belum ditindaklanjuti,” katanya.

Hanya keprihatinan yang dirasakan Bustan dan masyarakat Polewali Mandar. Usulan adanya surat perjanjian tak terwujud, sedangkan kesejahteraan yang dijanji-janjikan sebelumnya juga tak dirasakan. “Kita prihatin Mas. Meskipun sepertinya sulit mendorong terwujudnya kesejahteraan bagi masyarakat, tapi jika kita tidak berbuat apa-apa juga sepertinya menjadi hal yang aneh.”

Akhirnya, keprihatinan Bustan terhadap kondisi nelayan dan petani Kabupaten Polewali Mandar atas adanya aktifitas pertambangan dicurahkan melalui cerpen berjudul “Ziarah Mandar”. “Nah, setidaknya dengan cerpen ini saya bisa memberikan sesuatu melalui karya sastra,” ucap sastrawan yang saat ini tengah sibuk menyelesaikan thesisnya di fakultas Antropologi Universitas Gadjah Mada.

Belajarlah dari Kasus Mandar! Demikian pesan tersirat dari Abdul Malik, pengamat sastra asal Mojokerto. “Ziarah Mandar merupakan pengalaman, pengembaraan, pergulatan menghadapi kerasnya kehidupan dan catatan-catatan kritis Bustan Basir Maras terhadap kekayaan alam Mandar yang makin tergerus oleh kapitalisme asing,” ulasnya.

Rencananya karya ini juga akan dibawa roadshow kesejumlah daerah di Indonesia.
***

<strong>ROAD SHOW ZIARAH MANDAR 2011</strong>
ETAPE SLEBES (SULAWESI)

<strong>PALU-SULTENG, PASANGKAYU-MATRA, MAMUJU, MALUNDA, MAJENE, POLEWALI, MAKASSAR</strong>

Setelah etape pulau Jawa dan beberapa pulau lain, road show Ziarah Mandar kini memasuki etape Sulawesi. Bermula dari kota Palu-Sulawesi Tengah, terus ke selatan, Pasangkayu, Mamuju, Malunda, Majene, Polewali Mandar dan akan berakhir di gedung Lembaga Administarasi Negara (LAN) Makassar. Lalu awal April ini semoga sudah kembali ke Jogja lagi sambil persiapan etape Kalimantan-Palangkaraya dan beberapa kota lain di Pulau Borneo itu.

Dalam perjalanan road show di pulau Slebes (Sulawesi) yang bermula dari tanah suku bangsa Kaili-Palu, Sulawesi Tengah, ada banyak catatan menarik. Sebab apa yang mengalir dalam cerita Ziarah Mandar yang tertuang di dalam buku kumpulan cerpen Ziarah Mandar yang kami road show-kan ini, berbalik dari rute road show yang telah rampung 80 % hingga ke Sulawesi Barat-Mandar sekarang. Rute berikutnya tinggal beberapa komunitas di selatan Sulawesi Barat dan beberapa komunitas sastra di Makassar yang rencananya akan berlangsung di LAN Makassar (dalam konfirmasi). Jika di dalam cerpen Ziarah Mandar, tokoh aku mengisahkan dirinya melakukan perjalanan mulai dari Makassar hingga ke tanah Mandar yang kini bermetamorfosis menjadi Sulawesi Barat, maka dalam kenyataannya road show ini justru bermula dari Tanah Kaili-Palu, Sulawesi Tengah dan selanjutnya ke selatan-Makassar dll. Kota Palu, adalah kota orang-orang yang memanggilku Ngana (kamu). Demikianlah bahasa khas mereka jika memanggil seseorang. “Ngana pe buku, asyik juga dibaca le’ !” (Buku anda enak juga dibaca ya). Demikianlah mereka berkata kepada saya dalam sebuah forum. Hehe. Asyik juga. Benar-benar Indonesia.

