Monday, November 16, 2020

NIKITA MIRZANI

 

Aprinus Salam *
 
Indonesia, terutama saya, memerlukan sosok seperti Nikita Mirzani. Terutama sebagai sosok simbolik yang belum terdefinisikan secara utuh/mapan sehingga setiap orang bisa memanfaatkannya sebagai sosok simbolik untuk dilecehkan atau dihina; atau sebagai simbol perlawanan yang elegan; atau sebagai simbol pengacau untuk menambah kacau; atau sebagai simbol yang menetralisir batas buruk dan baik, batas etis dan yang kurang ajar.
 
Tidak akan banyak posisi dan/atau sosok simbolik yang bisa mengambil posisi seperti Nikita Mirzani itu. Nikita telah berproses dalam hidupnya mengakumulasi dan mengartikulasikan modal-modal (dalam pengertian Bourdieu) yang dimilikinya. Ia berhasil secara ekonomi, sosial, budaya, dan simbolik. Paling tidak, Nikita adalah sosok yang terkenal karena secara strategis ia berhasil mengartikulasikan modal-modal yang dimilikinya.
 
Namun, keberhasilannya itu, karena Nikita mengambil jalur-jalur yang sensitif dalam batas-batas etik, sosial, dan kultural, ia berdiri dalam posisi terkenal yang ambigu. Berdiri dalam posisi antara seperti seolah-seolah iya (di dalam), seperti seolah-olah tidak (di luar) dalam berbagai arena yang seolah-olah ia dianggap hadir atau tidak hadir.
 
Posisi terkenal yang ambigu itu berkorelasi dengan sosok simbolik Nikita yang belum terdefinisikan secara mapan itu, sehingga bukan saja setiap orang dapat memanfaatkan posisi Nikita untuk memberikan pukulan atau menangkis serangan, tetapi juga sebagai senjata dekonstruktif untuk menidakkan atau mengiyakan banyak hal. Hal itu bergantung dengan posisi sosial, politik, dan budaya kita ketika membicarakan dan “mendayagunakan” Nikita.
 
Jika kita dalam posisi “mengeluarkan” Nikita dari batas satuan etik dan sosial yang mapan, kita akan mencacinya. Sebaliknya, jika kita dalam posisi “memasukkan” Nikita dalam posisi sosial dan di dalam struktur pengetahuan tertentu (yang dilawankan dengan liyan), maka posisi ini akan memanfaatkan Nikita bukan saja sebagai tameng dari berbagai cercaan, tetapi sekaligus sebagai senjata yang bisa menusuk-nusuk batas-batas yang selama ini dianggap rawan, sensitif, yakni apa yang disebut munafik dan kemunafikan.
 
Dalam hal ini, saya bersyukur, Nikita orang yang cerdas. Kalau tidak cerdas, dia akan mengalami banyak hambatan dalam melewati trajektori hidupnya. Karena cerdas, dia pun tahu posisi diri dalam kekacauan wacana yang menimpa dirinya. Di satu sisi dia tahu bahwa dia di-“homosacer”-kan dalam berbagai konstelasi, tetapi dia pun tahu bahwa sangat banyak pihak yang membutuhkan sosok simboliknya itu. Hal itu diperlihatkannya dengan keberaniannya berbicara secara terbuka di media sosial, turutama ketika ia diserang oleh pihak-pihak yang telah mengeluarkannya dalam satuan batas etik-normatif tertentu.
 
Namun, dia bukan hanya cerdas. Kecerdasan tidak membuat dia istimewa, karena banyak orang cerdas di Indonesia. Yang tidak cukup banyak Indonesia memiliki adalah orang cerdas yang berani. Dia siap melayani segala caci-maki yang keras, dengan keberanian yang sama. Hak membalas caci maki diambilnya dengan cara yang lebih elegan. Posisi keberanian ini, kadang justru banyak diambil oleh mereka yang cuma bermodal nekat dan ngawur. Mereka yang ingin mencari sensasi.
 
