Thursday, June 17, 2021

Sastra Mutakhir Hingga Pantun Sunda

Yopie Setia Umbara *
newspaper.pikiran-rakyat.com
 
PALING tidak terdapat empat hal yang menggejala kuat muncul dalam sejumlah karya sastra Indonesia mutakhir. Pertama, pencarian identitas dalam kerumitan tarik-menarik antara pergulatan pribadi melawan pandangan kolektif. Kedua, upaya mencerna kembali aneka rupa trauma, mulai dari suksesi kekuasaan di masa lampau, bencana politis-kolonial, tragedi PKI, hingga bencana alam. Ketiga, fiksi yang memadukan unsur tradisional dengan gaya hidup kosmopolitan. Dan keempat yang juga terasa kuat dalam karya sastra Indonesia akhir-akhir ini adalah keprihatinan empatik atas nasib korban-korban bencana alam.
 
Dari keempat gejala tersebut tampak manusia Indonesia dihadirkan sebagai manusia yang terjepit di antara berbagai dinding tembok. Dinding tembok agama yang keras dan masif, dinding modernitas yang transparan dan merangsang penasaran, serta dinding tradisi yang kian keropos, kian tak dimengerti, namun memesona. Di sisi lain, sehubungan dengan masa depannya, orang Indonesia membutuhkan sejenis gerak ke belakang, menggapai sejarah autentik dan pengalaman traumatik di masa lalu. Sayangnya, tidak mudah juga untuk memahaminya.
 
Demikian pandangan Prof. Dr. Bambang Sugiharto ketika tampil bersama Prof. Jakob Sumarjo dalam seminar Temu Sastra Mitra Praja Utama (MPU) III Tahun 2008 di Lembang, 5 November 2008. Temu Sastra MPU III Tahun 2008 merupakan forum pertemuan sastrawan dari sepuluh propinsi anggota MPU, yakni Lampung, Banten, DKI, Jabar, Jateng, DIY, Jatim, Bali, NTB (tidak hadir), dan NTT.
 
Dari pengalamannya menjadi juri pada lomba novel Dewan Kesenian Jakarta (DKJ) 2006, Bambang Sugiharto memandang bahwa dalam dunia modern (postmodern) manusia Indonesia menunjukkan keinginan untuk memahami segala gelagat kosmopolitan hightech dari intuisi purba perspektif magis atau memintalnya dengan suasana perilaku perdesaan terpencil, yang kemudian merasuki dunia penulisan di Indonesia.
 
“Percampuran-percampuran itu menghasilkan suasana surealis, disengaja ataupun tidak. Namun, kelemahan bentuk surealis adalah cenderung terperangkap dalam dunia sendiri yang `autistik` dan `ideosinkretik` sehingga tak jelas menyimbolkan atau merujuk realitas dan persoalan mana dalam kenyataan konkretnya. Akan tetapi, antusiasme penulisan dan sastra mampu menunjukkan dilema-dilema penting serta menyingkap pelarian-pelarian individu di dalam kerumitan jaringan tekanan berbagai struktur kekuasaan mutakhir,” ujar Bambang.
 
Sementara itu, Prof. Jakob Sumarjo yang mengurai fungsi dan makna pantun dalam budaya masyarakat Sunda menyebutkan, sebagai salah satu ekspresi budaya masyarakat Sunda, pantun mengandung sistem pengetahuan, cara berpikir, dan pandangan dunia masyarakatnya. Alam pikiran masyarakat Sunda dapat ditafsirkan melalui cerita pantun, sekurang-kurangnya masyarakat Sunda di masa lampau. “Alam pikiran semacam itu tidak hanya dalam pantun, tapi terdapat pula pada tingkah laku sosial masyarakat, dan benda-benda budaya yang dihasilkan, seperti pengaturan sosial, pengaturan negara, pengaturan ruang rumah, atau peralatannya,” ujarnya.
 
Dalam perkembangannya, pantun Sunda terdapat di hampir seluruh Jawa Barat. Tentunya, di setiap daerah memiliki perbedaan gaya penuturan. Seperti pantun Priangan, pantun Sukabumi, pantun Bogor, pantun Kuningan, dan lain-lain. Sementara di daerah Priangan unsur Islam dalam pantun lebih menonjol dibandingkan dengan Sukabumi.
 