Dari Sulawesi Tengah-Palu, saya mengalir bersama beberapa panitia dan kolega, menyusuri jalan berkelok ke Donggala, sebuah kota tua yang indah. Di sana-sini masih banyak ditemui bangunan peninggalan Portugis, menandakan kota ini suatu waktu pernah menjadi ladang basah portugis. Mereka mendirikan pelabuhan tua di sini, sambil menghisap rempah; lada, cengkeh dan berbagai hasil alam kota mungil ini ke dalam kapal-kapal induk pelayaran mereka ke eropa barat dan beberapa negeri lainnya di timur jauh bahkan ke afrika Selatan. Demikianlah sejarah mencatatkan. Meski, tentu tak dapat saya kisahkan semua peristiwa-peristiwa menarik dalam perjalanan ini, tetapi perjalanan berhari-hari ini kemudian menyampaikan langkah saya ke kota Vova Sanggayu, nama asal kota Pasangkayu, ibu kota Mamuju Utara kini. Di kota kecil ini saya sempatkan waktu, mengunjungi Tanjong Pasangkayu dan beberapa tempat lainnya yang pernah saya tapaki beberapa tahun silam saat melakukan riset di sini, termasuk ke suku bangsa Bunggu (Binggi), suku bangsa tertua di wilayah ini.

Dari Pasangkayu, kami terus merinsek ke Selatan, memasuki ibu kota Provinsi Sulawesi Barat, Mamuju atau biasa pula disebut dengan Manakarra. Di ibu kota propinsi termuda di Indonesia ini, saya sempatkan diri berenang di Kali Mamuju. Sesuatu yang aneh tentunya. Penduduk sekitar, terutama penduduk kota Manakarra menyebutnya dengan istilah Kali. Padahal kenyataannya kali ini adalah sungai besar yang membelah kota Mamuju menjadi dua. Entahlah. Lalu setelah puas mengguyur diri di Kali Mamuju, saya kemudian menyerahkan diri ke tangan kawan-kawan Komunitas Rumah Kita (KORUMTA) yang kami dirikan sejak tahun 2006 lalu. Mereka lalu ‘menggelandang’ saya ke sana kemari. Merekalah yang menghendel begitu banyak acara, mulai dari lanjutan road show Ziarah Mandar di Universiatas Alas’ariyah Mandar (Unasman) Malunda, hingga beberapa work shop kepenulisan di Majene dan Malunda. Bahkan mereka ‘menyandera’ saya berhari-hari, mendaki gunung Mekkatta di Malunda, dan meminta waktu khusus kuliah malam selama dua hari berturut-turut. Gila. Luar biasa. Kawan-kawan Korumta-lah pula yang mengantar saya hingga ke Polewali Mandar untuk lanjutan road show Ziarah Mandar di Unasman-Manding, Polewali Mandar. Dan meski perjalanan menuju Makassar sudah separuh jalan, tapi mereka tetap menahan saya dan kembali lagi ke Majene untuk beberapa work shop yang sudah disiapkan oleh Korumta. Diam-diam saya juga menyadari, inilah konsekwensi logis yang harus saya terima lantaran telah ikut mendirikan komunitas ini lima tahun silam. Hehe. Kini tinggal menunggu konfirmasi tanggal dan kepastian dari beberapa panitia di Selatan Sulawesi Barat dan sekelompok mahasiswa di LAN Makassar. Semoga sisa dua rute road show memasuki Sulawesi Selatan dalam beberapa hari ke depan juga berjalan dengan baik dan lancar, sebagaimana road show sebelumnya.

Amin !
http://www.senimana.com/berita-153-bustan-basir-maras.html

No comments:

