Friday, June 25, 2021

Sajak-Sajak A. Muttaqin

cetak.kompas.com
 
Kwawung Suwung
 
Kwawung yang terbalik
Enam kakinya gergaji
Melihat langit
Dan dua kaki kecil lain
Yang di bawah mulut persis
Seperti berbisik.
Siungnya seperti sungut
Sungut kuat dan ketat
Dan mulutnya
Yang pandai
Melubangi tinggi
Batang kelapa
Tak lagi ingin berkata.
Ia menjatuhkan diri
Dari pohon lurus itu
Sebab tak ada batang
Dan cabang rindang
Yang membuat ia
Melalang kenyang.
Ia menjatuhkan diri
Dari pohon lurus itu
Sebab buahnya bergerombol
Gerombol dan daunnya
Menyuir nyala sedari muda
Semuda ia yang tak tahu
Jika air segar di buah kelapa
Adalah kencing anak-anak tupai
Yang berloncatan arah
Di pohon-pohon sorga
 
2009
 
 
 
Gila! Mengapa Tak Kauucap Cinta Ketika Aku Penuh Bunga?
 
Dan kini aku telah tinggal duri. Cobalah kau mengerti
Mengapa aku memilih menusuk daripada runduk.
Memilih kutuk ketimbang lapuk di peluk.
Kubuang kuntum cium, supaya kau
Tak mencariku dalam harum.
Kukembalikan madu pada layu
Supaya kumbang terbang tanpa mabuk
Dan tuhan dapat dikit kubujuk.
Kutumbuhi segegap sepi
Juga mimpi yang tak berpenghuni
Supaya kelak, matamu lebih tajam dari aku
Yang pendiam. Dan akhirnya kauberoleh paham
Betapa cintaku dalam pada darah diam yang tak berasam.
 
2009
 
 
 
Bilik Pembatik
 
Ular yang seribu tahun lalu menyusup ke rumahmu telah kausamak di badan waktu, seperti tato tua yang tak luntur oleh hujan hantu dan kerdip mata gadis melayu. Seperti akidah kaku, begitu teguh ular itu memelukmu. Ular itu tak juga tergoda, walau sejarah moyangnya membuat kau dan aku betah memegang cinta.
 
Memegang pundak luka
 
yang membuat kita ada. Ular itu tetap milik kita selain bunga. Tetap cantik sisiknya, biar ia sering terluka di gelaran yang kian alpa. Di penyampir purba, di serat cinta yang kian kalah, ular itu bangkit tiba-tiba, seperti huruf Jawa yang sakit membaca dirinya, membaca rajah raja yang ditinggal tuah dan pucuk panah.
 
2009
 
 
 
Seperti Jalan Maut pada Masyi, Seperih Jamak Ubi dalam Kuali
 
Seperti itu pula kami beroleh pasti. Sebentuk kuali dan senyum penindih yang berakhir api. Selebihnya sepi. Tapi, di didih yang tinggi, masih bisa kami rasai betapa rinai rindu kami. Pada pedih yang tak terucap pembuluh pagi, kami mengerti betapa kesetiaan begitu mengharukan. Tapi jangan kalian menangisi kami. Sebagaimana kami tak pernah menangisi kalian. Sebab kami percaya, kalianlah cikal kali keajaiban yang akan membawa pulang pasir ke lautan. Sejak semai kami tahu, nasib kami bakal berakhir seperti ubi. Dan seperti ubi, kami rela menjalar ke tepi-tepi demi selamatkan buah putih kami. Kami sembunyikan pangkal,
 
agar akar dan daun kami kian
 
segar, merapal serat-serat rindu yang membuat daun kami menjalar. Mengarungi semak yang membuat Tuhan jadi jamak. Melintasi lemak yang membuat Tuhan jadi jarak. Kami tak pernah mengelak bila kembang kami terampas dari kelopak. Kami juga tak berontak, jika mereka jadikan kami sekadar rerumbai semak. Dan akhirnya kami pun ditanak. Lihatlah bagaimana mereka menanak kami, hanya karena bunda tak mahir mengatur lidah dan sisir. Kami pun tak mungkir, jika mereka justru menuduh kami para pandir. Namun jangan mereka lupa, kamilah mula musafir yang mulai menyisir belantara bedil dan sungil sihir.
 
