Friday, July 30, 2021

Catatan Perjalanan dan Tetangga di Sebelah Toko (VII)

Muhammad Yasir
 
Ini pagi yang ramai! Orang-orang senja usia, lelaki dan perempuan, tampak menguasai jalan utama gang tempat kami tinggal, di jantung Surabaya bagian Barat. Aku tertarik mengamati setiap gerak orang-orang senja usia ini, karena bukan sejengkal maut dari mata mereka yang terbatas itu yang menjadi soal, tetapi bagaimana cara mereka akan dimatikan Allah. Aku tidak memiliki keberanian untuk meremehkan mereka. Tentu saja, orang-orang senja usia adalah pemikir bisu yang hidup penuh dengan pertimbangan.
 
Aku, istri, dan anak-anakku berjalan di antara mereka. Tidak jauh dari toko buku, sebuah pasar yang ramai akan selalu mengundang siapa saja yang lewat untuk singgah. Ke sanalah kami pergi. Dalam perjalanan ke pasar itulah, aku melihat seorang lelaki, seorang senja usia, duduk di kantornya bersama dua orang pegawai yang tampak sibuk menulis sesuatu pada sebuah batu berwarna putih. Sepulang dari pasar, aku meminta diri kepada Istriku untuk kembali ke kantor itu; aku ingin berkenalan dan berbincang bersama si pemilik kantor. Singkatnya, Istriku mengizinkan setelah anak kami yang kedua tertidur.
 
Kali kedua, lelaki senja usia itu tersenyum bersahaja kepadaku. Dia duduk di kursi panjang di bawah pohon mangga yang lindap, kemudian mempersilakan duduk di sebelahnya. Cak Cholidh, itulah namanya. Dia memiliki sebuah mobil ambulans, kantor kecil menyatu dengan badan jalan dan pagar rumah Allah. Dia membuka perbincangan satu topik yang tidak pernah kupikirkan: "Orang-orang tidak mengenal akherat. Untuk itu, aku mencoba mempermudah upaya mereka untuk mengenal akherat." Kami tertawa. Dia seorang yang sarkas rupanya, gumamku dalam hati. Akan tetapi, untuk diriku sendiri, itu benar! Dan, bahwa aku adalah seorang yang tidak kenal bagaimana akherat selain Sorga dan Neraka.
 
"Akherat," kata Cak Cholidh, "adalah sepanjang jalan ini, Mas. Kita dapat melihat orang-orang lalu lalang entah ke mana seperti seseorang yang sedang diburu suatu apa. Mereka menunduk ke paving ini, kemudian ketika melintas di kantorku, mereka menoleh dan pura-pura tersenyum. Apa yang sebenarnya yang mereka inginkan? Mengapa aku merasakan kebohongan di sana? Nah, Mas! Di akherat, ada juga banyak orang lalu lalang. Namun mereka bisu, tidak seperti di sini. Roman mereka murung. Ada juga yang menangis, karena menyadari bahwa akherat tidak lain adalah sepanjang jalan pembalasan tindak-tanduk perbuatan semasa hidup di dunia. Jadi, itulah mengapa kantor ini kuberi nama Kantor Lyn Akherat; orang-orang yang lewat sini, akan ingat Allah. Atau, ingat aku! Ha-ha!"
 
"Nah, Mas!" Kata Cak Cholid, "mengapa aku menempelkan poster diriku sendiri di kaca mobil ambulans itu sebagai seorang DPR 1 Nomor 25? Pertama, DPR itu singkatan dari Dewan Pemakaman Rakyat. Kedua, 1 itu Allah yang selalu kita sebut ketika kesusahan dan kita lupakan setelah berkuasa. Ketiga, 25 itu ya, Nabi dan Rasul. Sementara "Ambulance Gratis untuk Caleg Strees" itu sengaja kubuat agar rakyat tahu, bahwa tidak seorang pun perwakilan rakyat yang mampu memerdekakan satu orang saja! Mereka, ah! Kita-kita inilah yang juga naif dan mau memelihara binatang-binatang itu ketimbang seekor kucing! Mereka lupa, kekuasaan yang mereka dapatkan menciptakan banyak korban!"
 
Kami tertawa, karena memang harus ditertawakan! Aku mengakui, bahwa ini kali pertama aku bertemu seorang senja usia yang bertenaga dalam berbincang. Meskipun kelahiran 1947, dua tahun setelah Revolusi Surabaya (1945) atau dua tahun Belanda mengakui Kemerdekaan Indonesia (1949), dia jauh melampaui Wakil Presiden Indonesia yang kalian pilih dua tahun lalu, Ma'ruf Amin, yang akan tiba dihari pembalasan bersama anak-anak suci tanah Papua, Sumatera, Kalimantan yang digiling-gilas kapitalisme ekstraktif dan dekolonialisme native! Namun pembawaannya yang santai dan sarkas selama perbincangan kami - kelak, akan kutulis menjadi cerita pendek - membuatku nyaris terus tertawa.
 