Post a Comment

A. Anzieb A. Muttaqin A. Qorib Hidayatullah A. Rifqi Hidayat A. Rodhi Murtadho A. Syauqi Sumbawi A.J. Susmana A.S. Laksana A'yat Khalili Abdul Hadi WM Abdul Hopid Abdul Kirno Tanda Abdul Wachid B.S. Acep Zamzam Noor Afrizal Malna Aguk Irawan MN Agus B. Harianto Agus Dermawan T. Agus Noor Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Sri Danardana Agus Sunyoto Agus Wibowo Agusri Junaidi Ahda Imran Ahid Hidayat Ahmad Muchlish Amrin Ahmadun Yosi Herfanda Ajip Rosidi Akhmad Sekhu Akhudiat Ali Audah Alim Bakhtiar Alunk Estohank Amien Kamil Amien Wangsitalaja Aming Aminoedhin Amir Hamzah Ana Mustamin Andhika Mappasomba Andi Achdian Andrenaline Katarsis Anjrah Lelono Broto Anton Wahyudi Anwar Holid Aprinus Salam Arafat Nur Ardy Kresna Crenata Arie MP Tamba Arief Budiman Ariel Heryanto Arif Wibowo Arman A.Z. Arsyad Indradi Aryadi Mellas Aryo Bhawono Asap Studio Asarpin Asep Rahmat Hidayat Asep Sambodja Aulia A Muhammad Awalludin GD Mualif B Kunto Wibisono Badaruddin Amir Balada Bambang Kempling Bambang Soebendo Banjir Bandang Beni Setia Benny Arnas Benny Benke Berita Berita Duka Bernando J. Sujibto Binhad Nurrohmat Boy Mihaballo Budaya Budi Darma Budi P. Hatees Bustan Basir Maras Catatan Cerbung Cerpen Chairil Gibran Ramadhan D. Zawawi Imron D.N. Aidit Daisy Priyanti Dandy Bayu Bramasta Daniel Dhakidae Dareen Tatour Dea Anugrah Dedy Sufriadi Dedy Tri Riyadi Deni Ahmad Fajar Deni Jazuli Denny JA Denny Mizhar Desti Fatin Fauziyyah Dewi Sartika Dhanu Priyo Prabowo Dharmadi Diah Budiana Dian Hartati Didin Tulus Djoko Pitono Djoko Saryono Donny Anggoro Dwi Pranoto Echa Panrita Lopi Eddi Koben Edy A Effendi Edy Firmansyah Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Darmoko Eko Faizin Emha Ainun Nadjib Enda Menzies Erlina P. Lestari Erwin Dariyanto Esai Esti Ambirati Evi Idawati Evi Sefiani F. Daus AR F. Rahardi Fahrudin Nasrulloh Faisal Kamandobat Fajar Alayubi Fakhrunnas MA Jabbar Fandy Hutari Farah Noersativa Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Faza Bina Al-Alim Felix K. Nesi Ferdian Ananda Majni Fian Firatmaja Gampang Prawoto Gema Erika Nugroho Goenawan Mohamad Gola Gong Gombloh Grathia Pitaloka Gunawan Budi Susanto Gunawan Maryanto Gus Noy H.B. Jassin Hairus Salim Hamka Hamsad Rangkuti Hari Murti Haris Firdaus Harry Aveling Hasan Aspahani Hasif Amini HE. Benyamine Hendri Yetus Siswono Herman Syahara Hermien Y. Kleden Holy Adib Huda S Noor Hudan Hidayat Hudan Nur Humam S Chudori Husni Hamisi I G.G. Maha Adi Iberamsyah Barbary Ida Fitri Idealisa Masyrafina Idrus Ignas Kleden Ikarisma Kusmalina Ike Ayuwandari Ilham Ilham Khoiri Imam Cahyono Imam Muhayat Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Tohari Indria Pamuhapsari Indrian Koto Irfan Sholeh Fauzi Isbedy Stiawan Z.S. J.J. Kusni Jadid Al Farisy Jajang R Kawentar Jakob Oetama Jalaluddin Rakhmat Jansen H. Sinamo Joni Ariadinata K.H. Bisri Syansuri K.H. M. Najib Muhammad Kahfi Ananda Giatama Kahfie Nazaruddin Kho Ping Hoo Kika Dhersy Putri Kitab Para Malaikat Kritik Sastra Kucing Oren Kunni Masrohanti Kuswinarto L.K. Ara Lagu Laksmi Shitaresmi Lan Fang Latief S. Nugraha Leila S. Chudori Leo Tolstoy Leon Agusta Lesbumi Yogyakarta Lily Yulianti Farid Linda