Tuesday, June 15, 2021

Amir Hamzah dan Jalan Terjal Menuju Tuhan

Grathia Pitaloka
jurnalnasional.com
 
ADA banyak cara menuju Tuhan. Salah satunya seperti yang dilakukan Amir Hamzah melalui sajak-sajaknya. Dalam bait liris Amir berkeluh kesah tentang kerinduannya pada Sang Pencipta. Setelah Amir meninggal dunia, hampir tidak ada penyair Indonesia lain yang begitu bergetar rasa rindunya kepada Zat yang Mahagaib itu.
 
Amir terlahir sebagai seorang aristokrat Melayu. Ia merupakan anggota keluarga Sultan Langkat, bagian kelas feodal yang saat itu dipandang hormat oleh masyarakat. Semenjak kecil Amir sudah akrab dengan sastra melayu. Konon nama yang ia sandang merupakan bentuk kekaguman sang ayah, Tengku Muhammad Adil terhadap Hikayat Amir Hamzah.
 
Sejak kecil Amir dibesarkan dalam lingkungan agama Islam yang taat. Selain bersekolah di Langkatsche School (HIS), sekolah dengan tenaga pengajar orang-orang Belanda, ia juga belajar mengaji di Maktab Putih. Setiap sore tiba, Amir dan teman-temannya melangkah ke rumah besar bekas istana Sultan Musa itu untuk belajar kitab suci.
 
Paduan ajaran Barat dan ilmu agama yang dipelajari membentuk suatu reaksi kegelisahan di kepala Amir. Kegelisahan itu semakin menggebu ketika ia menjejakan kaki ke tanah Jawa untuk melanjutkan pendidikan di Aglemeene Middelbare School (AMS) jurusan Sastra Timur di Solo.
 
Rasa rindu itu semakin meluap dan butuh saluran pelampiasan. Maka bak remaja yang tengah jatuh cinta, Amir pun mulai mengungkapkan kerinduannya lewat sajak. Namun bukan lewat sajak yang merayu Tuhan dengan menempatkannya sebagai kekuasaan, melainkan sesuatu yang digandrungi. Jalan yang tidak akan dipilih oleh mereka yang memaknai Tuhan dengan teratur, steril dan tidak gaduh.
 
Horatius, penulis puisi liris terkemuka di Roma abad ke-7 sebelum Masehi, pernah berseru untuk berani menggunakan pengertian sendiri. Sapere aude!. Baginya kemandirian merupakan pilar utama. Puisi yang hanya mengulang kaji akan mati sebelum sampai. Dan ratusan tahun setelah masa Horatius, Amir tampil sebagai penyair yang tak luruh dengan pengertian masal. Ia muncul sebagai bagian dari modernitas, manusia dari masa tatkala kemandirian dinyatakan sebagai tanda pencerahan.
 
Tengok saja sajaknya yang satu ini: Hatiku yang terus hendak mengembara ini membawa daku ke tempat yang dikutuk oleh segala kitab suci di dunia, tapi engkau, hatiku, berkitab sendiri, tiada sudi mendengarkan kitab lain.
 
Pasti orang jarang menduga jika sajak “tak biasa” itu lahir dari tangan seorang laki-laki berparas alim dengan kopeah yang selalu melekat dikepala. Laki-laki bernama Amir Hamzah. Kegelisahan yang mengalir dalam darahnya memacu untuk terus hendak mengembara. Gairahnya begitu binal, bandel, dan berontak. Tak gamang memasuki tempat terkutuk. Tak sudi mendengarkan segala kitab suci.
 
Dalam sajak-sajaknya, Amir melukiskan hubungannya dengan Tuhan sebagai “bertukar tangkap dengan lepas”. Sebuah akidah, serumus hukum, paling banter hanya bisa menuntutnya untuk jinak. Tapi bukankah penyair yang paling rapi sekalipun selalu punya saat-saat yang majenun.
 
“Engkau ganas// Engkau cemburu…// Mangsa aku dalam cakarmu// bertukar tangkap dengan lepas.” Begitulah cara Amir menggambarkan keagungan Tuhan. Penggambaran yang terkadang membuat orang yang tidak mengenalnya menjadi salah tafsir.
 