Orang-orang senja usia masih lalu lalang di jalan utama gang tempat kami tinggal dan kursi panjang tempat Cak Cholidh, aku memperhatikan mereka. Dan, setiap orang senja usia itu melintas di Kantor Lyn Akherat, mereka selalu menoleh dan bicara dengan pasangannya atau kepada diri sendiri. Tiba-tiba, Cak Cholidh tertawa nyaris tidak terdengar, kemudian dia mendekatkan mulutnya ke telingaku dan berkata, "Sepulang nanti, mereka akan dibayang-bayangi nama kantorku. Terutama, Akherat itu." Demikian, sekali lagi, kami tertawa.

Surabaya, 2021. http://sastra-indonesia.com/2021/07/catatan-perjalanan-dan-tetangga-di-sebelah-toko-vii/

No comments:

Post a Comment

A. Anzieb A. Muttaqin A. Qorib Hidayatullah A. Rifqi Hidayat A. Rodhi Murtadho A. Syauqi Sumbawi A.J. Susmana A.S. Laksana A'yat Khalili Abdul Hadi WM Abdul Hopid Abdul Kirno Tanda Abdul Wachid B.S. Acep Zamzam Noor Afrizal Malna Aguk Irawan MN Agus B. Harianto Agus Dermawan T. Agus Noor Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Sri Danardana Agus Sunyoto Agus Wibowo Agusri Junaidi Ahda Imran Ahid Hidayat Ahmad Muchlish Amrin Ahmadun Yosi Herfanda Ajip Rosidi Akhmad Sekhu Akhudiat Ali Audah Alim Bakhtiar Alunk Estohank Amien Kamil Amien Wangsitalaja Aming Aminoedhin Amir Hamzah Ana Mustamin Andhika Mappasomba Andi Achdian Andrenaline Katarsis Anjrah Lelono Broto Anton Wahyudi Anwar Holid Aprinus Salam Arafat Nur Ardy Kresna Crenata Arie MP Tamba Arief Budiman Ariel Heryanto Arif Wibowo Arman A.Z. Arsyad Indradi Aryadi Mellas Aryo Bhawono Asap Studio Asarpin Asep Rahmat Hidayat Asep Sambodja Aulia A Muhammad Awalludin GD Mualif B Kunto Wibisono Badaruddin Amir Balada Bambang Kempling Bambang Soebendo Banjir Bandang Beni Setia Benny Arnas Benny Benke Berita Berita Duka Bernando J. Sujibto Binhad Nurrohmat Boy Mihaballo Budaya Budi Darma Budi P. Hatees Bustan Basir Maras Catatan Cerbung Cerpen Chairil Gibran Ramadhan D. Zawawi Imron D.N. Aidit Daisy Priyanti Dandy Bayu Bramasta Daniel Dhakidae Dareen Tatour Dea Anugrah Dedy Sufriadi Dedy Tri Riyadi Deni Ahmad Fajar Deni Jazuli Denny JA Denny Mizhar Desti Fatin Fauziyyah Dewi Sartika Dhanu Priyo Prabowo Dharmadi Diah Budiana Dian Hartati Didin Tulus Djoko Pitono Djoko Saryono Donny Anggoro Dwi Pranoto Echa Panrita Lopi Eddi Koben Edy A Effendi Edy Firmansyah Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Darmoko Eko Faizin Emha Ainun Nadjib Enda Menzies Erlina P. Lestari Erwin Dariyanto Esai Esti Ambirati Evi Idawati Evi Sefiani F. Daus AR F. Rahardi Fahrudin Nasrulloh Faisal Kamandobat Fajar Alayubi Fakhrunnas MA Jabbar Fandy Hutari Farah Noersativa Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Faza Bina Al-Alim Felix K. Nesi Ferdian Ananda Majni Fian Firatmaja Gampang Prawoto Gema Erika Nugroho Goenawan Mohamad Gola Gong Gombloh Grathia Pitaloka Gunawan Budi Susanto Gunawan Maryanto Gus Noy H.B. Jassin Hairus Salim Hamka Hamsad Rangkuti Hari Murti Haris Firdaus Harry Aveling Hasan Aspahani Hasif Amini HE. Benyamine Hendri Yetus Siswono Herman Syahara Hermien Y. Kleden Holy Adib Huda S Noor Hudan Hidayat Hudan Nur Humam S Chudori Husni Hamisi I G.G. Maha Adi Iberamsyah Barbary Ida Fitri Idealisa Masyrafina Idrus Ignas Kleden Ikarisma Kusmalina Ike Ayuwandari Ilham Ilham Khoiri Imam Cahyono Imam Muhayat Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Tohari Indria Pamuhapsari Indrian Koto Irfan Sholeh Fauzi Isbedy Stiawan Z.S. J.J. Kusni Jadid Al Farisy Jajang R Kawentar Jakob Oetama Jalaluddin Rakhmat Jansen H. Sinamo Joni Ariadinata K.H. Bisri