Tuesday, June 15, 2021

PENGKHIANAT SEBELUM INDONESIA

Aprinus Salam *
 
Anggaplah keberadaan Indonesia mulai disepakati pada Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928. Bisa juga lebih awal sedikit pada masa kebangkitan nasional 20 Mei 1908, walau baru bersifat kesepakatan beberapa organisasi baik atas nama agama atau sosial-ekonomi.
 
Pada masa sebelumnya, belum ada kesepatakan yang secara eksplisit mengatasnamakan bangsa Indonesia. Bahkan sebagian masih menyebutnya sebagai wilayah atau kerajaan di Jawa, Sumatra, dan sebagainya.
 
Lebih dari itu, secara resmi Indonesia (NKRI) hadir pada 17 Agustus 1945. Belajar dari sejarah, pada masa-masa sebelum terbentuk Indonesia terjadi banyak konflik, perang, dan secara inheren terdapat pengkhiatan di dalamnya. Pertanyaannya adalah siapa yang pengkhianat dan siapa yang dikhianati?
 
Perang-perang internal di wilayah Nusantara sudah terjadi sejak zaman berdirinya kerajaan-kerajaan awal. Dapat diperhitungkan sejak abad ke-4 Masehi hingga hingga abad ke-15, telah terjadi berbagai perang dan pengkhinatan. Kita tidak bisa menyebutnya sebagai pengkhianat terhadap bangsa Indonesia.
 
Setelah itu, ada intervensi bangsa asing ke wilayah-wilayah Nusantara (artinya pulau-pulau dan kerajaan di Nusantara lebih dulu ada daripada NKRI). Apakah kemudian bangsa asing sudah bisa disebut sebagai penjajah bangsa Indonesia, jika gagasan tentang kebangsaindonesiaan baru hadir pada tahun 1900-an.
 
Kembali mengingat beberapa kejadian yang disebut pengkhianatan. Dalam setiap perang melawan intervensi asing, sebagai misal perang di Sulawesi, Jawa, Sumatra, Kalimantan, hingga perang-perang lain di Maluku, Bali, dan sebagainya selalu muncul kisah pengkhianatan. Apakah para pengkhianat tersebut bisa disebut mengkhianati bangsa Indonesia?
 
Kisah perang Makasar, perang Diponogoro, perang Iman Bonjol, dan berbagai perang di wilayah Nusantara menghadapi intervensi asing, selalu ada konflik internal dalam menghadapi intervensi asing. Konflik internal tersebut bisa didahului oleh pengkhianatan, tetapi bisa saja pengkhianatan terjadi setelah konflik internal (karena berbagai sebab) dalam satuan kerajaan atau kesultanan tersebut.
 
Sebagai akibatnya, banyak kerajaan pecah menjadi kerajaan-kerajaan yang lebih kecil. Sebelum masa intervensi Belanda, Sriwijaya dan Majapahit pecah dan terbagi. Setelah masuk Belanda, kerajaan-kerajaan di Jawa, Sumatra, Sulawesi, Kalimantan, hingga beberapa kerajaan lain di pulau-pulau yang lebih kecil berhadapan dengan “penjajahan” Belanda.
 
Saya perlu mengklarifikasi apa itu pengkhianatan. Pengkhianatan terjadi jika ada pelanggaran terhadap “kesepakatan suci dan simbolik”. Kesepakatan tersebut bisa bersifat lisan dengan ritual tertentu, bisa bersifat tertulis,  baik dalam satuan internal masyarakat tertentu, atau antara dua kelompok atau lebih dalam masyarakat yang berbeda basis keberadaannya.
 
Kata kuncinya adalah adanya pelanggaran, pencurian, perampokan, penyelewangan terhadap kesepakatan suci yang telah ditetapkan atau ditentukan.
 
Kesepakatan tersebut pun basisnya berbeda. Bisa berdasarkan agama, suku, ras, negara, bangsa, bahasa, dan nilai-nilai lain yang disepakati, termasuk di dalamnya berdasarkan batas-batas kekuasaan suatu kerajaan, kesultanan, negara, dan sebagainya yang menaungi kesepakatan itu tersebut.
 
