Saturday, July 17, 2021

Rahasia-Rahasia yang Mencekam

Judul buku : Rahasia Selma
Penulis : Linda Christanty
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama, April 2010
Tebal : ix + 121 halaman.
Peresensi : Arman A.Z. *
lampungpost.com
 
TAK selamanya rumah menjadi wilayah ideal sebagaimana dikonsepsikan banyak orang. Lewat sejumlah media, acap kita pergoki beragam fakta kekerasan fisik, psikologis, dan seksual yang justru terjadi dalam rumah dan dilakukan orang-orang terdekat. Umumnya yang jadi korban adalah perempuan dan anak-anak. Banyak sastrawan membidik fakta-fakta buruk yang bertaburan macam ini dan membingkainya dalam karya sastra.
 
April lalu, Linda Christanty menerbitkan kumpulan cerita terbaru, Rahasia Selma. Buku ini merangkum 11 cerpen yang mayoritas sudah dipublikasikan di media massa nasional. Jika dibuat daftar cerpenis perempuan di negeri ini dengan karya-karya yang berkualitas, Linda layak termasuk di dalamnya. Sebelumnya, kumpulan cerpennya Kuda Terbang Mario Pinto meraih Khatulistiwa Literary Award 2004 untuk kategori buku fiksi Indonesia terbaik.
 
Membaca cerpen pembuka buku ini, berjudul Pohon Kersen, serupa menyaksikan potongan-potongan kisah; tentang tokoh anak yang gemar membaca buku sambil duduk di batang pohon kersen, relasi kakek dan penjual ikan yang bukan lagi sekadar penjual-pembeli, Yu Ani dan Mak Sol yang kalah dalam urusan asmara. Sisi kelam tokoh anak ini adalah dia menjadi korban kekerasan seksual Husni, orang yang dikenal dan tinggal serumah kemudian memanfaatkan tubuhnya dengan imbalan meminjamkan komik atau buku. Cerpen lain yang membongkar ulang konsep ideal tentang “rumah”, bisa disimak dalam cerpen Kesedihan, yang berkisah tentang wanita dan pria yang sudah berpisah tapi masih tinggal serumah.
 
Lama berdomisili di Aceh, ihwal tanah rencong pun tak luput dari cermatan Linda. Tahun 2008, bukunya yang berjudul Dari Jawa Menuju Atjeh mendapat apresiasi positif dari banyak kalangan. Dalam buku ini pun, ada beberapa cerpen berlatar wilayah yang pernah menjadi ladang permainan konflik itu, misalnya Para Pencerita dan Drama. Dalam kedua cerpen ini, Linda membidiknya dari kacamata penduduk biasa. Penindasan kaum minoritas yang masih terus terjadi di negeri ini, coba diangkat Linda lewat cerpen Kupu-Kupu Merah Jambu. Berkisah tentang seorang waria yang menghidupi diri lewat jalan prostitusi. Hidup di antara tuntutan perut, cemooh orang-orang, dan rentan bahaya, membuatnya teralienasi dari lingkungan. Di akhir kisah, tokoh dalam cerpen ini mengakhiri hidup seorang pelanggan dengan membunuhnya. Dalam cerpen ini, Linda cerdik mengakomodasi napas surealis dengan menggunakan metafora lelaki bertato ular dan si waria bersayap kupu-kupu.
 
Karakteristik cerpen-cerpen Linda kuat. Linda menganggit narasi teks-teks cerpennya dengan teliti, detail, dan penuh perhitungan. Disusun dengan narasi merambat pelan dan menimbulkan kesan mencekam. Ada tafsir baru di balik lapis cerita-ceritanya yang mengajak kita membuka lagi pemikiran terhadap isu gender dan relasinya dengan norma dan kehidupan sosial.
 
Ketika dunia kian modern, ditunjang dengan fasilitas teknologi serbacanggih, kecenderungan menjadi individualis menjangkiti manusia, apa pun penyulutnya. Bahkan bisa saja terkesan absurd. Orang-orang kesepian, butuh ruang kosong, ingin berbagi, mencoba menjadi orang lain, menetaskan semacam fenomena masyarakat yang “sakit”. Ini bisa ditemukan dalam cerpen penutup berjudul Babe. Cerpen ini berisi narasi tokoh wanita yang berkenalan dengan seorang lelaki, menikah, punya seorang anak yang hilang, serong dengan empat pria berlatar belakang berbeda. Dan aneh (atau sakitnya?), semua itu hanya terjadi di dunia maya, bukan dalam kenyataan.
 