Syansuri K.H. M. Najib Muhammad Kahfi Ananda Giatama Kahfie Nazaruddin Kho Ping Hoo Kika Dhersy Putri Kitab Para Malaikat Kritik Sastra Kucing Oren Kunni Masrohanti Kuswinarto L.K. Ara Lagu Laksmi Shitaresmi Lan Fang Latief S. Nugraha Leila S. Chudori Leo Tolstoy Leon Agusta Lesbumi Yogyakarta Lily Yulianti Farid Linda Christanty Linda Sarmili Lukisan Lutfi Mardiansyah Luwu Utara M. Aan Mansyur M. Faizi M. Raudah Jambak M. Shoim Anwar M.D. Atmaja M’Shoe Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Majene Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mamasa Mamuju Mardi Luhung Marhalim Zaini Maroeli Simbolon Martin Aleida Masamba Mashuri Media KAMA_PO Melani Budianta Mihar Harahap Misbahus Surur Mochtar Lubis Moh. Jauhar al-Hakimi Mohammad Afifi Mohammad Yamin Much. Khoiri Muhammad Fauzi Muhammad Muhibbuddin Muhammad Ridwan Muhammad Subarkah Muhammad Walidin Muhammad Yasir Muhyiddin Mukhsin Amar Munawir Aziz Musa Ismail Mustamin Almandary N Teguh Prasetyo Nadine Gordimer Nara Ahirullah Nelson Alwi Nikita Mirzani Nirwan Ahmad Arsuka Nizar Qabbani Nugroho Sukmanto Nurani Soyomukti Nurel Javissyarqi Nuruddin Asyhadie Nurul Komariyah Ocehan Onghokham Otto Sukatno CR Pamela Allen Pameran Parakitri T. Simbolon Pelukis Pendidikan Penggalangan Dana Peta Provinsi Sulawesi Barat Polewali Pondok Pesantren Al-Madienah Pondok Pesantren Salafiyah Karossa Pramoedya Ananta Toer Pramuka Prasetyo Agung Pringadi AS Pringgo HR Priska Prosa Pudyo Saptono Puisi Puput Amiranti N Pustaka Ilalang PUstaka puJAngga Putu Fajar Arcana Putu Setia Putu Wijaya R Sutandya Yudha Khaidar R. Timur Budi Raja Radhar Panca Dahana Raedu Basha Ragdi F. Daye Rahmadi Usman Rahmat Sudirman Rahmat Sutandya Yudhanto Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rama Prabu Ratnani Latifah Raudal Tanjung Banua Reiny Dwinanda Remy Sylado Resensi Riadi Ngasiran Rian Harahap Ribut Wijoto Rida K Liamsi Riki Fernando Rofiqi Hasan Ronny Agustinus Rozi Kembara Rusydi Zamzami Rx King Motor S Yoga S. Jai Sabrank Suparno Safar Nurhan Saini K.M. Sajak Salman Rusydie Anwar Salman S Yoga Samsul Anam Sapardi Djoko Damono Sapto Hoedojo Sasti Gotama Sastra Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sejarah Seni Rupa Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sirajudin Siswoyo Sitok Srengenge Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sonia Sosiawan Leak Sukitman Sulawesi Selatan Sunaryono Basuki Ks Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Suriali Andi Kustomo Suryanto Sastroatmodjo Susi Ivvaty Susianna Sutan Takdir Alisjahbana Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Syaifuddin Gani Syamsudin Noer Moenadi Syihabuddin Qalyubi Syu’bah Asa Tari Bamba Manurung Tari Bulu Londong Tari Ma’Bundu Tari Mappande Banua Tari Patuddu Tari Salabose Daeng Poralle Tari Sayyang Pattuqduq Tari Toerang Batu Tata Chacha Tatan Daniel Taufik Ikram Jamil Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teater Teddi Muhtadin Teguh Setiawan Pinang Teguh Winarsho AS Tenas Effendy Tengsoe Tjahjono Tenni Purwanti Tito Sianipar Tjahjono Widijanto Toeti Heraty Tosiani Tri Wahono Udin Badruddin Udo Z. Karzi Umar Fauzi Ballah Umar Kayam Umbu Landu Paranggi Usman Arrumy UU Hamidy Uwell's King Shop Uwell's Setiawan W.S. Rendra Wahib Muthalib Wahyudi Akmaliah Muhammad Wan Anwar Wawancara Wayan Sunarta Welly Kuswanto Wicaksono Wicaksono Adi Wilson Nadeak Wisata Yohanes Sehandi Yonatan Raharjo Yopie Setia Umbara Yosephine Maryati Yudhis M. Burhanudin Yukio Mishima Yurnaldi Zamakhsyari Abrar