Dengan caranya sendiri Amir menggambarkan Tuhan sebagai satu wujud yang keindahan tak terperi, satu kenyataan yang kedalamannya tak terbatasi.Metafora, perumpamaan, teladan, dan dongeng-dongeng, bukan sekadar bumbu, melainkan sebuah jalan menuju Tuhan.
***

http://sastra-indonesia.com/2009/09/amir-hamzah-dan-jalan-terjal-menuju-tuhan/

No comments:

Post a Comment

A. Anzieb A. Muttaqin A. Qorib Hidayatullah A. Rifqi Hidayat A. Rodhi Murtadho A. Syauqi Sumbawi A.J. Susmana A.S. Laksana A'yat Khalili Abdul Hadi WM Abdul Hopid Abdul Kirno Tanda Abdul Wachid B.S. Acep Zamzam Noor Afrizal Malna Aguk Irawan MN Agus B. Harianto Agus Dermawan T. Agus Noor Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Sri Danardana Agus Sunyoto Agus Wibowo Agusri Junaidi Ahda Imran Ahid Hidayat Ahmad Muchlish Amrin Ahmadun Yosi Herfanda Ajip Rosidi Akhmad Sekhu Akhudiat Ali Audah Alim Bakhtiar Alunk Estohank Amien Kamil Amien Wangsitalaja Aming Aminoedhin Amir Hamzah Ana Mustamin Andhika Mappasomba Andi Achdian Andrenaline Katarsis Anjrah Lelono Broto Anton Wahyudi Anwar Holid Aprinus Salam Arafat Nur Ardy Kresna Crenata Arie MP Tamba Arief Budiman Ariel Heryanto Arif Wibowo Arman A.Z. Arsyad Indradi Aryadi Mellas Aryo Bhawono Asap Studio Asarpin Asep Rahmat Hidayat Asep Sambodja Aulia A Muhammad Awalludin GD Mualif B Kunto Wibisono Badaruddin Amir Balada Bambang Kempling Bambang Soebendo Banjir Bandang Beni Setia Benny Arnas Benny Benke Berita Berita Duka Bernando J. Sujibto Binhad Nurrohmat Boy Mihaballo Budaya Budi Darma Budi P. Hatees Bustan Basir Maras Catatan Cerbung Cerpen Chairil Gibran Ramadhan D. Zawawi Imron D.N. Aidit Daisy Priyanti Dandy Bayu Bramasta Daniel Dhakidae Dareen Tatour Dea Anugrah Dedy Sufriadi Dedy Tri Riyadi Deni Ahmad Fajar Deni Jazuli Denny JA Denny Mizhar Desti Fatin Fauziyyah Dewi Sartika Dhanu Priyo Prabowo Dharmadi Diah Budiana Dian Hartati Didin Tulus Djoko Pitono Djoko Saryono Donny Anggoro Dwi Pranoto Echa Panrita Lopi Eddi Koben Edy A Effendi Edy Firmansyah Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Darmoko Eko Faizin Emha Ainun Nadjib Enda Menzies Erlina P. Lestari Erwin Dariyanto Esai Esti Ambirati Evi Idawati Evi Sefiani F. Daus AR F. Rahardi Fahrudin Nasrulloh Faisal Kamandobat Fajar Alayubi Fakhrunnas MA Jabbar Fandy Hutari Farah Noersativa Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Faza Bina Al-Alim Felix K. Nesi Ferdian Ananda Majni Fian Firatmaja Gampang Prawoto Gema Erika Nugroho Goenawan Mohamad Gola Gong Gombloh Grathia Pitaloka Gunawan Budi Susanto Gunawan Maryanto Gus Noy H.B. Jassin Hairus Salim Hamka Hamsad Rangkuti Hari Murti Haris Firdaus Harry Aveling Hasan Aspahani Hasif Amini HE. Benyamine Hendri Yetus Siswono Herman Syahara Hermien Y. Kleden Holy Adib Huda S Noor Hudan Hidayat Hudan Nur Humam S Chudori Husni Hamisi I G.G. Maha Adi Iberamsyah Barbary Ida Fitri Idealisa Masyrafina Idrus Ignas Kleden Ikarisma Kusmalina Ike Ayuwandari Ilham Ilham Khoiri Imam Cahyono Imam Muhayat Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Tohari Indria Pamuhapsari Indrian Koto Irfan Sholeh Fauzi Isbedy Stiawan Z.S. J.J. Kusni Jadid Al Farisy Jajang R Kawentar Jakob Oetama Jalaluddin Rakhmat Jansen H. Sinamo Joni Ariadinata K.H. Bisri Syansuri K.H. M. Najib Muhammad Kahfi Ananda Giatama Kahfie Nazaruddin Kho Ping Hoo Kika Dhersy Putri Kitab Para Malaikat Kritik Sastra Kucing