2009
 
 
 
Seperti Pelajaran Biologi yang Sering Indah dan Terbata-bata
 
Seperti itu, aku bertemu lelaki mandul yang suka
 
menanam bunga. Di kepala lelaki itu tumbuh sepasang jamur kuno, dan matanya ditumbuhi semak-semak putih. Dari semak itu, buah-buah mungil matang sendiri. Bibir lelaki itu seperti daun gembili yang gatal dan memanjang, komat-kamit menyebuti
 
langit dan cinta wingit.
 
Senyumnya yang masih basah
 
diberikan pada kumbang dan burung-burung yang ahli lubang. Seperti pohon besar, lelaki itu sungguh sabar. Kulitnya yang tua, jadi sarang semut yang memanjang di batang tubuhnya yang kerontang. Burung-burung yang sering bersahut siul di rantingnya kerap membuat dia tertidur. Dalam mimpinya, lelaki itu selalu bertemu telur-telur.
 
2009
 
 
 
Berguru ke Gurun, Bergurau pada Anggun
 
Alangkah hiruk bila gatal kuduk kugaruk. Alangkah buruk bila bilur nyamuk kusibuk. Biar ular tetap mengajar arti kelenjar dan bisa liar. Biar burung-burung besar terus menebar siul kasar dan samar. Biar juga kekaktus tumbuh dan menghijau. Tapi seperti puisiku, tak usah kauharap ia sanggup menyanggupi sesuatu dalam hausmu. Tiap pagi embun datang dan terlinang, serupa tangis Isa di bawah pohon subuh yang renta. Tak ada yang mendengarnya, kecuali pasangan codot yang diam-diam malih iba pada pentil buah-buah. Semut- semut tengah berencana pindah rumah. Seekor pungguk yang semalam meringkuki sarang gerhana, telah terbang ke selayang terang. Sembilan kunang rimang melayang, sembari mengkhayali diri berderai bagai bayi bebintang, menerangi jalan kafilah yang kian entah dan patah-patah. Angin dan angan masih saling kelindan. Seekor ketungging hanya mengintip-intip dari ujung sengatnya yang sengit. Dan seekor laba-laba terus berputar dan berputar terus. Memintal ujung rima di putit bokongnya, menjadi selingkar rumah jaring nan miring, semiring sajak ini yang begitu sungguh, menaksir bulir-bulir getir dari pasir ke pasir.
 
2009

A Muttaqin lahir di Gresik, Jawa Timur, 11 Maret 1983. Lulus dari Jurusan Sastra Indonesia, Universitas Negeri Surabaya. Ia tinggal dan bekerja di Surabaya, giat di Komunitas Rabo Sore. http://sastra-indonesia.com/2010/07/sajak-sajak-a-muttaqin-3/

No comments:

Post a Comment

A. Anzieb A. Muttaqin A. Qorib Hidayatullah A. Rifqi Hidayat A. Rodhi Murtadho A. Syauqi Sumbawi A.J. Susmana A.S. Laksana A'yat Khalili Abdul Hadi WM Abdul Hopid Abdul Kirno Tanda Abdul Wachid B.S. Acep Zamzam Noor Afrizal Malna Aguk Irawan MN Agus B. Harianto Agus Dermawan T. Agus Noor Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Sri Danardana Agus Sunyoto Agus Wibowo Agusri Junaidi Ahda Imran Ahid Hidayat Ahmad Muchlish Amrin Ahmadun Yosi Herfanda Ajip Rosidi Akhmad Sekhu Akhudiat Ali Audah Alim Bakhtiar Alunk Estohank Amien Kamil Amien Wangsitalaja Aming Aminoedhin Amir Hamzah Ana Mustamin Andhika Mappasomba Andi Achdian Andrenaline Katarsis Anjrah Lelono Broto Anton Wahyudi Anwar Holid Aprinus Salam Arafat Nur Ardy Kresna Crenata Arie MP Tamba Arief Budiman Ariel Heryanto Arif Wibowo Arman A.Z. Arsyad Indradi Aryadi Mellas Aryo Bhawono Asap Studio Asarpin Asep Rahmat Hidayat Asep Sambodja Aulia A Muhammad Awalludin GD Mualif B Kunto Wibisono Badaruddin Amir Balada Bambang Kempling Bambang Soebendo Banjir Bandang Beni Setia Benny Arnas Benny Benke Berita Berita Duka Bernando J. Sujibto Binhad Nurrohmat Boy Mihaballo Budaya Budi Darma Budi P. Hatees Bustan Basir Maras Catatan Cerbung Cerpen Chairil Gibran Ramadhan D. Zawawi Imron D.N. Aidit Daisy Priyanti Dandy Bayu Bramasta Daniel Dhakidae Dareen Tatour Dea Anugrah Dedy Sufriadi Dedy Tri Riyadi Deni Ahmad Fajar Deni Jazuli Denny JA Denny Mizhar Desti Fatin Fauziyyah Dewi Sartika Dhanu Priyo Prabowo Dharmadi Diah Budiana Dian Hartati Didin Tulus Djoko Pitono Djoko Saryono Donny Anggoro Dwi Pranoto Echa Panrita Lopi Eddi Koben Edy A Effendi Edy Firmansyah Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Darmoko Eko Faizin Emha Ainun Nadjib Enda Menzies Erlina P. Lestari Erwin Dariyanto Esai Esti Ambirati Evi Idawati Evi Sefiani F. Daus AR F. Rahardi Fahrudin Nasrulloh Faisal Kamandobat Fajar Alayubi Fakhrunnas MA Jabbar Fandy Hutari Farah Noersativa Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Faza Bina Al-Alim Felix K. Nesi Ferdian Ananda Majni Fian Firatmaja Gampang Prawoto Gema Erika Nugroho Goenawan Mohamad Gola Gong Gombloh Grathia Pitaloka Gunawan Budi Susanto Gunawan Maryanto Gus Noy H.B. Jassin Hairus Salim Hamka Hamsad Rangkuti Hari Murti Haris Firdaus Harry Aveling Hasan Aspahani Hasif Amini HE. Benyamine Hendri Yetus Siswono Herman Syahara Hermien Y. Kleden Holy Adib Huda S Noor Hudan Hidayat Hudan Nur Humam S Chudori Husni Hamisi I G.G. Maha Adi Iberamsyah Barbary Ida Fitri Idealisa Masyrafina Idrus Ignas Kleden Ikarisma Kusmalina Ike Ayuwandari Ilham Ilham Khoiri Imam Cahyono Imam Muhayat Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Tohari Indria Pamuhapsari Indrian Koto Irfan Sholeh Fauzi Isbedy Stiawan Z.S. J.J. Kusni Jadid Al Farisy Jajang R Kawentar Jakob Oetama Jalaluddin Rakhmat Jansen H. Sinamo Joni Ariadinata K.H. Bisri Syansuri K.H. M. Najib Muhammad Kahfi Ananda Giatama Kahfie Nazaruddin Kho Ping Hoo Kika Dhersy Putri Kitab Para Malaikat Kritik Sastra Kucing Oren Kunni Masrohanti Kuswinarto L.K. Ara Lagu Laksmi Shitaresmi Lan Fang Latief S. Nugraha Leila S. Chudori Leo Tolstoy Leon Agusta Lesbumi Yogyakarta Lily Yulianti Farid Linda