Tuesday, April 20, 2021

Mengisahkan Ulang Dongeng-Dongeng sebagai Cerpen

Sunlie Thomas Alexander *
Jawa Pos, 3 Jan 2021
 
Raudal Tanjung Banua mencoba menonjolkan permainan plot dalam strategi naratifnya menghidupkan pengalaman personal sekaligus kolektif atas tradisi mendongeng.
 
Buku cerpen terbaru Raudal Tanjung Banua, Cerita-Cerita Kecil yang Sedih dan Menakjubkan (Akar Indonesia, 2020), boleh dikatakan sebagai usaha mengisahkan ulang dongeng-dongeng yang berserakan dalam khazanah tradisi lisan ke dalam bentuk sastra modern.
 
Jika pada kumcernya terdahulu, Kota-Kota Kecil yang Diangan dan Kujumpai (Akar Indonesia, 2018), Raudal tampak berusaha menghamparkan setting lokasi sebagai pusat pengisahan bahkan ’’subjek utama cerita dan […] sumber cerita itu sendiri’’ sembari menggali ketegangan antara fakta dan fiksi, kali ini ia mencoba menonjolkan permainan plot dalam strategi naratifnya menghidupkan pengalaman personal sekaligus kolektif atas tradisi mendongeng. Atau, dalam kata-katanya sendiri di pengantar buku: Mengembalikan ’’kemurnian’’ plot atau alur kisah sebagaimana pada dongeng atau suasana keseharian.
 
Apa yang dimaksud Raudal dengan kemurnian plot?
 
Plot –struktur kisah, urutan peristiwa, atau story line yang dibangun berdasar prinsip sebab-akibat– dalam sebuah cerita pada dasarnya dapat dimulai atau dibuka dari mana saja. Baik secara kronologis menggunakan alur maju maupun dengan teknik flashback atau alur mundur. Atau dengan alur campuran tatkala cerita dituturkan dari tengah, dari puncak konflik (klimaks).
 
Puncak dari permainan alur ini, hingga kepada teknik naratifnya yang paling kompleks, barangkali dapat kita temukan dalam cerita-cerita bergenre detektif. Tapi, dalam tradisi mendongenglah kita seyogianya bersua dengan esensi cerita sebagai pelipur dan penyampai pesan. Dalam spontanitas dan keikhlasan berbagi, dalam keasyikan dan siasat sugestif, dalam kenaifan dan kemahiran menahan suspense.
 
Karena itu, tak heran apabila membaca Cerita-Cerita Kecil yang Sedih dan Menakjubkan dengan segera kita pun seakan berjumpa kembali dengan pengalaman kita sendiri di masa kecil.
 
Sebagian cerita-cerita kecilnya itu, misalnya dongeng dari nenek, dari paman, dari ayah, dari orang-orang kampungnya di Surantih, Sumatera Barat, dan dari siapa saja, memang seolah-olah dikumpulkan begitu saja untuk ditulis ulang, dibiarkan tetap ’’murni’’, demikian adanya seperti ketika didengarnya semasa kanak-kanak: sebagai pengantar tidur, petuah-nasihat dan amsal-umpama, peneguh dan penghibur di masa wabah.
 
Namun, pada saat yang bersamaan, toh dongeng-dongeng lama ini hanyalah dimungkinkan hidup dalam cerita lain di mana author-narator hadir sebagai penghimpun dan penutur ulang mereka, yakni dalam hal ini sebagai cerita dalam cerita, cerita berbingkai, himpunan rangkaian cerita dengan kesadaran metafiksi.
 
’’Malam ini entah mana lebih dulu: tersebab aku tak bisa tidur lalu teringat cerita-cerita masa kecilku bersama ibu, atau aku yang teringat cerita ibu lantas tak bisa memejamkan mata? Rasanya seperti bertahun-tahun lalu: ibu yang bercerita dengan harapan supaya aku cepat tertidur, padahal dengan begitu mataku nyalang terbuka!’’ Begitulah tulis Raudal mengawali ’’Cerita-Cerita Kecil yang Tulus dan Murni dari Ibuku’’ pada halaman pertama.
 
