Monday, June 21, 2021

Memperingati Haul Sultan Hasanuddin ke 351 (IV)

Sultan Hasanuddin (12 Januari 1631 – 12 Juni 1670)
 
Husni Hamisi
 
“Valentijn mengatakan, bahwa untuk merebut kekuasaan di Kepulauan kaya rempah-rempah, orang-orang Belanda harus berperang melawan Portugis, Inggris, Makassar dan sebagainya. Kami mengadu domba raja satu dengan raja lainnya; mereka harus berkelahi, dan berperang”, I.D. Calvin, Romance of Empire, South Africa.
***
 
1661 M., Baginda Somba ri Gowa Sultan Hasanuddin berusia 30 tahun, pasca lolosnya Arung Palakka dalam pelariannya. Yang mana diketahui bahwa Datu Soppeng La Tenribali hanya dihukum dengan diasingkan, padahal beberapa bangsawan muda Soppeng juga turut menemani pelarian Arung Palakka.
 
Tibalah telik sandi membawa berita ke belaiurung istana Gowa; Sultan Mandarsyah yang telah merebut kembali tahtanya oleh dukungan VOC Belanda di kesultanan Ternate - ingin menghukum Kaicil Kalumata bersama pasukannya yang dilindungi Gowa, -bakal bekerja sama dengan Sultan Buton, tersebab Bharata Kaledupa dan Pancana berpihak ke Gowa, padahal wilayahnya masuk kesultanan Buton  - didukung armada VOC Belanda untuk menyerang Gowa, dengan memanfaatkan kejadian ini.
 
Maka terjadilah friksi tajam di tingkat elit kerajaan Gowa - Tallo, Karaeng Summana didukung empat Bate Salapang (Gallarang Mangasa, Gallarang Samata, Gallarang Tombong, dan Gallarang Bontomannang) mengancam mengundurkan diri dari jabatan mereka masing-masing, dikarena berbeda pendapat perihal cara menghadapi persoalan. Mereka tidak sejalan atas pemikiran Karaeng Karunrung yang mengusulkan agar baiknya memilih bergerak cepat menyerang terlebih dahulu ke posisi Belanda, sebelum persekutuan mereka kuat lantas tiba-tiba menyerang kerajaan.
 
Baginda Sultan Hasanuddin yang cendrung pada pendapat Karaeng Karunrung, dengan kebijaksanaannya berhasil menenangkan pokok perpecahan yang terjadi. Beliau mengikuti suara terbanyak, dengan memutuskan menambah armada serta pasukan perang di Gowa lewat meminta tambahan pasukan dari Kerajaan Bima, Kerajaan Sumbawa, Mandar, dan dari Kepulauan Muna, Kepulauan Sula untuk berjaga-jaga.
 
Tahun 1663 M., mata-mata Belanda tiba di Batavia membawa berita gembira, bahwa dua sosok berpengaruh kuat di kerajaan Gowa yang selama ini menjadi andalannya Baginda, yakni Karaeng Tallo Sultan Harun Ar Rasyid bersengketa dengan sepupunya Karaeng Karunrung Abdul Hamid, menurut catatan Belanda [KA 1137:957-8] “Karaeng Summana yang tidak menyukai Karaeng Karunrung mendukung dan berpihak pada Karaeng Tallo”.
 
Baginda Sultan Hasanuddin yang secara pribadi cenderung kepada Karaeng Karunrung -tak bisa berbuat banyak, sebab sebagian besar para bangsawan elit kerajaan berpihak kepada Karaeng Tallo. Lantas keputusan pun diambil, Karaeng Karunrung diasingkan, seluruh harta bendanya disita, dan rumahnya dijaga ketat oleh pasukan dari Sultan Tallo sendiri.
 
Karaeng Karunrung diasingkan selama 2 tahun. Ini kabar gembira bagi pihak Belanda, yang sangat menginginkan kematian Karaeng Karunrung. Pertengkaran di tingkat elit kerajaan Gowa dikemudian hari menjadi titik lemah yang vatal, disaat sekutu VOC menyerang Gowa - Tallo di tahun 1666 M.
 