Dengan demikian, jika pada masa intervensi asing ada pihak yang berpihak atau bersekutu dengan pihak asing, pihak tersebut tidak bisa disebut sebagai pengkhianat terhadap bangsa Indonesia.
 
Siapa pun pada masa-masa ketika bangsa Indonesia belum ada, mereka berhak bersekutu dengan siapa saja, dan belum tentu disebut sebagai pengkhianatan.
 
Pengkhianatan terjadi terutama dalam rangka adanya pelanggaran berdasarkan basis atau standar nilai yang mana. Jadi, bisa saja pengkhianatan terhadap kesepakatan beragama, bersuku, berras, atau berdasarkan kesepakatan internal berbasis kekuasaan tertentu.
 
Misalnya sejarah perjalanan kekuasaan atau kerajaan Mataram (setelah periode penetrasi Belanda). Berdasarkan catatan, perang atau konflik menjadi bersegi-segi, baik konflik internal maupun konflik eksternal (berhadapan dengan pihak asing).
 
Selalu di dalamnya ada yang disebut sebagai pengkhianat terutama ketika ada pihak yang bersekutu dengan Belanda, atau bersekutu dengan pihak-pihak yang dianggap musuh.
 
Akan tetapi, pengkhianatan tersebut tidak dapat, dalam perspektif sekarang, disebut sebagai pengkhianatan terhadap bangsa, apalagi negara, Indonesia. Banyak perang dan konflik persoalan utamanya adalah rebutan kekuasaan. Siapa yang menang, kelak mereka dapat saja dianggap lebih benar.
 
Sekali lagi, pengkhianatan terjadi berdasarkan apa yang dilanggar. Jika ada kerajaan tertentu perang dengan kerajaan tetangga, kemudian salah satu pihak bersekutu dengan pihak asing, maka dalam perspektif perang dan kekuasaan, bahkan sebenarnya tidak ada yang dilanggar. Kerajaan tertentu berhak mempertahankan kekuasaannya dalam berbagai cara.
 
Pengkhianatan terjadi justru yang menyebabkan perang internal itu sendiri karena ada pelanggaran di dalamnya, yakni kesepakatan untuk hidup bersama dalam kerukunan dan kedamaian.
 
Dengan demikian, berbagai kategori yang kemudian dikenal sebagai pengkhianatan terhadap bangsa Indonesia perlu diklarifikasi kembali. Pengkhianat sebelum Indonesia hadir mendapatkan konteks yang sesuai dengan sejarahnya. Siapa pengkhianat dan mengkhianati apa dan siapa.
 
7 Juni 2021
 
*) Dr. Aprinus Salam, M. Hum., Sastrawan kelahiran Riau, 7 April 1965. Dosen FIB UGM, Kepala Pusat Studi Kebudayaan UGM sejak 2013, Anggota Senat Akademik UGM 2012-2016, Konsultan Ahli Dinas Kebudayaan DIY (2013-2016). Pendidikan S1, Bahasa dan Sastra Indonesia FIB UGM (Lulus 1992), S2 Program Studi Sastra Pasca Sarjana UGM (Lulus 2002, salah satu wisudawan terbaik), S3 Program Studi Sastra (Program Studi Ilmu-Ilmu Humaniora, Pascasarjana FIB UGM, lulus 2010). Alamat website https://aprinussalam.com/

http://sastra-indonesia.com/2021/06/pengkhianat-sebelum-indonesia/

No comments:

Post a Comment

A. Anzieb A. Muttaqin A. Qorib Hidayatullah A. Rifqi Hidayat A. Rodhi Murtadho A. Syauqi Sumbawi A.J. Susmana A.S. Laksana A'yat Khalili Abdul Hadi WM Abdul Hopid Abdul Kirno Tanda Abdul Wachid B.S. Acep Zamzam Noor Afrizal Malna Aguk Irawan MN Agus B. Harianto Agus Dermawan T. Agus Noor Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Sri Danardana Agus Sunyoto Agus Wibowo Agusri Junaidi Ahda Imran Ahid Hidayat Ahmad Muchlish Amrin Ahmadun Yosi Herfanda Ajip Rosidi Akhmad Sekhu Akhudiat Ali Audah Alim Bakhtiar Alunk Estohank Amien Kamil Amien Wangsitalaja Aming Aminoedhin Amir Hamzah Ana Mustamin Andhika Mappasomba Andi Achdian Andrenaline Katarsis Anjrah Lelono Broto Anton Wahyudi Anwar Holid Aprinus Salam Arafat Nur Ardy Kresna Crenata Arie MP Tamba Arief Budiman Ariel Heryanto Arif Wibowo Arman A.Z. Arsyad Indradi Aryadi Mellas Aryo Bhawono Asap Studio Asarpin Asep Rahmat Hidayat Asep Sambodja Aulia A Muhammad Awalludin GD Mualif B Kunto Wibisono Badaruddin Amir Balada Bambang Kempling Bambang Soebendo Banjir Bandang Beni Setia Benny Arnas Benny Benke Berita Berita Duka Bernando J. Sujibto Binhad Nurrohmat Boy Mihaballo Budaya Budi Darma Budi P. Hatees Bustan Basir Maras Catatan Cerbung Cerpen Chairil Gibran Ramadhan D. Zawawi Imron D.N. Aidit Daisy Priyanti Dandy Bayu Bramasta Daniel Dhakidae Dareen Tatour Dea Anugrah Dedy Sufriadi Dedy Tri Riyadi Deni Ahmad Fajar Deni Jazuli Denny JA Denny Mizhar Desti Fatin Fauziyyah Dewi Sartika Dhanu Priyo Prabowo Dharmadi Diah Budiana Dian Hartati Didin Tulus Djoko Pitono Djoko Saryono Donny Anggoro Dwi Pranoto Echa Panrita Lopi Eddi Koben Edy A Effendi Edy Firmansyah Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Darmoko Eko Faizin Emha Ainun Nadjib Enda Menzies Erlina P. Lestari Erwin Dariyanto Esai Esti Ambirati Evi Idawati Evi Sefiani F. Daus AR F. Rahardi Fahrudin Nasrulloh Faisal Kamandobat Fajar Alayubi Fakhrunnas MA Jabbar Fandy Hutari Farah Noersativa Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Faza Bina Al-Alim Felix K. Nesi Ferdian Ananda Majni Fian Firatmaja Gampang Prawoto Gema Erika Nugroho Goenawan Mohamad Gola Gong Gombloh Grathia Pitaloka Gunawan Budi Susanto Gunawan Maryanto Gus Noy H.B. Jassin Hairus Salim Hamka Hamsad Rangkuti Hari Murti Haris Firdaus Harry Aveling Hasan Aspahani Hasif Amini HE. Benyamine Hendri Yetus Siswono Herman Syahara Hermien Y. Kleden Holy Adib Huda S Noor Hudan Hidayat Hudan Nur Humam S Chudori Husni Hamisi I G.G. Maha Adi Iberamsyah Barbary Ida Fitri Idealisa Masyrafina Idrus Ignas Kleden Ikarisma Kusmalina Ike Ayuwandari Ilham Ilham Khoiri Imam Cahyono Imam Muhayat Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Tohari Indria Pamuhapsari Indrian Koto Irfan Sholeh Fauzi Isbedy Stiawan Z.S. J.J. Kusni Jadid Al Farisy Jajang R Kawentar Jakob Oetama Jalaluddin Rakhmat Jansen H. Sinamo Joni Ariadinata K.H. Bisri Syansuri K.H. M. Najib Muhammad Kahfi Ananda Giatama Kahfie Nazaruddin Kho Ping Hoo Kika Dhersy Putri Kitab Para Malaikat Kritik Sastra Kucing Oren Kunni Masrohanti Kuswinarto L.K. Ara Lagu Laksmi Shitaresmi Lan Fang Latief S. Nugraha Leila S. Chudori Leo Tolstoy Leon Agusta Lesbumi Yogyakarta Lily Yulianti Farid Linda