Di sini Raudal bisa dibilang bertindak layaknya para sahibul hikayat, atau katakanlah –yang lebih sederhana– ibu, ayah, paman, dan orang-orang kampungnya sendiri tatkala mendongeng, beranjak dari kekinian, lalu menoleh ke belakang (flashback) dalam ingatan, lantas memulai cerita dalam ceritanya dengan semacam ’’alkisah’’ –teknik membuka kisah yang paling konvensional. Tertib rapi dan linear-kronologis.
***
 
Memang tidak semua dongeng Raudal dalam buku ini yang bertolak dari kesilaman itu semata-mata menjumput kisah-kisah yang tercecer, melainkan juga cerita-cerita yang dihidupkan sebagai rasa kangen atas ragam kejadian pahit-manis dalam ingatan. Itulah dongeng-dongeng kontemplatif-reflektif yang berangkat dari pengalaman keseharian sang narator di masa kanak-kanak: dari padang penggembalaan, dari keriangan bermain, dari gesekan rabab si tukang kaba, dari rasa takjub (sekaligus takut) pada alam kampung halaman yang dinaungi mitos-hikayat-amsal-umpama. Juga dari jalan-jalan yang terbentang panjang di muka rumah, atau dari gunjingan tetangga dan kabar burung.
 
Karena itu, kita pun menemukan bagaimana dongeng-dongeng jenis lain yang sarat dengan kritik sosial merayap di atas badan Jalan Lintas Barat Sumatera dan mengintip dari balik semak belukar lebat, atau tumbuh bercecabang di pohon-pohon yang diberi nama sekenanya oleh imajinasi kecil para bocah. Lalu, bertukar tangkap dengan cerita-cerita rakyat di Sumatera Barat. Persis seperti pantun-pantun pembuka kaba si Pirin Bana yang membuat merah muka orang kabupaten dan petinggi provinsi sehingga ia harus digotong paksa keluar dari panggung pertunjukan.
 
Selain itu, dalam kumcer ini terdapat dua buah cerpen yang memiliki pola ungkap agak berbeda dari cerpen-cerpen lainnya, baik dari segi tematik maupun gaya berkisah. Keduanya saya kira mengandung watak cerita detektif, yakni ’’Bersin’’ (halaman 111–121) dan ’’Kamus Cerita Abdul Muin’’ (halaman 147–158).
***
 
*) SUNLIE THOMAS ALEXANDER, Penulis adalah cerpenis.
 
Judul: Cerita-Cerita Kecil yang Sedih dan Menakjubkan
Penulis: Raudal Tanjung Banua
Penerbit: Akar Indonesia, 2020

http://sastra-indonesia.com/2021/04/mengisahkan-ulang-dongeng-dongeng-sebagai-cerpen/

No comments:

Post a Comment

A. Anzieb A. Muttaqin A. Qorib Hidayatullah A. Rifqi Hidayat A. Rodhi Murtadho A. Syauqi Sumbawi A.J. Susmana A.S. Laksana A'yat Khalili Abdul Hadi WM Abdul Hopid Abdul Kirno Tanda Abdul Wachid B.S. Acep Zamzam Noor Afrizal Malna Aguk Irawan MN Agus B. Harianto Agus Dermawan T. Agus Noor Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Sri Danardana Agus Sunyoto Agus Wibowo Agusri Junaidi Ahda Imran Ahid Hidayat Ahmad Muchlish Amrin Ahmadun Yosi Herfanda Ajip Rosidi Akhmad Sekhu Akhudiat Ali Audah Alim Bakhtiar Alunk Estohank Amien Kamil Amien Wangsitalaja Aming Aminoedhin Amir Hamzah Ana Mustamin Andhika Mappasomba Andi Achdian Andrenaline Katarsis Anjrah Lelono Broto Anton Wahyudi Anwar Holid Aprinus Salam Arafat Nur Ardy Kresna Crenata Arie MP Tamba Arief Budiman Ariel Heryanto Arif Wibowo Arman A.Z. Arsyad Indradi Aryadi Mellas Aryo Bhawono Asap Studio Asarpin Asep Rahmat Hidayat Asep Sambodja Aulia A Muhammad Awalludin GD Mualif B Kunto Wibisono Badaruddin Amir Balada Bambang Kempling Bambang Soebendo Banjir Bandang Beni Setia Benny Arnas Benny Benke Berita Berita Duka Bernando J. Sujibto Binhad Nurrohmat Boy Mihaballo Budaya Budi Darma Budi P. Hatees Bustan Basir Maras Catatan Cerbung Cerpen Chairil Gibran Ramadhan D. Zawawi Imron D.N. Aidit Daisy Priyanti Dandy Bayu Bramasta Daniel Dhakidae Dareen Tatour Dea Anugrah Dedy Sufriadi Dedy Tri Riyadi Deni Ahmad Fajar Deni Jazuli Denny JA Denny Mizhar Desti Fatin Fauziyyah Dewi Sartika Dhanu Priyo Prabowo Dharmadi Diah Budiana Dian Hartati Didin Tulus Djoko Pitono Djoko Saryono Donny Anggoro Dwi Pranoto Echa Panrita Lopi Eddi Koben Edy A Effendi Edy Firmansyah Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Darmoko Eko Faizin Emha Ainun Nadjib Enda Menzies Erlina P. Lestari Erwin Dariyanto Esai Esti Ambirati Evi Idawati Evi Sefiani F. Daus AR F. Rahardi Fahrudin Nasrulloh Faisal Kamandobat Fajar Alayubi Fakhrunnas MA Jabbar Fandy Hutari Farah Noersativa Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Faza Bina Al-Alim Felix K. Nesi Ferdian Ananda Majni Fian Firatmaja Gampang Prawoto Gema Erika Nugroho Goenawan Mohamad Gola Gong Gombloh Grathia Pitaloka Gunawan Budi Susanto Gunawan Maryanto Gus Noy H.B. Jassin Hairus Salim Hamka Hamsad Rangkuti Hari Murti Haris Firdaus Harry Aveling Hasan Aspahani Hasif Amini HE. Benyamine Hendri Yetus Siswono Herman Syahara Hermien Y. Kleden Holy Adib Huda S Noor Hudan Hidayat Hudan Nur Humam S Chudori Husni Hamisi I G.G. Maha Adi Iberamsyah Barbary Ida Fitri Idealisa Masyrafina Idrus Ignas Kleden Ikarisma Kusmalina Ike Ayuwandari Ilham Ilham Khoiri Imam Cahyono Imam Muhayat Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Tohari Indria Pamuhapsari Indrian Koto Irfan Sholeh Fauzi Isbedy Stiawan Z.S. J.J. Kusni Jadid Al Farisy Jajang R Kawentar Jakob Oetama Jalaluddin Rakhmat Jansen H. Sinamo Joni Ariadinata K.H. Bisri Syansuri K.H. M. Najib Muhammad Kahfi Ananda Giatama Kahfie Nazaruddin Kho Ping Hoo Kika Dhersy Putri Kitab Para Malaikat Kritik Sastra Kucing Oren Kunni Masrohanti Kuswinarto L.K. Ara Lagu Laksmi Shitaresmi Lan Fang Latief S. Nugraha Leila S. Chudori Leo Tolstoy Leon Agusta Lesbumi Yogyakarta Lily Yulianti Farid Linda