Monday, June 21, 2021

Tradisi Sebagai Sampiran

Teddi Muhtadin *
Pikiran Rakyat, 26 Juli 2009
 
Saya ingin memahami sisindiran (pantun dalam bahasa Indonesia) sebagai suatu proses kreatif berkebudayaan, sebagai penghargaan kepada tradisi, dan sebagai penghormatan terhadap tafsir. Sisindiran, sebagaimana kita ketahui, adalah salah satu bentuk puisi lisan yang terdiri atas dua bagian, yaitu cangkang (sampiran) dan eusi (isi). Sampiran, umumnya, merupakan permainan bahasa yang memikat, sedangkan isi merupakan pesan yang hendak disampaikan.
 
Sutardji Calzoum Bachri pernah menulis tentang pantun dengan cara yang memikat. Baginya, tak ada hubungan makna antara sampiran dan isi, selain kedekatan bunyi. Model sampiran dan isi ini kemudian ia gunakan untuk memahami realitas perpuisian Indonesia yang memiliki dua kecenderungan, yakni kecenderungan kepada sampiran dan kecenderungan kepada isi.
 
Dalam kehidupan masyarakat Sunda dan Indonesia, sisindiran sangat akrab dan menjadi salah satu jenis sastra lisan yang populer. Bentuk sisindiran sangat fleksibel karena dapat digunakan sebagai kritik sosial atau sekadar olok-olok. Banyak hal bisa dijadikan sampiran, dan dibuatkan isinya, atau dipelesetkan. Bukan hanya lagu, juga nama orang, "Titik Sandora", budak leutik gedé sora.
 
Barangkali, kuatnya tradisi ini yang membuat Haji Hasan Mustapa sering mendendangkan sisindiran yang populer pada masanya, namun dengan isi yang berbeda. "Moal sacangkang saeusi," begitu kata Hasan Mustapa seperti tersurat dalam guguritan "Puyuh Ngungkung dina Kurung". Sisindiran yang dipopulerkan Éon, misalnya, ia beri isi dengan renungan-renungan tasawuf.
 
Yang menarik bagi saya, mengapa Hasan Mustapa tidak jauh berbeda dengan anggapan Sutardji bahwa tak ada hubungan "alamiah" antara sampiran dan isi, selain kedekatan bunyi semata. Barangkali, kalau kita mencari model, hubungan antara sampiran dan isi ini mirip dengan umang, bukan seperti siput. Mantel bagi umang sama dengan baju bagi kita --mantel bukan bagian alamiah dari tubuhnya. Oleh karena itu, ia bisa menggantinya kapan saja membutuhkannya. Selain itu, dengan menggunakan sisindiran yang sudah populer, Hasan Mustapa mengetahui jalan terbaik untuk mengekspresikan ide-idenya yang tidak mudah dipahami.
 
Karena sisindiran-sisindiran Hasan Mustapa menggunakan sampiran yang populer dan isi yang mengakar pada tasawuf Islam, saya jadi berpikir, bukankah ini merupakan salah satu bentuk bagaimana tradisi Sunda dan Islam didialogkan?
 
Jika hubungan Sunda-Islam menggunakan cara bagaimana Hasan Mustapa merakit sisindiran-nya berarti ada beberapa hal yang bisa dicatat, di antaranya, tak ada hubungan alamiah antara Sunda dan Islam, selain merupakan konstruksi sosial dan budaya. Dari sini saya melihat kecerdikan Hasan Mustapa dalam menempatkan renungan-renungan tasawufnya dalam sampiran sisindiran yang populer. Atau, keindahan bunyi sampiran sisindiran yang akrab itu "dipelesetkan" dan dijadikan jalan masuk oleh Hasan Mustapa untuk mencapai renungan-renungannya.
 
Memang daya pukau sisindiran terletak pada sampirannya. Kadang-kadang dengan sampiran yang baik secara sugestif orang sudah bisa menebak isinya. Ada beberapa peribahasa "Banda deungeun" (artinya, bangga memakai barang kepunyaan orang lain), "Bangbung ranggaék" isinya "Tadi embung ayeuna daék" (artinya, tadinya menolak sekarang mau), dan sebagainya.
 
Lebih jauh, hubungan antara sampiran dan isi ini dapat pula dijadikan model hubungan antara teks dan tafsir.
 
Ketika Hasan Mustapa membuat isi yang berbeda dari sisindiran yang populer, berarti ia melakukan penafsiran baru terhadap teks sampiran yang sudah menjadi tradisi. Tentu saja, bahwa tafsir adalah kontekstualitas tradisi yang hakikatnya merupakan pembaruan. Dan, ketika Hasan Mustapa memakai sisindiran Sunda populer dengan isi tasawuf Islam, hal ini dapat dibaca sebagai penafsiran tradisi dengan paradigma Islam.
 
