Tuesday, July 6, 2021

K.H. M. Najib Muhammad (Gus Najib), Denanyar, Jombang


M’Shoe
Media Ummat Online, 14 Juni 2014
 
Berbekal Intelektual Raih Gelar Internasional
 
Haul KH. Bisri Syansuri di Pondok Pesantren Mambaul Maarif, Denanyar, Jombang tahun 2014, menjadi wasilah bertemunya Media Ummat Online (MU) dengan para ulama’ di Jombang di dalam lingkungan Pesantren Denanyar. Satu diantarnya KH.M. Najib Muhammad, pengasuh Pondok Pesantren Al-Madienah.
 
Hampir saja kesempatan bertemu dengan seorang kyai muda penuh talenta akan sirna. Saat MU datang di teras rumahnya, tampak sosok kyai muda nan tampan, berjas kulit serban putih menempel di pundaknya, sudah bersiap berangkat memenuhi undangan pengajian. Jadwalnya memang padat, di Jombang sendiri, di Jawa Timur, bahkan luar Jawa.
 
Mengetahui kedatangan rombongan MU, kyai yang biasa disapa Gus Najib itu menyempatkan waktu untuk menerima silaturahim. Pertemuan pertama memberi kesan mendalam; beliau sosok yang ramah, santun, lugas, berwibawa serta intelek. Selama perbincangan yang tak sampai 30 menit, beliau berbagi kisahnya dengan penuh kehangatan.
 
Dipercaya Sejak Muda
 
KH. M. Najib Muhammad adalah putra pertama dari empat bersaudara. Beliau dilahirkan di Senori, Tuban, Jawa Timur, 1 Juni 1968, dari seorang ibu muslimah ugeman pesantren tulen yang bernama Hj.Umamah, istri sholihah seorang kyai pemangku pesantren, yaitu Romo KH. M. Muhyiddin Munawwar, Pengasuh Ponpes Mansya’ul Huda 02, Senori.
 
Sedari kecil, beliau dibimbing dan diasuh langsung oleh kedua orangtuanya penuh kasih sayang dan disiplin ilmu agama yang tinggi nan ketat, akrab dalam suasana pondok pesantren yang harmoni. Maka tak salah, jika mantan kader salah satu parpol ini tumbuh menjadi pribadi handal, baik intelektual maupun spiritualitasnya.
 
Sejak usia kanak-kanak, Gus Najib sudah memiliki tanda-tanda akan menjadi seorang ulama’ luar biasa di dalam keilmuannya. Di usianya yang ke 12 tahun (1980), ketika masih di bawah asuhan abahnya, Gus Najib telah jamak menghafalkan kitab-kitab karya ulama-ulama salaf, seperti Alfiyah, Imrithi, Balaghoh, serta masih banyak kitab-kitab matan beliau hafal.
 
Menginjak usianya ke 13 tahun, setiap hari bulan Ramadhan (Khataman Ramadhan), Gus Najib mampu mengajar kitab-kitab besar (seperti Ibnu Aqil, Kifayatul Akhyar, Jawahirul Bukhori dan sebagainya) pada pesantren asuhan ayahnya. Uniknya, jamaah yang mengaji kala itu kebanyakan para seniornya.
 
Meski dalam naungan abahnya hingga lulus Ibtidaiyah, dan berlanjut lulus MTs, Gus Najib tidak mau bermalas-malasan. Usai menamatkan jenjang MTs, beliau berhijrah ke Pesantren Al-Anwar, Rembang, Jawa Tengah, guna menimba keilmuan di bawah asuhan Romo KH. Maemoen Zubair.
 
Dalam usianya yang relatif muda (23 th), Gus Najib direkrut oleh PWNU Jatim sebagai Tim Perumus Bahtsul Masa’il yang berjumlah 12 anggota, bahkan sempat menjabat sekretarisnya, sedang ketuanya saat itu KH. Hasyim Abbas. Pada saat yang sama, beliau juga menjadi Pengurus LDNU Jatim periode 90-an. Ketika berlangsungnya Muktamar NU di Cipasung, beliau salah satu yang ditunjuk oleh para kyai sepuh untuk menjadi bagian Tim Perumus bersama kyai-kyai sepuh lainnya se-Indonesia yang berjumlah 23 orang.
 