Isi cerita pantun selalu berkisah mengenai heroisme pahlawan di zaman kejayaan Kerajaan Galuh dan Pajajaran, terutama Prabu Siliwangi. Tokoh-tokoh pantun merupakan bagian mitologi Sunda lama yang dipercayai kebenaran adanya. Namun, nilai historis pantun bukan pada jalan ceritanya, tetapi alam pikiran kolektif yang kemudian dapat ditafsirkan. “Penafsiran itu sendiri membutuhkan pengetahuan ilmu-ilmu agama Hindu-Buddha-Sunda, antropologi Sunda, arkeologi Sunda, sosiologi Sunda, sejarah Sunda, filsafat agama, dan dengan sendirinya ilmu sastra dan ilmu musik Sunda,” tutur Jakob.
 
Prof. Jakob Sumardjo juga menyampaikan ihwal data pantun tertua yang terdapat dalam naskah Siksa Kandang Karesian, yang ditulis sekitar tahun 1518. Dalam kitab tersebut disebut lakon pantun Siliwangi. Jika pantun Siliwangi sudah ada pada 1518, dapat diperkirakan pantun Sunda sudah berkembang sejak abad ke-14 atau ke-15. Pantun-pantun Sunda diduga berasal dari lingkungan istana, mengingat semua mitos pantun berisi kisah-kisah raja dan pahlawan pantun Pajajaran dan Galuh.
 
Meski setelah kerajaan-kerajaan Hindu lenyap, menurut Jakob, cerita pantun tetap digemari masyarakat yang memeluk agama Islam, dan tersebar di kalangan masyarakat perdesaan dengan mengalami sedikit perubahan sesuai tuntutan kaidah-kaidah normatifnya.
 
Baik Prof. Jakob Sumardjo maupun Prof. Dr. Bambang Sugiharto, dalam uraian keduanya mencoba menyingkap bagaimana manusia dalam perkembangan peradaban tidak dapat terlepas dari lingkungan, situasi sosial polik, dan kekuasaan yang melingkupinya. Dua bentuk sastra, pantun Sunda dan karya sastra mutakhir, merupakan sebuah cara yang mampu merepresentasikan manusia, dengan harapan dan persoalan-persoalannya yang tidak saja bersifat personal, tapi juga kolektif.
 
Selain Prof. Jakob Sumarjo dan Prof. Dr. Bambang Sugiharto, Temu Sastra MPU III Tahun 2008 yang berlangsung 4-6 November 2008 ini juga menghadirkan pembicara Dr. Maman S.Mahayana, Dr. Safrina Noorman yang mengurai jejak alam dan manusia Indonesia dalam karya sastra. Juga tampil Beni Setia, Trianto Triwikromo, Warih Wisatsana, dan Irfan Hidayatullah. Temu Sastra MPU III Tahun 2008 ini ditutup dengan rekomendasi pelaksaan Temu Sastra MPU yang semula berlangsung dua tahun sekali, mulai 2009 berubah menjadi setahun sekali. Provinsi Jawa Tengah pun ditunjuk sebagai tuan rumah Temu Sastra MPU IV Tahun 2009 mendatang.
***

*) Penyair. http://sastra-indonesia.com/2009/01/sastra-mutakhir-hingga-pantun-sunda/

No comments:

Post a Comment

A. Anzieb A. Muttaqin A. Qorib Hidayatullah A. Rifqi Hidayat A. Rodhi Murtadho A. Syauqi Sumbawi A.J. Susmana A.S. Laksana A'yat Khalili Abdul Hadi WM Abdul Hopid Abdul Kirno Tanda Abdul Wachid B.S. Acep Zamzam Noor Afrizal Malna Aguk Irawan MN Agus B. Harianto Agus Dermawan T. Agus Noor Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Sri Danardana Agus Sunyoto Agus Wibowo Agusri Junaidi Ahda Imran Ahid Hidayat Ahmad Muchlish Amrin Ahmadun Yosi Herfanda Ajip Rosidi Akhmad Sekhu Akhudiat Ali Audah Alim Bakhtiar Alunk Estohank Amien Kamil Amien Wangsitalaja Aming Aminoedhin Amir Hamzah Ana Mustamin Andhika Mappasomba Andi Achdian Andrenaline Katarsis Anjrah Lelono Broto Anton Wahyudi Anwar Holid Aprinus Salam Arafat Nur Ardy Kresna Crenata Arie MP Tamba Arief Budiman Ariel Heryanto Arif Wibowo Arman A.Z. Arsyad Indradi Aryadi Mellas Aryo Bhawono Asap Studio Asarpin Asep Rahmat Hidayat Asep Sambodja Aulia A Muhammad Awalludin GD Mualif B Kunto Wibisono Badaruddin Amir Balada Bambang Kempling Bambang Soebendo Banjir Bandang Beni Setia Benny Arnas Benny Benke Berita Berita Duka Bernando J. Sujibto Binhad Nurrohmat Boy Mihaballo Budaya Budi Darma Budi P. Hatees Bustan Basir Maras Catatan Cerbung Cerpen Chairil Gibran Ramadhan D. Zawawi Imron D.N. Aidit Daisy Priyanti Dandy Bayu Bramasta Daniel Dhakidae Dareen Tatour Dea Anugrah Dedy Sufriadi Dedy Tri Riyadi Deni Ahmad Fajar Deni Jazuli Denny JA Denny Mizhar Desti Fatin Fauziyyah Dewi Sartika Dhanu Priyo Prabowo Dharmadi Diah Budiana Dian Hartati Didin Tulus Djoko Pitono Djoko Saryono Donny Anggoro Dwi Pranoto Echa Panrita Lopi Eddi Koben Edy A Effendi Edy Firmansyah Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Darmoko Eko Faizin Emha Ainun Nadjib Enda Menzies Erlina P. Lestari Erwin Dariyanto Esai Esti Ambirati Evi Idawati Evi Sefiani F. Daus AR F. Rahardi Fahrudin Nasrulloh Faisal Kamandobat Fajar Alayubi Fakhrunnas MA Jabbar Fandy Hutari Farah Noersativa Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Faza Bina Al-Alim Felix K. Nesi Ferdian Ananda Majni Fian Firatmaja Gampang Prawoto Gema Erika Nugroho Goenawan Mohamad Gola Gong Gombloh Grathia Pitaloka Gunawan Budi Susanto Gunawan Maryanto Gus Noy H.B. Jassin Hairus Salim Hamka Hamsad Rangkuti Hari Murti Haris Firdaus Harry Aveling Hasan Aspahani Hasif Amini HE. Benyamine Hendri Yetus Siswono Herman Syahara Hermien Y. Kleden Holy Adib Huda S Noor Hudan Hidayat Hudan Nur Humam S Chudori Husni Hamisi I G.G. Maha Adi Iberamsyah Barbary Ida Fitri Idealisa Masyrafina Idrus Ignas Kleden Ikarisma Kusmalina Ike Ayuwandari Ilham Ilham Khoiri Imam Cahyono Imam Muhayat Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Tohari Indria Pamuhapsari Indrian Koto Irfan Sholeh Fauzi Isbedy Stiawan Z.S. J.J. Kusni Jadid Al Farisy Jajang R Kawentar Jakob Oetama Jalaluddin Rakhmat Jansen H. Sinamo Joni Ariadinata K.H. Bisri Syansuri K.H. M. Najib Muhammad Kahfi Ananda Giatama Kahfie Nazaruddin Kho Ping Hoo Kika Dhersy Putri Kitab Para Malaikat Kritik Sastra Kucing Oren Kunni Masrohanti Kuswinarto L.K. Ara Lagu Laksmi Shitaresmi Lan Fang Latief S. Nugraha Leila S. Chudori Leo Tolstoy Leon Agusta Lesbumi Yogyakarta Lily Yulianti Farid Linda