Pamungkas, jangan tinggalkan tradisi! Sebab, dalam tradisilah kita menemukan keakraban dan kenikmatan.
 
Akan tetapi, tradisi hanyalah sampiran. Ia memerlukan isi, ia memerlukan tafsir baru. Dan, ketika tafsir sudah menjadi populer dan menjadi tradisi, ia perlu ditafsir ulang. Begitu seterusnya.
***
 
*) Teddi Muhtadin, Dosen Fakultas Sastra Universitas Padjadjaran.

http://sastra-indonesia.com/2021/06/tradisi-sebagai-sampiran/

No comments:

Post a Comment

A. Anzieb A. Muttaqin A. Qorib Hidayatullah A. Rifqi Hidayat A. Rodhi Murtadho A. Syauqi Sumbawi A.J. Susmana A.S. Laksana A'yat Khalili Abdul Hadi WM Abdul Hopid Abdul Kirno Tanda Abdul Wachid B.S. Acep Zamzam Noor Afrizal Malna Aguk Irawan MN Agus B. Harianto Agus Dermawan T. Agus Noor Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Sri Danardana Agus Sunyoto Agus Wibowo Agusri Junaidi Ahda Imran Ahid Hidayat Ahmad Muchlish Amrin Ahmadun Yosi Herfanda Ajip Rosidi Akhmad Sekhu Akhudiat Ali Audah Alim Bakhtiar Alunk Estohank Amien Kamil Amien Wangsitalaja Aming Aminoedhin Amir Hamzah Ana Mustamin Andhika Mappasomba Andi Achdian Andrenaline Katarsis Anjrah Lelono Broto Anton Wahyudi Anwar Holid Aprinus Salam Arafat Nur Ardy Kresna Crenata Arie MP Tamba Arief Budiman Ariel Heryanto Arif Wibowo Arman A.Z. Arsyad Indradi Aryadi Mellas Aryo Bhawono Asap Studio Asarpin Asep Rahmat Hidayat Asep Sambodja Aulia A Muhammad Awalludin GD Mualif B Kunto Wibisono Badaruddin Amir Balada Bambang Kempling Bambang Soebendo Banjir Bandang Beni Setia Benny Arnas Benny Benke Berita Berita Duka Bernando J. Sujibto Binhad Nurrohmat Boy Mihaballo Budaya Budi Darma Budi P. Hatees Bustan Basir Maras Catatan Cerbung Cerpen Chairil Gibran Ramadhan D. Zawawi Imron D.N. Aidit Daisy Priyanti Dandy Bayu Bramasta Daniel Dhakidae Dareen Tatour Dea Anugrah Dedy Sufriadi Dedy Tri Riyadi Deni Ahmad Fajar Deni Jazuli Denny JA Denny Mizhar Desti Fatin Fauziyyah Dewi Sartika Dhanu Priyo Prabowo Dharmadi Diah Budiana Dian Hartati Didin Tulus Djoko Pitono Djoko Saryono Donny Anggoro Dwi Pranoto Echa Panrita Lopi Eddi Koben Edy A Effendi Edy Firmansyah Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Darmoko Eko Faizin Emha Ainun Nadjib Enda Menzies Erlina P. Lestari Erwin Dariyanto Esai Esti Ambirati Evi Idawati Evi Sefiani F. Daus AR F. Rahardi Fahrudin Nasrulloh Faisal Kamandobat Fajar Alayubi Fakhrunnas MA Jabbar Fandy Hutari Farah Noersativa Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Faza Bina Al-Alim Felix K. Nesi Ferdian Ananda Majni Fian Firatmaja Gampang Prawoto Gema Erika Nugroho Goenawan Mohamad Gola Gong Gombloh Grathia Pitaloka Gunawan Budi Susanto Gunawan Maryanto Gus Noy H.B. Jassin Hairus Salim Hamka Hamsad Rangkuti Hari Murti Haris Firdaus Harry Aveling Hasan Aspahani Hasif Amini HE. Benyamine Hendri Yetus Siswono Herman Syahara Hermien Y. Kleden Holy Adib Huda S Noor Hudan Hidayat Hudan Nur Humam S Chudori Husni Hamisi I G.G. Maha Adi Iberamsyah Barbary Ida Fitri Idealisa Masyrafina Idrus Ignas Kleden Ikarisma Kusmalina Ike Ayuwandari Ilham Ilham Khoiri Imam Cahyono Imam Muhayat Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Tohari Indria Pamuhapsari Indrian Koto Irfan Sholeh Fauzi Isbedy Stiawan Z.S. J.J. Kusni Jadid Al Farisy Jajang R Kawentar Jakob Oetama Jalaluddin Rakhmat Jansen H. Sinamo Joni Ariadinata K.H. Bisri Syansuri K.H. M. Najib Muhammad Kahfi Ananda Giatama Kahfie Nazaruddin Kho Ping Hoo Kika Dhersy