Gelar Al-Imam dari Cairo
 
Pada pertengahan tahun 1991, Gus Najib mengakhiri lajangnya dengan mempersunting putri kesayangan KH. A. Aziz Masyhuri, Pengasuh Ponpes Al-Aziziyah, Denanyar, Jombang, yaitu Ning Hj. Bariroh. Dari pernikahannya itu, dikaruniai putra-putri sebanyak lima anak, yaitu Ning Farah Madinah, Gus Fahrur Rizal Haq, Ning Faiqoh Himmah, Ning Fahira Az Zahra, dan Ning Fairuzza Naila Mumtazza.
 
Pernah suatu ketika setelah melalui tes yang ketat tahun 1996, beliau ditunjuk mewakili Jawa Timur menjadi peserta PPWK LAKPESDAM yang diselenggarakan PBNU. Dan menjadi koordinator para alumninya hingga dua periode. “Dosen saya disaat itu adalah Gus Dur (Abdurrahman Wahid), Nurkholis Majid, Harun Nasution, Jalaluddin Rakhmat, Yusril Ihza Mahendra, dan Munawir Sjadzali, sedangkan senior saya dikala itu, KH. Said Aqil Siradj dan KH. Masdar Farid”, kenangnya. Sayangnya, kegiatan-kegiatan tersebut cukup menyita waktu, apalagi kegiatan tabligh dan ceramahnya memenuhi undangan, pun mendekati ummat telah menyita banyak waktu. Akhirnya pasca Muktamar di Lirboyo, beliau tidak bisa aktif kembali di dua bidang lembaga NU tersebut.
 
Begitu pula dalam karier dunia politiknya, tahun 1998 beliau sempat menjabat Wakil Ketua Dewan Syuro di sebuah partai. Pada usianya yang cukup relatif muda 30 tahun, beliau sudah mendapatkan posisi penting, namun 18 bulan kemudian beliau mengundurkan diri. “Setelah saya terjun dalam politik praktis, saya baru tahu bahwa itu bukan habitat saya. Saya lebih cocok dalam dunia dakwah” kilahnya.

Sebelumnya, pada tahun yang sama 1998, beliau merintis dan mendirikan Pondok Pesantren Al-Madienah, yang terletak di Jl. Imam Bonjol (sebelah timur MAN 4) Denanyar, Jombang, Kode Pos: 61419, Telepon: (0321) 872206, kemudian pembangunan yang kedua di Jl. KH. Bisri Syansuri (sebelah barat MAN 4) No. 81/83, Kec. Jombang, Kab. Jombang, Jawa Timur. Kode Pos: 61419 Telepon: (0321) 87220.
 
Pada tahun 2003, Gus Najib mendapatkan Beasiswa Utama dan berkesempatan mengikuti Dauroh Aimmah di Masyikhoh Cairo, guna memperoleh gelar Al-Imam. Dan dari 59 peserta yang ada, utusan dari 9 negara, beliau berhasil mendapatkan peringkat terbaik kedua setelah Dr. Abdurrahman dari Damaskus, Syria.
 
Dakwah dan Pondok
 
Hingga saat ini, selain mengasuh pesantrennya, Gus Najib banyak disibukkan kegiatan ceramah. Jadwalnya begitu padat, dan hampir seluruh wilayah di negeri ini sudah pernah beliau kunjungi dalam berdakwa, seperti di Kaltim, Kalbar, Sumsel, Sumut, Merauke, Batam, Riau, dan Papua.
 
Meski demikian, beliau masih dapat membagi waktu untuk pesantren yangdipimpinnya. Ini dibuktikan dengan hampir semua kitab yang diajarkan di Pesantren Al Madienah, -khatam tepat waktunya. “Sesibuk apapun beliau, selalu punya waktu untuk para santri yang diasuhnya” kata Ustadz Jasmani (salah satu pembina pesantren).
 
Saat bersilaturahim dengan MU, Gus Najib memberikan pandangan pemikiran seputar perkembangan kehidupan masyarakat di zaman modern:
“Masyarakat saat ini dihadapkan pada problema dunia modern yang tidak dapat diselesaikan dengan pemecahan-pemecahan teknis. Tampaknya terdapat suatu history dementalitiy baru yang menjadikan mainstream kesadaran insan, yaitu keinginan manusia untuk melihat kembali dunia transendental atau spiritualisme yang selama ini tersingkirkan. Aspek inilah yang sesungguhnya menjadi ciri utama kecenderungan masyarakat modern. Manusia mencoba kembali pada agama untuk mengisi kekosongan hati, dan tujuan hidupnya dari perspektif agama. Kecendrungan manusia kembali pada pangkuan agama ini, terartikulasi pada berbagai macam praktek keagamaan. Agama yang hanya mementingkan keutuhan atau kemapanan ortodoksi teologis, dan tidak memberi peluang yang proporsional pada pemberdayaan akal untuk menginterpretasikan pesan-pesan teologis Tuhan sesuai dengan perkembangan yang ada.” begitulah pesannya sambil mengakhiri cerita.
***

http://pustakapujangga.com/2021/07/k-h-m-najib-muhammad-gus-najib-denanyar-jombang/