Memang, kemudian muncul sanggahan atau semacam dugaan, bahwa semua hal yang terjadi di media sosial, sebetulnya maya dan belum tentu nyata. Belum tentu itu Nikita yang sesungguhnya, dan belum tentu orang yang mencaci-makinya adalah pihak-pihak nyata ada dalam kehidupan. Jangan-jangan itu ulah buzzers (dalam faksi-faksi kepentingannya), yang diatur oleh segelintir elit pemilik modal atau mereka yang rakus kekuasaan.
 
Maka, itulah sebabnya, saya berbicara Nikita sebagai sosok simbolik. Dalam perdebatan simbolik dan kontestasi wacana, kita tidak lagi mementingkan Nikita sebagai mana aslinya (dalam pengertian ini saya juga tidak mengenalnya). Dalam perdebatan dan pertengkaran wacana, hal yang lebih penting adalah melihat berbagai proses terjadinya caci maki itu sendiri. Posisi kita akan menentukan apakah kita gembira atau sedih dengan persilatan yang sedang terjadi. Hal posisional akan menentukan kita berpihak dalam posisi simbolik yang mana.
 
Kita sedang bersama-sama mengikuti kira-kira ke mana arah gelombang dan muara perdebatan berujung, untuk kembali muncul berbagai kontestasi dan pertengkaran wacana yang lain. Posisi dan jalan Nikita hanya menjadi salah satu jalur bagaimana jalur-jalur kehidupan yang lain juga berjalan. Di antara berbagai jalur itu, bisa saja akan ada sinergi dan penggumpalan yang berbahaya, tetapi bisa juga akan selalu ada pencairan-pencairan wacana sehingga penggumpalan tidak terjadi.
***
 
14 Nov 2020
 
*) Dr. Aprinus Salam, M. Hum., Sastrawan kelahiran Riau, 7 April 1965. Dosen FIB UGM, Kepala Pusat Studi Kebudayaan UGM sejak 2013, Anggota Senat Akademik UGM 2012-2016, Konsultan Ahli Dinas Kebudayaan DIY (2013-2016). Pendidikan S1, Bahasa dan Sastra Indonesia FIB UGM (Lulus 1992), S2 Program Studi Sastra Pasca Sarjana UGM (Lulus 2002, salah satu wisudawan terbaik), S3 Program Studi Sastra (Program Studi Ilmu-Ilmu Humaniora, Pascasarjana FIB UGM, lulus 2010).
http://sastra-indonesia.com/2020/11/nikita-mirzani/
 
Catatan terkait:
http://sastra-indonesia.com/2020/11/mirszani-niki-ta/

http://sastra-indonesia.com/2020/11/nikita-mirzani-itu-padang-kurusetra-dalam-bharatayudha/

No comments:

Post a Comment

A. Anzieb A. Muttaqin A. Qorib Hidayatullah A. Rifqi Hidayat A. Rodhi Murtadho A. Syauqi Sumbawi A.J. Susmana A.S. Laksana A'yat Khalili Abdul Hadi WM Abdul Hopid Abdul Kirno Tanda Abdul Wachid B.S. Acep Zamzam Noor Afrizal Malna Aguk Irawan MN Agus B. Harianto Agus Dermawan T. Agus Noor Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Sri Danardana Agus Sunyoto Agus Wibowo Agusri Junaidi Ahda Imran Ahid Hidayat Ahmad Muchlish Amrin Ahmadun Yosi Herfanda Ajip Rosidi Akhmad Sekhu Akhudiat Ali Audah Alim Bakhtiar Alunk Estohank Amien Kamil Amien Wangsitalaja Aming Aminoedhin Amir Hamzah Ana Mustamin Andhika Mappasomba Andi Achdian Andrenaline Katarsis Anjrah Lelono Broto Anton Wahyudi Anwar Holid Aprinus Salam Arafat Nur Ardy Kresna Crenata Arie MP Tamba Arief Budiman Ariel Heryanto Arif Wibowo Arman A.Z. Arsyad Indradi Aryadi Mellas Aryo Bhawono Asap Studio Asarpin Asep Rahmat Hidayat Asep Sambodja Aulia A Muhammad Awalludin GD Mualif B Kunto Wibisono Badaruddin Amir Balada Bambang Kempling Bambang Soebendo Banjir Bandang Beni Setia Benny Arnas Benny Benke Berita Berita Duka Bernando J. Sujibto Binhad Nurrohmat Boy Mihaballo Budaya Budi Darma Budi P. Hatees Bustan Basir Maras Catatan Cerbung Cerpen Chairil Gibran Ramadhan D. Zawawi Imron D.N. Aidit Daisy Priyanti Dandy Bayu Bramasta Daniel Dhakidae Dareen Tatour Dea Anugrah Dedy Sufriadi Dedy Tri Riyadi Deni Ahmad Fajar Deni Jazuli Denny JA Denny Mizhar Desti Fatin Fauziyyah Dewi Sartika Dhanu Priyo Prabowo Dharmadi Diah Budiana Dian Hartati Didin Tulus Djoko Pitono Djoko Saryono Donny Anggoro Dwi Pranoto Echa Panrita Lopi Eddi Koben Edy A Effendi Edy Firmansyah Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Darmoko Eko Faizin Emha Ainun Nadjib Enda Menzies Erlina P. Lestari Erwin Dariyanto Esai Esti Ambirati Evi Idawati Evi Sefiani F. Daus AR F. Rahardi Fahrudin Nasrulloh Faisal Kamandobat Fajar Alayubi Fakhrunnas MA Jabbar Fandy Hutari Farah Noersativa Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Faza Bina Al-Alim Felix K. Nesi Ferdian Ananda Majni Fian Firatmaja Gampang Prawoto Gema Erika Nugroho Goenawan Mohamad Gola Gong Gombloh Grathia Pitaloka Gunawan Budi Susanto Gunawan Maryanto Gus Noy H.B. Jassin Hairus Salim Hamka Hamsad Rangkuti Hari Murti Haris Firdaus Harry Aveling Hasan Aspahani Hasif Amini HE. Benyamine Hendri Yetus Siswono Herman Syahara Hermien Y. Kleden Holy Adib Huda S Noor Hudan Hidayat Hudan Nur Humam S Chudori Husni Hamisi I G.G. Maha Adi Iberamsyah Barbary Ida Fitri Idealisa Masyrafina Idrus Ignas Kleden Ikarisma Kusmalina Ike Ayuwandari Ilham Ilham Khoiri Imam Cahyono Imam Muhayat Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Tohari Indria Pamuhapsari Indrian Koto Irfan Sholeh Fauzi Isbedy Stiawan Z.S. J.J. Kusni Jadid Al Farisy Jajang R Kawentar Jakob Oetama Jalaluddin Rakhmat Jansen H. Sinamo Joni Ariadinata K.H. Bisri Syansuri K.H. M. Najib Muhammad Kahfi Ananda Giatama Kahfie Nazaruddin Kho Ping Hoo Kika Dhersy Putri Kitab Para Malaikat Kritik Sastra Kucing Oren Kunni Masrohanti Kuswinarto L.K. Ara Lagu Laksmi Shitaresmi Lan Fang Latief S. Nugraha Leila S. Chudori Leo Tolstoy Leon Agusta Lesbumi Yogyakarta Lily Yulianti Farid Linda