Pada suatu hari, Karaeng Karunrung menghilang dari tempatnya dia diasingkan, meskipun beliau dijaga ketat oleh para prajurit elit Tallo atas perintah Raja Tallo sepupunya sendiri. Sehingga para elit Gowa yang bersebrangan dengannya jadi khawatir, jangan-jangan Karaeng Karunrung pergi ke Batavia demi bergabung dengan Arung Palakka dan pasukan bugisnya untuk kelak balik menyerang Gowa.
 
Hingga akhir tahun 1664, Gubernur Belanda di Batavia menuliskan surat balasan kepada Gowa yang menjelaskan bahwasanya “Karaeng Karunrung tidak pernah sampai di Batavia.” [Stapel:1922-80). Terus Beliau menghilang ke mana? Apakah ke Banten, ataukah ke puncak Gunung Bawa Karaeng untuk bertapa?
 
Di sini kami hanya ingin mengutip sebagian kesaksian Syekh Yusuf  Tuanta Salamaka, dalam suratnya mengenai pribadi luhur Karaeng Karunrung. “Seorang pribadi yang alim, yang arif, yang sempurna, wali akhlak, contoh yang diridhai, yang berakhlak dengan pekerti yang baik, memegang teguh syariat yang didukung bathin hakekat.” [vol. naskah syekh yusuf. NJ A 108.Voorhoeve].
 
Akhir tahun 1665 M., Karaeng Karunrung tiba kembali bergabung dengan baginda Sultan Hasanuddin, bersama para elit serta sekutu Gowa lainnya -menggalang daya kekuatannya, untuk menyambut Armada Sekutu VOC Belanda, yang telah bersiap-siap memulai peperangan dengan kesultanan Gowa.
***
 
Tahun 1666-1669 M., kejadiannya sudah umum kita ketahui. Kerajaan Gowa Tallo akhirnya kalah perang, setelah jatuhnya Benteng Sombaopu oleh kekuatan VOC dengan sekutunya yang lebih sigap secara strategi dalam menghadapi peperangan besar.
 
Baginda Yang Mulia Sultan Hasanuddin lalu memilih turun tahta, dan setahun kemudian berpulang ke rahmatullah. Namun pasukan Gowa terus berperang melawan VOC Belanda, membuka perang baru di Jawa Timur, Karaeng Galesong anak Sultan Hasanuddin bersama Pangeran Madura Trunojoyo membumihanguskan Plered Ibukota Mataram, -Rajanya Sultan Amangkurat I yang didukung VOC Belanda, di ujung barat Jawa, di kesultanan Banten, Syekh Yusuf bersama mertuanya Sultan Ageng Tirtayasa dengan pasukan balira pimpinan anak perempuan Sultan Hasanudin, juga berperang dengan VOC Belanda yang membackup Sultan Haji.
 
Bagaimana dengan jazirah Sulawesi? Adalah Daeng Serang Arung Palakka, yang diangkat sebagai Arumpone menggantikan Puatta Lamederemmeng yang wafat di tahun 1673, menjalankan politik “menyatukan darah”, demi seluruh para bangsawan kerajaan di Sulawesi Selatan -menghapus dendam darah yang telah terjadi.
 
Semangat warisan perjuangan Sultan Hasanuddin Somba ri Gowa demi melawan hegemoni penjajahan Belanda ini, dengan harapan Raja Bone Arung Palakka di abad 17 itu, akhirnya bertemu muara dalam darah-semangat anak cucu mereka. Hingga tibalah diawal abad 20 M., La Pawawoy Karaeng Segeri Sultan Bone, I Makulau Daeng Serang Sultan Husain Somba Ri Gowa, serta segenap para bangsawan kerajaan di zajirah Sulawesi, yang telah dipersatukan di dalam darah leluhurnya. Mereka bersama-sama serentak mengangkat senjata melawan hegemoni penjajahan Belanda.
 
Alfatiha, terima kasih yang mulia.
 