No comments:

Post a Comment

A. Anzieb A. Muttaqin A. Qorib Hidayatullah A. Rifqi Hidayat A. Rodhi Murtadho A. Syauqi Sumbawi A.J. Susmana A.S. Laksana A'yat Khalili Abdul Hadi WM Abdul Hopid Abdul Kirno Tanda Abdul Wachid B.S. Acep Zamzam Noor Afrizal Malna Aguk Irawan MN Agus B. Harianto Agus Dermawan T. Agus Noor Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Sri Danardana Agus Sunyoto Agus Wibowo Agusri Junaidi Ahda Imran Ahid Hidayat Ahmad Muchlish Amrin Ahmadun Yosi Herfanda Ajip Rosidi Akhmad Sekhu Akhudiat Ali Audah Alim Bakhtiar Alunk Estohank Amien Kamil Amien Wangsitalaja Aming Aminoedhin Amir Hamzah Ana Mustamin Andhika Mappasomba Andi Achdian Andrenaline Katarsis Anjrah Lelono Broto Anton Wahyudi Anwar Holid Aprinus Salam Arafat Nur Ardy Kresna Crenata Arie MP Tamba Arief Budiman Ariel Heryanto Arif Wibowo Arman A.Z. Arsyad Indradi Aryadi Mellas Aryo Bhawono Asap Studio Asarpin Asep Rahmat Hidayat Asep Sambodja Aulia A Muhammad Awalludin GD Mualif B Kunto Wibisono Badaruddin Amir Balada Bambang Kempling Bambang Soebendo Banjir Bandang Beni Setia Benny Arnas Benny Benke Berita Berita Duka Bernando J. Sujibto Binhad Nurrohmat Boy Mihaballo Budaya Budi Darma Budi P. Hatees Bustan Basir Maras Catatan Cerbung Cerpen Chairil Gibran Ramadhan D. Zawawi Imron D.N. Aidit Daisy Priyanti Dandy Bayu Bramasta Daniel Dhakidae Dareen Tatour Dea Anugrah Dedy Sufriadi Dedy Tri Riyadi Deni Ahmad Fajar Deni Jazuli Denny JA Denny Mizhar Desti Fatin Fauziyyah Dewi Sartika Dhanu Priyo Prabowo Dharmadi Diah Budiana Dian Hartati Didin Tulus Djoko Pitono Djoko Saryono Donny Anggoro Dwi Pranoto Echa Panrita Lopi Eddi Koben Edy A Effendi Edy Firmansyah Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Darmoko Eko Faizin Emha Ainun Nadjib Enda Menzies Erlina P. Lestari Erwin Dariyanto Esai Esti Ambirati Evi Idawati Evi Sefiani F. Daus AR F. Rahardi Fahrudin Nasrulloh Faisal Kamandobat Fajar Alayubi Fakhrunnas MA Jabbar Fandy Hutari Farah Noersativa Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Faza Bina Al-Alim Felix K. Nesi Ferdian Ananda Majni Fian Firatmaja Gampang Prawoto Gema Erika Nugroho Goenawan Mohamad Gola Gong Gombloh Grathia Pitaloka Gunawan Budi Susanto Gunawan Maryanto Gus Noy H.B. Jassin Hairus Salim Hamka Hamsad Rangkuti Hari Murti Haris Firdaus Harry Aveling Hasan Aspahani Hasif Amini HE. Benyamine Hendri Yetus Siswono Herman Syahara Hermien Y. Kleden Holy Adib Huda S Noor Hudan Hidayat Hudan Nur Humam S Chudori Husni Hamisi I G.G. Maha Adi Iberamsyah Barbary Ida Fitri Idealisa Masyrafina Idrus Ignas Kleden Ikarisma Kusmalina Ike Ayuwandari Ilham Ilham Khoiri Imam Cahyono Imam Muhayat Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Tohari Indria Pamuhapsari Indrian Koto Irfan Sholeh Fauzi Isbedy Stiawan Z.S. J.J. Kusni Jadid Al Farisy Jajang R Kawentar Jakob Oetama Jalaluddin Rakhmat Jansen H. Sinamo Joni Ariadinata K.H. Bisri Syansuri K.H. M. Najib Muhammad Kahfi Ananda Giatama Kahfie Nazaruddin Kho Ping Hoo Kika Dhersy Putri Kitab Para Malaikat Kritik Sastra Kucing Oren Kunni Masrohanti Kuswinarto L.K. Ara Lagu Laksmi Shitaresmi Lan Fang Latief S. Nugraha Leila S. Chudori Leo Tolstoy Leon Agusta Lesbumi Yogyakarta Lily Yulianti Farid