Christanty Linda Sarmili Lukisan Lutfi Mardiansyah Luwu Utara M. Aan Mansyur M. Faizi M. Raudah Jambak M. Shoim Anwar M.D. Atmaja M’Shoe Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Majene Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mamasa Mamuju Mardi Luhung Marhalim Zaini Maroeli Simbolon Martin Aleida Masamba Mashuri Media KAMA_PO Melani Budianta Mihar Harahap Misbahus Surur Mochtar Lubis Moh. Jauhar al-Hakimi Mohammad Afifi Mohammad Yamin Much. Khoiri Muhammad Fauzi Muhammad Muhibbuddin Muhammad Ridwan Muhammad Subarkah Muhammad Walidin Muhammad Yasir Muhyiddin Mukhsin Amar Munawir Aziz Musa Ismail Mustamin Almandary N Teguh Prasetyo Nadine Gordimer Nara Ahirullah Nelson Alwi Nikita Mirzani Nirwan Ahmad Arsuka Nizar Qabbani Nugroho Sukmanto Nurani Soyomukti Nurel Javissyarqi Nuruddin Asyhadie Nurul Komariyah Ocehan Onghokham Otto Sukatno CR Pamela Allen Pameran Parakitri T. Simbolon Pelukis Pendidikan Penggalangan Dana Peta Provinsi Sulawesi Barat Polewali Pondok Pesantren Al-Madienah Pondok Pesantren Salafiyah Karossa Pramoedya Ananta Toer Pramuka Prasetyo Agung Pringadi AS Pringgo HR Priska Prosa Pudyo Saptono Puisi Puput Amiranti N Pustaka Ilalang PUstaka puJAngga Putu Fajar Arcana Putu Setia Putu Wijaya R Sutandya Yudha Khaidar R. Timur Budi Raja Radhar Panca Dahana Raedu Basha Ragdi F. Daye Rahmadi Usman Rahmat Sudirman Rahmat Sutandya Yudhanto Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rama Prabu Ratnani Latifah Raudal Tanjung Banua Reiny Dwinanda Remy Sylado Resensi Riadi Ngasiran Rian Harahap Ribut Wijoto Rida K Liamsi Riki Fernando Rofiqi Hasan Ronny Agustinus Rozi Kembara Rusydi Zamzami Rx King Motor S Yoga S. Jai Sabrank Suparno Safar Nurhan Saini K.M. Sajak Salman Rusydie Anwar Salman S Yoga Samsul Anam Sapardi Djoko Damono Sapto Hoedojo Sasti Gotama Sastra Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sejarah Seni Rupa Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sirajudin Siswoyo Sitok Srengenge Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sonia Sosiawan Leak Sukitman Sulawesi Selatan Sunaryono Basuki Ks Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Suriali Andi Kustomo Suryanto Sastroatmodjo Susi Ivvaty Susianna Sutan Takdir Alisjahbana Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Syaifuddin Gani Syamsudin Noer Moenadi Syihabuddin Qalyubi Syu’bah Asa Tari Bamba Manurung Tari Bulu Londong Tari Ma’Bundu Tari Mappande Banua Tari Patuddu Tari Salabose Daeng Poralle Tari Sayyang Pattuqduq Tari Toerang Batu Tata Chacha Tatan Daniel Taufik Ikram Jamil Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teater Teddi Muhtadin Teguh Setiawan Pinang Teguh Winarsho AS Tenas Effendy Tengsoe Tjahjono Tenni Purwanti Tito Sianipar Tjahjono Widijanto Toeti Heraty Tosiani Tri Wahono Udin Badruddin Udo Z. Karzi Umar Fauzi Ballah Umar Kayam Umbu Landu Paranggi Usman Arrumy UU Hamidy Uwell's King Shop Uwell's Setiawan W.S. Rendra Wahib Muthalib Wahyudi Akmaliah Muhammad Wan Anwar Wawancara Wayan Sunarta Welly Kuswanto Wicaksono Wicaksono Adi Wilson Nadeak Wisata Yohanes Sehandi Yonatan Raharjo Yopie Setia Umbara Yosephine Maryati Yudhis M. Burhanudin Yukio Mishima Yurnaldi Zamakhsyari Abrar