No comments:

Post a Comment

A. Anzieb A. Muttaqin A. Qorib Hidayatullah A. Rifqi Hidayat A. Rodhi Murtadho A. Syauqi Sumbawi A.J. Susmana A.S. Laksana A'yat Khalili Abdul Hadi WM Abdul Hopid Abdul Kirno Tanda Abdul Wachid B.S. Acep Zamzam Noor Afrizal Malna Aguk Irawan MN Agus B. Harianto Agus Dermawan T. Agus Noor Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Sri Danardana Agus Sunyoto Agus Wibowo Agusri Junaidi Ahda Imran Ahid Hidayat Ahmad Muchlish Amrin Ahmadun Yosi Herfanda Ajip Rosidi Akhmad Sekhu Akhudiat Ali Audah Alim Bakhtiar Alunk Estohank Amien Kamil Amien Wangsitalaja Aming Aminoedhin Amir Hamzah Ana Mustamin Andhika Mappasomba Andi Achdian Andrenaline Katarsis Anjrah Lelono Broto Anton Wahyudi Anwar Holid Aprinus Salam Arafat Nur Ardy Kresna Crenata Arie MP Tamba Arief Budiman Ariel Heryanto Arif Wibowo Arman A.Z. Arsyad Indradi Aryadi Mellas Aryo Bhawono Asap Studio Asarpin Asep Rahmat Hidayat Asep Sambodja Aulia A Muhammad Awalludin GD Mualif B Kunto Wibisono Badaruddin Amir Balada Bambang Kempling Bambang Soebendo Banjir Bandang Beni Setia Benny Arnas Benny Benke Berita Berita Duka Bernando J. Sujibto Binhad Nurrohmat Boy Mihaballo Budaya Budi Darma Budi P. Hatees Bustan Basir Maras Catatan Cerbung Cerpen Chairil Gibran Ramadhan D. Zawawi Imron D.N. Aidit Daisy Priyanti Dandy Bayu Bramasta Daniel Dhakidae Dareen Tatour Dea Anugrah Dedy Sufriadi Dedy Tri Riyadi Deni Ahmad Fajar Deni Jazuli Denny JA Denny Mizhar Desti Fatin Fauziyyah Dewi Sartika Dhanu Priyo Prabowo Dharmadi Diah Budiana Dian Hartati Didin Tulus Djoko Pitono Djoko Saryono Donny Anggoro Dwi Pranoto Echa Panrita Lopi Eddi Koben Edy A Effendi Edy Firmansyah Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Darmoko Eko Faizin Emha Ainun Nadjib Enda Menzies Erlina P. Lestari Erwin Dariyanto Esai Esti Ambirati Evi Idawati Evi Sefiani F. Daus AR F. Rahardi Fahrudin Nasrulloh Faisal Kamandobat Fajar Alayubi Fakhrunnas MA Jabbar Fandy Hutari Farah Noersativa Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Faza Bina Al-Alim Felix K. Nesi Ferdian Ananda Majni Fian Firatmaja Gampang Prawoto Gema Erika Nugroho Goenawan Mohamad Gola Gong Gombloh Grathia Pitaloka Gunawan Budi Susanto Gunawan Maryanto Gus Noy H.B. Jassin Hairus Salim Hamka Hamsad Rangkuti Hari Murti Haris Firdaus Harry Aveling Hasan Aspahani Hasif Amini HE. Benyamine Hendri Yetus Siswono Herman Syahara Hermien Y. Kleden Holy Adib Huda S Noor Hudan Hidayat Hudan Nur Humam S Chudori Husni Hamisi I G.G. Maha Adi Iberamsyah Barbary Ida Fitri Idealisa Masyrafina Idrus Ignas Kleden Ikarisma Kusmalina Ike Ayuwandari Ilham Ilham Khoiri Imam Cahyono Imam Muhayat Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Tohari Indria Pamuhapsari Indrian Koto Irfan Sholeh Fauzi Isbedy Stiawan Z.S. J.J. Kusni Jadid Al Farisy Jajang R Kawentar Jakob Oetama Jalaluddin Rakhmat Jansen H. Sinamo Joni Ariadinata K.H. Bisri Syansuri K.H. M. Najib Muhammad Kahfi Ananda Giatama Kahfie Nazaruddin Kho Ping Hoo Kika Dhersy Putri Kitab Para Malaikat Kritik Sastra Kucing Oren Kunni Masrohanti Kuswinarto L.K. Ara Lagu Laksmi Shitaresmi Lan Fang Latief S. Nugraha Leila S. Chudori Leo Tolstoy Leon Agusta Lesbumi Yogyakarta Lily Yulianti Farid