Christanty Linda Sarmili Lukisan Lutfi Mardiansyah Luwu Utara M. Aan Mansyur M. Faizi M. Raudah Jambak M. Shoim Anwar M.D. Atmaja M’Shoe Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Majene Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mamasa Mamuju Mardi Luhung Marhalim Zaini Maroeli Simbolon Martin Aleida Masamba Mashuri Media KAMA_PO Melani Budianta Mihar Harahap Misbahus Surur Mochtar Lubis Moh. Jauhar al-Hakimi Mohammad Afifi Mohammad Yamin Much. Khoiri Muhammad Fauzi Muhammad Muhibbuddin Muhammad Ridwan Muhammad Subarkah Muhammad Walidin Muhammad Yasir Muhyiddin Mukhsin Amar Munawir Aziz Musa Ismail Mustamin Almandary N Teguh Prasetyo Nadine Gordimer Nara Ahirullah Nelson Alwi Nikita Mirzani Nirwan Ahmad Arsuka Nizar Qabbani Nugroho Sukmanto Nurani Soyomukti Nurel Javissyarqi Nuruddin Asyhadie Nurul Komariyah Ocehan Onghokham Otto Sukatno CR Pamela Allen Pameran Parakitri T. Simbolon Pelukis Pendidikan Penggalangan Dana Peta Provinsi Sulawesi Barat Polewali Pondok Pesantren Al-Madienah Pondok Pesantren Salafiyah Karossa Pramoedya Ananta Toer Pramuka Prasetyo Agung Pringadi AS Pringgo HR Priska Prosa Pudyo Saptono Puisi Puput Amiranti N Pustaka Ilalang PUstaka puJAngga Putu Fajar Arcana Putu Setia Putu Wijaya R Sutandya Yudha Khaidar R. Timur Budi Raja Radhar Panca Dahana Raedu Basha Ragdi F. Daye Rahmadi Usman Rahmat Sudirman Rahmat Sutandya Yudhanto Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rama Prabu Ratnani Latifah Raudal Tanjung Banua Reiny Dwinanda Remy Sylado Resensi Riadi Ngasiran Rian Harahap Ribut Wijoto Rida K Liamsi Riki Fernando Rofiqi Hasan Ronny Agustinus Rozi Kembara Rusydi Zamzami Rx King Motor S Yoga S. Jai Sabrank Suparno Safar Nurhan Saini K.M. Sajak Salman Rusydie Anwar Salman S Yoga Samsul Anam Sapardi Djoko Damono Sapto Hoedojo Sasti Gotama Sastra Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sejarah Seni Rupa Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sirajudin Siswoyo Sitok Srengenge Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sonia Sosiawan Leak Sukitman Sulawesi Selatan Sunaryono Basuki Ks Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Suriali Andi Kustomo Suryanto Sastroatmodjo Susi Ivvaty Susianna Sutan Takdir Alisjahbana Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Syaifuddin Gani Syamsudin Noer Moenadi Syihabuddin Qalyubi Syu’bah Asa Tari Bamba Manurung Tari Bulu Londong Tari Ma’Bundu Tari Mappande Banua Tari Patuddu Tari Salabose Daeng Poralle Tari Sayyang Pattuqduq Tari Toerang Batu Tata Chacha Tatan Daniel Taufik Ikram Jamil Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teater Teddi Muhtadin Teguh Setiawan Pinang Teguh Winarsho AS Tenas Effendy Tengsoe Tjahjono Tenni Purwanti Tito Sianipar Tjahjono Widijanto Toeti Heraty Tosiani Tri Wahono Udin Badruddin Udo Z. Karzi Umar Fauzi Ballah Umar Kayam Umbu Landu Paranggi Usman Arrumy UU Hamidy Uwell's King Shop Uwell's Setiawan W.S. Rendra Wahib Muthalib Wahyudi Akmaliah Muhammad Wan Anwar Wawancara Wayan Sunarta Welly Kuswanto Wicaksono Wicaksono Adi Wilson Nadeak Wisata Yohanes Sehandi Yonatan Raharjo Yopie Setia Umbara Yosephine Maryati Yudhis M. Burhanudin Yukio Mishima Yurnaldi Zamakhsyari Abrar