Maka mengalirlah ia
dan buihpun musnah oleh sesapuan angin
Maka mengalirlah ia
membawa sampan sampai muara
Sementara kita hanya menengadah
menanti percikan di bantaran
dengan cawan dalam tubuh
kumuh
26 September 2020
KADO PENGANTIN
buat: Pinten
dan lelaki yang telah memahat dirinya
pada jalanan berkabut itu
tiba-tiba terpesona
mengabadikan lambaian sepetik bunga:
adalah alir nadi yang bernama cinta
maka mempelailah mereka yang menyusuri
siul angin pagi di taman.
12 Sep 2020
CERMIN HUJAN
:sdd
dan ketika hujan menjelang reda
ia memandang dalam cermin
: butir-butir wajah menua
lalu anyir selokan yang dahulu pernah ia tuliskan,
melikat di tikungan jalan
tubuh renta
bening dan perpisahan embun
:rebah
27 Juli 2020
AMSAL PERAHU
:sdd
Berlayar bersama perahumu
gelombang terlukis lirih dan syahdu
mengayun-ayun waktu
bulan dan matahari saling berbagi arti
Bahkan kedukaan yang abadi pun bagai mawar ketika bayang-bayang menyimpan kesumat pedih luka ujung belati
Hujan darimu telah tandas
dalam tempias Juli
"Jangan mereka jejakku," katamu.
Lamongan, Juli 2020
Bambang Kempling, penyair kelahiran Lamongan, Jawa Timur 1967. Alumnus UMM jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia. Puisi-puisinya masuk antologi Tunggal Kata Sebuah Sajak (Kostela 2002), Antologi Rebana Kesunyian (KOSTELA 2002), Imajinasi Nama, Permohonan Hijau (FSS 2003), Cakrawala Puisi Indonesia, Duka Aceh Duka Bersama (DKJT 2005), Tadarus Sang Begawan (Pustaka Ilalang 2019), serta di media Indupati dan tabloid Telunjuk. Salah satu antologi Tunggalnya bertitel “Persinggahan Bayang-bayang” Penerbit Pustaka Ilalang, 2014.
No comments:
Post a Comment