Linda Christanty Linda Sarmili Lukisan Lutfi Mardiansyah Luwu Utara M. Aan Mansyur M. Faizi M. Raudah Jambak M. Shoim Anwar M.D. Atmaja M’Shoe Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Majene Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mamasa Mamuju Mardi Luhung Marhalim Zaini Maroeli Simbolon Martin Aleida Masamba Mashuri Media KAMA_PO Melani Budianta Mihar Harahap Misbahus Surur Mochtar Lubis Moh. Jauhar al-Hakimi Mohammad Afifi Mohammad Yamin Much. Khoiri Muhammad Fauzi Muhammad Muhibbuddin Muhammad Ridwan Muhammad Subarkah Muhammad Walidin Muhammad Yasir Muhyiddin Mukhsin Amar Munawir Aziz Musa Ismail Mustamin Almandary N Teguh Prasetyo Nadine Gordimer Nara Ahirullah Nelson Alwi Nikita Mirzani Nirwan Ahmad Arsuka Nizar Qabbani Nugroho Sukmanto Nurani Soyomukti Nurel Javissyarqi Nuruddin Asyhadie Nurul Komariyah Ocehan Onghokham Otto Sukatno CR Pamela Allen Pameran Parakitri T. Simbolon Pelukis Pendidikan Penggalangan Dana Peta Provinsi Sulawesi Barat Polewali Pondok Pesantren Al-Madienah Pondok Pesantren Salafiyah Karossa Pramoedya Ananta Toer Pramuka Prasetyo Agung Pringadi AS Pringgo HR Priska Prosa Pudyo Saptono Puisi Puput Amiranti N Pustaka Ilalang PUstaka puJAngga Putu Fajar Arcana Putu Setia Putu Wijaya R Sutandya Yudha Khaidar R. Timur Budi Raja Radhar Panca Dahana Raedu Basha Ragdi F. Daye Rahmadi Usman Rahmat Sudirman Rahmat Sutandya Yudhanto Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rama Prabu Ratnani Latifah Raudal Tanjung Banua Reiny Dwinanda Remy Sylado Resensi Riadi Ngasiran Rian Harahap Ribut Wijoto Rida K Liamsi Riki Fernando Rofiqi Hasan Ronny Agustinus Rozi Kembara Rusydi Zamzami Rx King Motor S Yoga S. Jai Sabrank Suparno Safar Nurhan Saini K.M. Sajak Salman Rusydie Anwar Salman S Yoga Samsul Anam Sapardi Djoko Damono Sapto Hoedojo Sasti Gotama Sastra Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sejarah Seni Rupa Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sirajudin Siswoyo Sitok Srengenge Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sonia Sosiawan Leak Sukitman Sulawesi Selatan Sunaryono Basuki Ks Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Suriali Andi Kustomo Suryanto Sastroatmodjo Susi Ivvaty Susianna Sutan Takdir Alisjahbana Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Syaifuddin Gani Syamsudin Noer Moenadi Syihabuddin Qalyubi Syu’bah Asa Tari Bamba Manurung Tari Bulu Londong Tari Ma’Bundu Tari Mappande Banua Tari Patuddu Tari Salabose Daeng Poralle Tari Sayyang Pattuqduq Tari Toerang Batu Tata Chacha Tatan Daniel Taufik Ikram Jamil Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teater Teddi Muhtadin Teguh Setiawan Pinang Teguh Winarsho AS Tenas Effendy Tengsoe Tjahjono Tenni Purwanti Tito Sianipar Tjahjono Widijanto Toeti Heraty Tosiani Tri Wahono Udin Badruddin Udo Z. Karzi Umar Fauzi Ballah Umar Kayam Umbu Landu Paranggi Usman Arrumy UU Hamidy Uwell's King Shop Uwell's Setiawan W.S. Rendra Wahib Muthalib Wahyudi Akmaliah Muhammad Wan Anwar Wawancara Wayan Sunarta Welly Kuswanto Wicaksono Wicaksono Adi Wilson Nadeak Wisata Yohanes Sehandi Yonatan Raharjo Yopie Setia Umbara Yosephine Maryati Yudhis M. Burhanudin Yukio Mishima Yurnaldi Zamakhsyari Abrar