Christanty Linda Sarmili Lukisan Lutfi Mardiansyah Luwu Utara M. Aan Mansyur M. Faizi M. Raudah Jambak M. Shoim Anwar M.D. Atmaja M’Shoe Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Majene Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mamasa Mamuju Mardi Luhung Marhalim Zaini Maroeli Simbolon Martin Aleida Masamba Mashuri Media KAMA_PO Melani Budianta Mihar Harahap Misbahus Surur Mochtar Lubis Moh. Jauhar al-Hakimi Mohammad Afifi Mohammad Yamin Much. Khoiri Muhammad Fauzi Muhammad Muhibbuddin Muhammad Ridwan Muhammad Subarkah Muhammad Walidin Muhammad Yasir Muhyiddin Mukhsin Amar Munawir Aziz Musa Ismail Mustamin Almandary N Teguh Prasetyo Nadine Gordimer Nara Ahirullah Nelson Alwi Nikita Mirzani Nirwan Ahmad Arsuka Nizar Qabbani Nugroho Sukmanto Nurani Soyomukti Nurel Javissyarqi Nuruddin Asyhadie Nurul Komariyah Ocehan Onghokham Otto Sukatno CR Pamela Allen Pameran Parakitri T. Simbolon Pelukis Pendidikan Penggalangan Dana Peta Provinsi Sulawesi Barat Polewali Pondok Pesantren Al-Madienah Pondok Pesantren Salafiyah Karossa Pramoedya Ananta Toer Pramuka Prasetyo Agung Pringadi AS Pringgo HR Priska Prosa Pudyo Saptono Puisi Puput Amiranti N Pustaka Ilalang PUstaka puJAngga Putu Fajar Arcana Putu Setia Putu Wijaya R Sutandya Yudha Khaidar R. Timur Budi Raja Radhar Panca Dahana Raedu Basha Ragdi F. Daye Rahmadi Usman Rahmat Sudirman Rahmat Sutandya Yudhanto Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rama Prabu Ratnani Latifah Raudal Tanjung Banua Reiny Dwinanda Remy Sylado Resensi Riadi Ngasiran Rian Harahap Ribut Wijoto Rida K Liamsi Riki Fernando Rofiqi Hasan Ronny Agustinus Rozi Kembara Rusydi Zamzami Rx King Motor S Yoga S. Jai Sabrank Suparno Safar Nurhan Saini K.M. Sajak Salman Rusydie Anwar Salman S Yoga Samsul Anam Sapardi Djoko Damono Sapto Hoedojo Sasti Gotama Sastra Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sejarah Seni Rupa Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sirajudin Siswoyo Sitok Srengenge Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sonia Sosiawan Leak Sukitman Sulawesi Selatan Sunaryono Basuki Ks Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Suriali Andi Kustomo Suryanto Sastroatmodjo Susi Ivvaty Susianna Sutan Takdir Alisjahbana Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Syaifuddin Gani Syamsudin Noer Moenadi Syihabuddin Qalyubi Syu’bah Asa Tari Bamba Manurung Tari Bulu Londong Tari Ma’Bundu Tari Mappande Banua Tari Patuddu Tari Salabose Daeng Poralle Tari Sayyang Pattuqduq Tari Toerang Batu Tata Chacha Tatan Daniel Taufik Ikram Jamil Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teater Teddi Muhtadin Teguh Setiawan Pinang Teguh Winarsho AS Tenas Effendy Tengsoe Tjahjono Tenni Purwanti Tito Sianipar Tjahjono Widijanto Toeti Heraty Tosiani Tri Wahono Udin Badruddin Udo Z. Karzi Umar Fauzi Ballah Umar Kayam Umbu Landu Paranggi Usman Arrumy UU Hamidy Uwell's King Shop Uwell's Setiawan W.S. Rendra Wahib Muthalib Wahyudi Akmaliah Muhammad Wan Anwar Wawancara Wayan Sunarta Welly Kuswanto Wicaksono Wicaksono Adi Wilson Nadeak Wisata Yohanes Sehandi Yonatan Raharjo Yopie Setia Umbara Yosephine Maryati Yudhis M. Burhanudin Yukio Mishima Yurnaldi Zamakhsyari Abrar