Oren Kunni Masrohanti Kuswinarto L.K. Ara Lagu Laksmi Shitaresmi Lan Fang Latief S. Nugraha Leila S. Chudori Leo Tolstoy Leon Agusta Lesbumi Yogyakarta Lily Yulianti Farid Linda Christanty Linda Sarmili Lukisan Lutfi Mardiansyah Luwu Utara M. Aan Mansyur M. Faizi M. Raudah Jambak M. Shoim Anwar M.D. Atmaja M’Shoe Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Majene Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mamasa Mamuju Mardi Luhung Marhalim Zaini Maroeli Simbolon Martin Aleida Masamba Mashuri Media KAMA_PO Melani Budianta Mihar Harahap Misbahus Surur Mochtar Lubis Moh. Jauhar al-Hakimi Mohammad Afifi Mohammad Yamin Much. Khoiri Muhammad Fauzi Muhammad Muhibbuddin Muhammad Ridwan Muhammad Subarkah Muhammad Walidin Muhammad Yasir Muhyiddin Mukhsin Amar Munawir Aziz Musa Ismail Mustamin Almandary N Teguh Prasetyo Nadine Gordimer Nara Ahirullah Nelson Alwi Nikita Mirzani Nirwan Ahmad Arsuka Nizar Qabbani Nugroho Sukmanto Nurani Soyomukti Nurel Javissyarqi Nuruddin Asyhadie Nurul Komariyah Ocehan Onghokham Otto Sukatno CR Pamela Allen Pameran Parakitri T. Simbolon Pelukis Pendidikan Penggalangan Dana Peta Provinsi Sulawesi Barat Polewali Pondok Pesantren Al-Madienah Pondok Pesantren Salafiyah Karossa Pramoedya Ananta Toer Pramuka Prasetyo Agung Pringadi AS Pringgo HR Priska Prosa Pudyo Saptono Puisi Puput Amiranti N Pustaka Ilalang PUstaka puJAngga Putu Fajar Arcana Putu Setia Putu Wijaya R Sutandya Yudha Khaidar R. Timur Budi Raja Radhar Panca Dahana Raedu Basha Ragdi F. Daye Rahmadi Usman Rahmat Sudirman Rahmat Sutandya Yudhanto Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rama Prabu Ratnani Latifah Raudal Tanjung Banua Reiny Dwinanda Remy Sylado Resensi Riadi Ngasiran Rian Harahap Ribut Wijoto Rida K Liamsi Riki Fernando Rofiqi Hasan Ronny Agustinus Rozi Kembara Rusydi Zamzami Rx King Motor S Yoga S. Jai Sabrank Suparno Safar Nurhan Saini K.M. Sajak Salman Rusydie Anwar Salman S Yoga Samsul Anam Sapardi Djoko Damono Sapto Hoedojo Sasti Gotama Sastra Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sejarah Seni Rupa Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sirajudin Siswoyo Sitok Srengenge Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sonia Sosiawan Leak Sukitman Sulawesi Selatan Sunaryono Basuki Ks Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Suriali Andi Kustomo Suryanto Sastroatmodjo Susi Ivvaty Susianna Sutan Takdir Alisjahbana Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Syaifuddin Gani Syamsudin Noer Moenadi Syihabuddin Qalyubi Syu’bah Asa Tari Bamba Manurung Tari Bulu Londong Tari Ma’Bundu Tari Mappande Banua Tari Patuddu Tari Salabose Daeng Poralle Tari Sayyang Pattuqduq Tari Toerang Batu Tata Chacha Tatan Daniel Taufik Ikram Jamil Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teater Teddi Muhtadin Teguh Setiawan Pinang Teguh Winarsho AS Tenas Effendy Tengsoe Tjahjono Tenni Purwanti Tito Sianipar Tjahjono Widijanto Toeti Heraty Tosiani Tri Wahono Udin Badruddin Udo Z. Karzi Umar Fauzi Ballah Umar Kayam Umbu Landu Paranggi Usman Arrumy UU Hamidy Uwell's King Shop Uwell's Setiawan W.S. Rendra Wahib Muthalib Wahyudi Akmaliah Muhammad Wan Anwar Wawancara Wayan Sunarta Welly Kuswanto Wicaksono Wicaksono Adi Wilson Nadeak Wisata Yohanes Sehandi Yonatan Raharjo Yopie Setia Umbara Yosephine Maryati Yudhis M. Burhanudin Yukio Mishima Yurnaldi Zamakhsyari Abrar