Sebagian besar tokoh-tokoh perempuan dalam buku ini mengalami nasib atau ingatan buruk. Potongan demi potongan cerita dijalin lamat-lamat oleh Linda dengan komposisi teks dan diksi terukur. Dalam buku ini kita temukan sejumlah cerpen bertema feminisme yang muram dan penuh cekam, bahkan jauh dari hiruk pikuk perjuangan kesetaraan hak dan gender. Dan semua diselesaikan dengan cara mereka sendiri: diam saja, memilih jalan aman yang cenderung perih, menelan dan merahasiakan apa yang dialaminya. Mereka, para korban ini, tak berkeinginan mengadu ke pihak lain demi memperjuangkan haknya. Mengutip kalimat penutup di cerita Pohon Kersen : bahwa kenangan-kenangan selalu kembali; ihwal-ihwal macam inilah yang mungkin saja menjadi luka ingatan dan trauma akut di kemudian hari bagi si korban.

*) Arman A.Z., Pembaca buku.  http://sastra-indonesia.com/2010/07/rahasia-rahasia-yang-mencekam/

No comments:

Post a Comment

A. Anzieb A. Muttaqin A. Qorib Hidayatullah A. Rifqi Hidayat A. Rodhi Murtadho A. Syauqi Sumbawi A.J. Susmana A.S. Laksana A'yat Khalili Abdul Hadi WM Abdul Hopid Abdul Kirno Tanda Abdul Wachid B.S. Acep Zamzam Noor Afrizal Malna Aguk Irawan MN Agus B. Harianto Agus Dermawan T. Agus Noor Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Sri Danardana Agus Sunyoto Agus Wibowo Agusri Junaidi Ahda Imran Ahid Hidayat Ahmad Muchlish Amrin Ahmadun Yosi Herfanda Ajip Rosidi Akhmad Sekhu Akhudiat Ali Audah Alim Bakhtiar Alunk Estohank Amien Kamil Amien Wangsitalaja Aming Aminoedhin Amir Hamzah Ana Mustamin Andhika Mappasomba Andi Achdian Andrenaline Katarsis Anjrah Lelono Broto Anton Wahyudi Anwar Holid Aprinus Salam Arafat Nur Ardy Kresna Crenata Arie MP Tamba Arief Budiman Ariel Heryanto Arif Wibowo Arman A.Z. Arsyad Indradi Aryadi Mellas Aryo Bhawono Asap Studio Asarpin Asep Rahmat Hidayat Asep Sambodja Aulia A Muhammad Awalludin GD Mualif B Kunto Wibisono Badaruddin Amir Balada Bambang Kempling Bambang Soebendo Banjir Bandang Beni Setia Benny Arnas Benny Benke Berita Berita Duka Bernando J. Sujibto Binhad Nurrohmat Boy Mihaballo Budaya Budi Darma Budi P. Hatees Bustan Basir Maras Catatan Cerbung Cerpen Chairil Gibran Ramadhan D. Zawawi Imron D.N. Aidit Daisy Priyanti Dandy Bayu Bramasta Daniel Dhakidae Dareen Tatour Dea Anugrah Dedy Sufriadi Dedy Tri Riyadi Deni Ahmad Fajar Deni Jazuli Denny JA Denny Mizhar Desti Fatin Fauziyyah Dewi Sartika Dhanu Priyo Prabowo Dharmadi Diah Budiana Dian Hartati Didin Tulus Djoko Pitono Djoko Saryono Donny Anggoro Dwi Pranoto Echa Panrita Lopi Eddi Koben Edy A Effendi Edy Firmansyah Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Darmoko Eko Faizin Emha Ainun Nadjib Enda Menzies Erlina P. Lestari Erwin Dariyanto Esai Esti Ambirati Evi Idawati Evi Sefiani F. Daus AR F. Rahardi Fahrudin Nasrulloh Faisal Kamandobat Fajar Alayubi Fakhrunnas MA Jabbar Fandy Hutari Farah Noersativa Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Faza Bina Al-Alim Felix K. Nesi Ferdian Ananda Majni Fian Firatmaja Gampang Prawoto Gema Erika Nugroho Goenawan Mohamad Gola Gong Gombloh Grathia Pitaloka Gunawan Budi Susanto Gunawan Maryanto Gus Noy H.B. Jassin Hairus Salim Hamka Hamsad Rangkuti Hari Murti Haris Firdaus Harry Aveling Hasan Aspahani Hasif Amini HE. Benyamine Hendri Yetus Siswono Herman Syahara Hermien Y. Kleden Holy Adib Huda S Noor Hudan Hidayat Hudan Nur Humam S Chudori Husni Hamisi I G.G. Maha Adi Iberamsyah Barbary Ida Fitri Idealisa Masyrafina Idrus Ignas Kleden Ikarisma Kusmalina Ike Ayuwandari Ilham Ilham Khoiri Imam Cahyono Imam Muhayat Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Tohari Indria Pamuhapsari Indrian Koto Irfan Sholeh Fauzi Isbedy