Christanty Linda Sarmili Lukisan Lutfi Mardiansyah Luwu Utara M. Aan Mansyur M. Faizi M. Raudah Jambak M. Shoim Anwar M.D. Atmaja M’Shoe Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Majene Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mamasa Mamuju Mardi Luhung Marhalim Zaini Maroeli Simbolon Martin Aleida Masamba Mashuri Media KAMA_PO Melani Budianta Mihar Harahap Misbahus Surur Mochtar Lubis Moh. Jauhar al-Hakimi Mohammad Afifi Mohammad Yamin Much. Khoiri Muhammad Fauzi Muhammad Muhibbuddin Muhammad Ridwan Muhammad Subarkah Muhammad Walidin Muhammad Yasir Muhyiddin Mukhsin Amar Munawir Aziz Musa Ismail Mustamin Almandary N Teguh Prasetyo Nadine Gordimer Nara Ahirullah Nelson Alwi Nikita Mirzani Nirwan Ahmad Arsuka Nizar Qabbani Nugroho Sukmanto Nurani Soyomukti Nurel Javissyarqi Nuruddin Asyhadie Nurul Komariyah Ocehan Onghokham Otto Sukatno CR Pamela Allen Pameran Parakitri T. Simbolon Pelukis Pendidikan Penggalangan Dana Peta Provinsi Sulawesi Barat Polewali Pondok Pesantren Al-Madienah Pondok Pesantren Salafiyah Karossa Pramoedya Ananta Toer Pramuka Prasetyo Agung Pringadi AS Pringgo HR Priska Prosa Pudyo Saptono Puisi Puput Amiranti N Pustaka Ilalang PUstaka puJAngga Putu Fajar Arcana Putu Setia Putu Wijaya R Sutandya Yudha Khaidar R. Timur Budi Raja Radhar Panca Dahana Raedu Basha Ragdi F. Daye Rahmadi Usman Rahmat Sudirman Rahmat Sutandya Yudhanto Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rama Prabu Ratnani Latifah Raudal Tanjung Banua Reiny Dwinanda Remy Sylado Resensi Riadi Ngasiran Rian Harahap Ribut Wijoto Rida K Liamsi Riki Fernando Rofiqi Hasan Ronny Agustinus Rozi Kembara Rusydi Zamzami Rx King Motor S Yoga S. Jai Sabrank Suparno Safar Nurhan Saini K.M. Sajak Salman Rusydie Anwar Salman S Yoga Samsul Anam Sapardi Djoko Damono Sapto Hoedojo Sasti Gotama Sastra Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sejarah Seni Rupa Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sirajudin Siswoyo Sitok Srengenge Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sonia Sosiawan Leak Sukitman Sulawesi Selatan Sunaryono Basuki Ks Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Suriali Andi Kustomo Suryanto Sastroatmodjo Susi Ivvaty Susianna Sutan Takdir Alisjahbana Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Syaifuddin Gani Syamsudin Noer Moenadi Syihabuddin Qalyubi Syu’bah Asa Tari Bamba Manurung Tari Bulu Londong Tari Ma’Bundu Tari Mappande Banua Tari Patuddu Tari Salabose Daeng Poralle Tari Sayyang Pattuqduq Tari Toerang Batu Tata Chacha Tatan Daniel Taufik Ikram Jamil Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teater Teddi Muhtadin Teguh Setiawan Pinang Teguh Winarsho AS Tenas Effendy Tengsoe Tjahjono Tenni Purwanti Tito Sianipar Tjahjono Widijanto Toeti Heraty Tosiani Tri Wahono Udin Badruddin Udo Z. Karzi Umar Fauzi Ballah Umar Kayam Umbu Landu Paranggi Usman Arrumy UU Hamidy Uwell's King Shop Uwell's Setiawan W.S. Rendra Wahib Muthalib Wahyudi Akmaliah Muhammad Wan Anwar Wawancara Wayan Sunarta Welly Kuswanto Wicaksono Wicaksono Adi Wilson Nadeak Wisata Yohanes Sehandi Yonatan Raharjo Yopie Setia Umbara Yosephine Maryati Yudhis M. Burhanudin Yukio Mishima Yurnaldi Zamakhsyari Abrar