Christanty Linda Sarmili Lukisan Lutfi Mardiansyah Luwu Utara M. Aan Mansyur M. Faizi M. Raudah Jambak M. Shoim Anwar M.D. Atmaja M’Shoe Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Majene Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mamasa Mamuju Mardi Luhung Marhalim Zaini Maroeli Simbolon Martin Aleida Masamba Mashuri Media KAMA_PO Melani Budianta Mihar Harahap Misbahus Surur Mochtar Lubis Moh. Jauhar al-Hakimi Mohammad Afifi Mohammad Yamin Much. Khoiri Muhammad Fauzi Muhammad Muhibbuddin Muhammad Ridwan Muhammad Subarkah Muhammad Walidin Muhammad Yasir Muhyiddin Mukhsin Amar Munawir Aziz Musa Ismail Mustamin Almandary N Teguh Prasetyo Nadine Gordimer Nara Ahirullah Nelson Alwi Nikita Mirzani Nirwan Ahmad Arsuka Nizar Qabbani Nugroho Sukmanto Nurani Soyomukti Nurel Javissyarqi Nuruddin Asyhadie Nurul Komariyah Ocehan Onghokham Otto Sukatno CR Pamela Allen Pameran Parakitri T. Simbolon Pelukis Pendidikan Penggalangan Dana Peta Provinsi Sulawesi Barat Polewali Pondok Pesantren Al-Madienah Pondok Pesantren Salafiyah Karossa Pramoedya Ananta Toer Pramuka Prasetyo Agung Pringadi AS Pringgo HR Priska Prosa Pudyo Saptono Puisi Puput Amiranti N Pustaka Ilalang PUstaka puJAngga Putu Fajar Arcana Putu Setia Putu Wijaya R Sutandya Yudha Khaidar R. Timur Budi Raja Radhar Panca Dahana Raedu Basha Ragdi F. Daye Rahmadi Usman Rahmat Sudirman Rahmat Sutandya Yudhanto Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rama Prabu Ratnani Latifah Raudal Tanjung Banua Reiny Dwinanda Remy Sylado Resensi Riadi Ngasiran Rian Harahap Ribut Wijoto Rida K Liamsi Riki Fernando Rofiqi Hasan Ronny Agustinus Rozi Kembara Rusydi Zamzami Rx King Motor S Yoga S. Jai Sabrank Suparno Safar Nurhan Saini K.M. Sajak Salman Rusydie Anwar Salman S Yoga Samsul Anam Sapardi Djoko Damono Sapto Hoedojo Sasti Gotama Sastra Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sejarah Seni Rupa Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sirajudin Siswoyo Sitok Srengenge Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sonia Sosiawan Leak Sukitman Sulawesi Selatan Sunaryono Basuki Ks Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Suriali Andi Kustomo Suryanto Sastroatmodjo Susi Ivvaty Susianna Sutan Takdir Alisjahbana Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Syaifuddin Gani Syamsudin Noer Moenadi Syihabuddin Qalyubi Syu’bah Asa Tari Bamba Manurung Tari Bulu Londong Tari Ma’Bundu Tari Mappande Banua Tari Patuddu Tari Salabose Daeng Poralle Tari Sayyang Pattuqduq Tari Toerang Batu Tata Chacha Tatan Daniel Taufik Ikram Jamil Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teater Teddi Muhtadin Teguh Setiawan Pinang Teguh Winarsho AS Tenas Effendy Tengsoe Tjahjono Tenni Purwanti Tito Sianipar Tjahjono Widijanto Toeti Heraty Tosiani Tri Wahono Udin Badruddin Udo Z. Karzi Umar Fauzi Ballah Umar Kayam Umbu Landu Paranggi Usman Arrumy UU Hamidy Uwell's King Shop Uwell's Setiawan W.S. Rendra Wahib Muthalib Wahyudi Akmaliah Muhammad Wan Anwar Wawancara Wayan Sunarta Welly Kuswanto Wicaksono Wicaksono Adi Wilson Nadeak Wisata Yohanes Sehandi Yonatan Raharjo Yopie Setia Umbara Yosephine Maryati Yudhis M. Burhanudin Yukio Mishima Yurnaldi Zamakhsyari Abrar