Stiawan Z.S. J.J. Kusni Jadid Al Farisy Jajang R Kawentar Jakob Oetama Jalaluddin Rakhmat Jansen H. Sinamo Joni Ariadinata K.H. Bisri Syansuri K.H. M. Najib Muhammad Kahfi Ananda Giatama Kahfie Nazaruddin Kho Ping Hoo Kika Dhersy Putri Kitab Para Malaikat Kritik Sastra Kucing Oren Kunni Masrohanti Kuswinarto L.K. Ara Lagu Laksmi Shitaresmi Lan Fang Latief S. Nugraha Leila S. Chudori Leo Tolstoy Leon Agusta Lesbumi Yogyakarta Lily Yulianti Farid Linda Christanty Linda Sarmili Lukisan Lutfi Mardiansyah Luwu Utara M. Aan Mansyur M. Faizi M. Raudah Jambak M. Shoim Anwar M.D. Atmaja M’Shoe Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Majene Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mamasa Mamuju Mardi Luhung Marhalim Zaini Maroeli Simbolon Martin Aleida Masamba Mashuri Media KAMA_PO Melani Budianta Mihar Harahap Misbahus Surur Mochtar Lubis Moh. Jauhar al-Hakimi Mohammad Afifi Mohammad Yamin Much. Khoiri Muhammad Fauzi Muhammad Muhibbuddin Muhammad Ridwan Muhammad Subarkah Muhammad Walidin Muhammad Yasir Muhyiddin Mukhsin Amar Munawir Aziz Musa Ismail Mustamin Almandary N Teguh Prasetyo Nadine Gordimer Nara Ahirullah Nelson Alwi Nikita Mirzani Nirwan Ahmad Arsuka Nizar Qabbani Nugroho Sukmanto Nurani Soyomukti Nurel Javissyarqi Nuruddin Asyhadie Nurul Komariyah Ocehan Onghokham Otto Sukatno CR Pamela Allen Pameran Parakitri T. Simbolon Pelukis Pendidikan Penggalangan Dana Peta Provinsi Sulawesi Barat Polewali Pondok Pesantren Al-Madienah Pondok Pesantren Salafiyah Karossa Pramoedya Ananta Toer Pramuka Prasetyo Agung Pringadi AS Pringgo HR Priska Prosa Pudyo Saptono Puisi Puput Amiranti N Pustaka Ilalang PUstaka puJAngga Putu Fajar Arcana Putu Setia Putu Wijaya R Sutandya Yudha Khaidar R. Timur Budi Raja Radhar Panca Dahana Raedu Basha Ragdi F. Daye Rahmadi Usman Rahmat Sudirman Rahmat Sutandya Yudhanto Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rama Prabu Ratnani Latifah Raudal Tanjung Banua Reiny Dwinanda Remy Sylado Resensi Riadi Ngasiran Rian Harahap Ribut Wijoto Rida K Liamsi Riki Fernando Rofiqi Hasan Ronny Agustinus Rozi Kembara Rusydi Zamzami Rx King Motor S Yoga S. Jai Sabrank Suparno Safar Nurhan Saini K.M. Sajak Salman Rusydie Anwar Salman S Yoga Samsul Anam Sapardi Djoko Damono Sapto Hoedojo Sasti Gotama Sastra Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sejarah Seni Rupa Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sirajudin Siswoyo Sitok Srengenge Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sonia Sosiawan Leak Sukitman Sulawesi Selatan Sunaryono Basuki Ks Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Suriali Andi Kustomo Suryanto Sastroatmodjo Susi Ivvaty Susianna Sutan Takdir Alisjahbana Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Syaifuddin Gani Syamsudin Noer Moenadi Syihabuddin Qalyubi Syu’bah Asa Tari Bamba Manurung Tari Bulu Londong Tari Ma’Bundu Tari Mappande Banua Tari Patuddu Tari Salabose Daeng Poralle Tari Sayyang Pattuqduq Tari Toerang Batu Tata Chacha Tatan Daniel Taufik Ikram Jamil Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teater Teddi Muhtadin Teguh Setiawan Pinang Teguh Winarsho AS Tenas Effendy Tengsoe Tjahjono Tenni Purwanti Tito Sianipar Tjahjono Widijanto Toeti Heraty Tosiani Tri Wahono Udin Badruddin Udo Z. Karzi Umar Fauzi Ballah Umar Kayam Umbu Landu Paranggi Usman Arrumy UU Hamidy Uwell's King Shop Uwell's Setiawan W.S. Rendra Wahib Muthalib Wahyudi Akmaliah Muhammad Wan Anwar Wawancara Wayan Sunarta Welly Kuswanto Wicaksono Wicaksono Adi Wilson Nadeak Wisata Yohanes Sehandi Yonatan Raharjo Yopie Setia Umbara Yosephine Maryati Yudhis M. Burhanudin Yukio Mishima Yurnaldi Zamakhsyari Abrar