Christanty Linda Sarmili Lukisan Lutfi Mardiansyah Luwu Utara M. Aan Mansyur M. Faizi M. Raudah Jambak M. Shoim Anwar M.D. Atmaja M’Shoe Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Majene Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mamasa Mamuju Mardi Luhung Marhalim Zaini Maroeli Simbolon Martin Aleida Masamba Mashuri Media KAMA_PO Melani Budianta Mihar Harahap Misbahus Surur Mochtar Lubis Moh. Jauhar al-Hakimi Mohammad Afifi Mohammad Yamin Much. Khoiri Muhammad Fauzi Muhammad Muhibbuddin Muhammad Ridwan Muhammad Subarkah Muhammad Walidin Muhammad Yasir Muhyiddin Mukhsin Amar Munawir Aziz Musa Ismail Mustamin Almandary N Teguh Prasetyo Nadine Gordimer Nara Ahirullah Nelson Alwi Nikita Mirzani Nirwan Ahmad Arsuka Nizar Qabbani Nugroho Sukmanto Nurani Soyomukti Nurel Javissyarqi Nuruddin Asyhadie Nurul Komariyah Ocehan Onghokham Otto Sukatno CR Pamela Allen Pameran Parakitri T. Simbolon Pelukis Pendidikan Penggalangan Dana Peta Provinsi Sulawesi Barat Polewali Pondok Pesantren Al-Madienah Pondok Pesantren Salafiyah Karossa Pramoedya Ananta Toer Pramuka Prasetyo Agung Pringadi AS Pringgo HR Priska Prosa Pudyo Saptono Puisi Puput Amiranti N Pustaka Ilalang PUstaka puJAngga Putu Fajar Arcana Putu Setia Putu Wijaya R Sutandya Yudha Khaidar R. Timur Budi Raja Radhar Panca Dahana Raedu Basha Ragdi F. Daye Rahmadi Usman Rahmat Sudirman Rahmat Sutandya Yudhanto Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rama Prabu Ratnani Latifah Raudal Tanjung Banua Reiny Dwinanda Remy Sylado Resensi Riadi Ngasiran Rian Harahap Ribut Wijoto Rida K Liamsi Riki Fernando Rofiqi Hasan Ronny Agustinus Rozi Kembara Rusydi Zamzami Rx King Motor S Yoga S. Jai Sabrank Suparno Safar Nurhan Saini K.M. Sajak Salman Rusydie Anwar Salman S Yoga Samsul Anam Sapardi Djoko Damono Sapto Hoedojo Sasti Gotama Sastra Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sejarah Seni Rupa Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sirajudin Siswoyo Sitok Srengenge Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sonia Sosiawan Leak Sukitman Sulawesi Selatan Sunaryono Basuki Ks Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Suriali Andi Kustomo Suryanto Sastroatmodjo Susi Ivvaty Susianna Sutan Takdir Alisjahbana Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Syaifuddin Gani Syamsudin Noer Moenadi Syihabuddin Qalyubi Syu’bah Asa Tari Bamba Manurung Tari Bulu Londong Tari Ma’Bundu Tari Mappande Banua Tari Patuddu Tari Salabose Daeng Poralle Tari Sayyang Pattuqduq Tari Toerang Batu Tata Chacha Tatan Daniel Taufik Ikram Jamil Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teater Teddi Muhtadin Teguh Setiawan Pinang Teguh Winarsho AS Tenas Effendy Tengsoe Tjahjono Tenni Purwanti Tito Sianipar Tjahjono Widijanto Toeti Heraty Tosiani Tri Wahono Udin Badruddin Udo Z. Karzi Umar Fauzi Ballah Umar Kayam Umbu Landu Paranggi Usman Arrumy UU Hamidy Uwell's King Shop Uwell's Setiawan W.S. Rendra Wahib Muthalib Wahyudi Akmaliah Muhammad Wan Anwar Wawancara Wayan Sunarta Welly Kuswanto Wicaksono Wicaksono Adi Wilson Nadeak Wisata Yohanes Sehandi Yonatan Raharjo Yopie Setia Umbara Yosephine Maryati Yudhis M. Burhanudin Yukio Mishima Yurnaldi Zamakhsyari Abrar