Putri Kitab Para Malaikat Kritik Sastra Kucing Oren Kunni Masrohanti Kuswinarto L.K. Ara Lagu Laksmi Shitaresmi Lan Fang Latief S. Nugraha Leila S. Chudori Leo Tolstoy Leon Agusta Lesbumi Yogyakarta Lily Yulianti Farid Linda Christanty Linda Sarmili Lukisan Lutfi Mardiansyah Luwu Utara M. Aan Mansyur M. Faizi M. Raudah Jambak M. Shoim Anwar M.D. Atmaja M’Shoe Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Majene Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mamasa Mamuju Mardi Luhung Marhalim Zaini Maroeli Simbolon Martin Aleida Masamba Mashuri Media KAMA_PO Melani Budianta Mihar Harahap Misbahus Surur Mochtar Lubis Moh. Jauhar al-Hakimi Mohammad Afifi Mohammad Yamin Much. Khoiri Muhammad Fauzi Muhammad Muhibbuddin Muhammad Ridwan Muhammad Subarkah Muhammad Walidin Muhammad Yasir Muhyiddin Mukhsin Amar Munawir Aziz Musa Ismail Mustamin Almandary N Teguh Prasetyo Nadine Gordimer Nara Ahirullah Nelson Alwi Nikita Mirzani Nirwan Ahmad Arsuka Nizar Qabbani Nugroho Sukmanto Nurani Soyomukti Nurel Javissyarqi Nuruddin Asyhadie Nurul Komariyah Ocehan Onghokham Otto Sukatno CR Pamela Allen Pameran Parakitri T. Simbolon Pelukis Pendidikan Penggalangan Dana Peta Provinsi Sulawesi Barat Polewali Pondok Pesantren Al-Madienah Pondok Pesantren Salafiyah Karossa Pramoedya Ananta Toer Pramuka Prasetyo Agung Pringadi AS Pringgo HR Priska Prosa Pudyo Saptono Puisi Puput Amiranti N Pustaka Ilalang PUstaka puJAngga Putu Fajar Arcana Putu Setia Putu Wijaya R Sutandya Yudha Khaidar R. Timur Budi Raja Radhar Panca Dahana Raedu Basha Ragdi F. Daye Rahmadi Usman Rahmat Sudirman Rahmat Sutandya Yudhanto Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rama Prabu Ratnani Latifah Raudal Tanjung Banua Reiny Dwinanda Remy Sylado Resensi Riadi Ngasiran Rian Harahap Ribut Wijoto Rida K Liamsi Riki Fernando Rofiqi Hasan Ronny Agustinus Rozi Kembara Rusydi Zamzami Rx King Motor S Yoga S. Jai Sabrank Suparno Safar Nurhan Saini K.M. Sajak Salman Rusydie Anwar Salman S Yoga Samsul Anam Sapardi Djoko Damono Sapto Hoedojo Sasti Gotama Sastra Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sejarah Seni Rupa Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sirajudin Siswoyo Sitok Srengenge Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sonia Sosiawan Leak Sukitman Sulawesi Selatan Sunaryono Basuki Ks Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Suriali Andi Kustomo Suryanto Sastroatmodjo Susi Ivvaty Susianna Sutan Takdir Alisjahbana Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Syaifuddin Gani Syamsudin Noer Moenadi Syihabuddin Qalyubi Syu’bah Asa Tari Bamba Manurung Tari Bulu Londong Tari Ma’Bundu Tari Mappande Banua Tari Patuddu Tari Salabose Daeng Poralle Tari Sayyang Pattuqduq Tari Toerang Batu Tata Chacha Tatan Daniel Taufik Ikram Jamil Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teater Teddi Muhtadin Teguh Setiawan Pinang Teguh Winarsho AS Tenas Effendy Tengsoe Tjahjono Tenni Purwanti Tito Sianipar Tjahjono Widijanto Toeti Heraty Tosiani Tri Wahono Udin Badruddin Udo Z. Karzi Umar Fauzi Ballah Umar Kayam Umbu Landu Paranggi Usman Arrumy UU Hamidy Uwell's King Shop Uwell's Setiawan W.S. Rendra Wahib Muthalib Wahyudi Akmaliah Muhammad Wan Anwar Wawancara Wayan Sunarta Welly Kuswanto Wicaksono Wicaksono Adi Wilson Nadeak Wisata Yohanes Sehandi Yonatan Raharjo Yopie Setia Umbara Yosephine Maryati Yudhis M. Burhanudin Yukio Mishima Yurnaldi Zamakhsyari Abrar