Linda Christanty Linda Sarmili Lukisan Lutfi Mardiansyah Luwu Utara M. Aan Mansyur M. Faizi M. Raudah Jambak M. Shoim Anwar M.D. Atmaja M’Shoe Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Majene Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mamasa Mamuju Mardi Luhung Marhalim Zaini Maroeli Simbolon Martin Aleida Masamba Mashuri Media KAMA_PO Melani Budianta Mihar Harahap Misbahus Surur Mochtar Lubis Moh. Jauhar al-Hakimi Mohammad Afifi Mohammad Yamin Much. Khoiri Muhammad Fauzi Muhammad Muhibbuddin Muhammad Ridwan Muhammad Subarkah Muhammad Walidin Muhammad Yasir Muhyiddin Mukhsin Amar Munawir Aziz Musa Ismail Mustamin Almandary N Teguh Prasetyo Nadine Gordimer Nara Ahirullah Nelson Alwi Nikita Mirzani Nirwan Ahmad Arsuka Nizar Qabbani Nugroho Sukmanto Nurani Soyomukti Nurel Javissyarqi Nuruddin Asyhadie Nurul Komariyah Ocehan Onghokham Otto Sukatno CR Pamela Allen Pameran Parakitri T. Simbolon Pelukis Pendidikan Penggalangan Dana Peta Provinsi Sulawesi Barat Polewali Pondok Pesantren Al-Madienah Pondok Pesantren Salafiyah Karossa Pramoedya Ananta Toer Pramuka Prasetyo Agung Pringadi AS Pringgo HR Priska Prosa Pudyo Saptono Puisi Puput Amiranti N Pustaka Ilalang PUstaka puJAngga Putu Fajar Arcana Putu Setia Putu Wijaya R Sutandya Yudha Khaidar R. Timur Budi Raja Radhar Panca Dahana Raedu Basha Ragdi F. Daye Rahmadi Usman Rahmat Sudirman Rahmat Sutandya Yudhanto Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rama Prabu Ratnani Latifah Raudal Tanjung Banua Reiny Dwinanda Remy Sylado Resensi Riadi Ngasiran Rian Harahap Ribut Wijoto Rida K Liamsi Riki Fernando Rofiqi Hasan Ronny Agustinus Rozi Kembara Rusydi Zamzami Rx King Motor S Yoga S. Jai Sabrank Suparno Safar Nurhan Saini K.M. Sajak Salman Rusydie Anwar Salman S Yoga Samsul Anam Sapardi Djoko Damono Sapto Hoedojo Sasti Gotama Sastra Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sejarah Seni Rupa Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sirajudin Siswoyo Sitok Srengenge Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sonia Sosiawan Leak Sukitman Sulawesi Selatan Sunaryono Basuki Ks Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Suriali Andi Kustomo Suryanto Sastroatmodjo Susi Ivvaty Susianna Sutan Takdir Alisjahbana Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Syaifuddin Gani Syamsudin Noer Moenadi Syihabuddin Qalyubi Syu’bah Asa Tari Bamba Manurung Tari Bulu Londong Tari Ma’Bundu Tari Mappande Banua Tari Patuddu Tari Salabose Daeng Poralle Tari Sayyang Pattuqduq Tari Toerang Batu Tata Chacha Tatan Daniel Taufik Ikram Jamil Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teater Teddi Muhtadin Teguh Setiawan Pinang Teguh Winarsho AS Tenas Effendy Tengsoe Tjahjono Tenni Purwanti Tito Sianipar Tjahjono Widijanto Toeti Heraty Tosiani Tri Wahono Udin Badruddin Udo Z. Karzi Umar Fauzi Ballah Umar Kayam Umbu Landu Paranggi Usman Arrumy UU Hamidy Uwell's King Shop Uwell's Setiawan W.S. Rendra Wahib Muthalib Wahyudi Akmaliah Muhammad Wan Anwar Wawancara Wayan Sunarta Welly Kuswanto Wicaksono Wicaksono Adi Wilson Nadeak Wisata Yohanes Sehandi Yonatan Raharjo Yopie Setia Umbara Yosephine Maryati Yudhis M. Burhanudin Yukio Mishima Yurnaldi Zamakhsyari Abrar