Friday, October 23, 2020

YANG TAK BOLEH DIVONIS

Mohammad Afifi *

“Betapa nikamatnya suatu kebodohan.” Ujar kawan saya suatu ketika. Perihal satu kondisi dimana penerimaan atas keniscayaan hidup. Kebodohan mengajarkan realitas agar terdudukkan sebagai suatu wujud keadaan yang tak cukup untuk dibincangkan. Pun tak sekedar perwujudan yang terkonotasi negatif dan tervonis. Sebab tiap realitas yang terjadi, nyatanya sedang dijalani. Tak ada yang cukup mampu menelaah. Sekedar dapat dimungkinkan.

Sederhananya, misal ada orang goblok berarti ia 'sedang' bukan sekadar dalam kegoblokan belaka, artinya berada di ruang harapan yang masih bisa dimungkinkan untuk tidak goblok. Bukan maknanya difonis atau memutus harapan. Boleh jadi yang saat ini sedang jatuh, esok bakal bangkit. Yang saat ini bodoh, bisa jadi kelak diberikan pengetahuan diluar perkiraan lebih, pun sebaliknya.

Nah, sebagai pemandu ilmu, syariat Islam meski terus berjalan sebagai wujud pengharapan. Lebih tepatnya, agar tak terlalu meletakkan pikiran-khayalannya, tapi mengokohkan perspektif akidah. Tidak boleh mengkafirkan! Sebab demikian sedang memutus harapan, antara makhluk dan Tuhannya. Ingatlah, semua serba kemungkinan yang hanya sedang diupayakan, dijalani.

Dalam Shahih Bukhori, masyhur, dari saking jahatnya kafir Mekkah terhadap Kanjeng Nabi. Suatu ketika, Malakul Jibal (tuan malaikat gunung), menghadap Nabi atas perintah Tuhan untuk menimpakan gunung atas kuffar Mekkah. Namun apakah Kanjeng Nabi melakukan itu? Tidak. Kanjeng Nabi menahannya dengan suatu pengharapan bahwa boleh jadi anak-anaknya para kuffar itu bakal menjadi mu’min. Artinya, tak ada yang tak mungkin ditangan kuasa-Nya. Nah, lebih tepatnya, harapan itu nyata terjadi; Abu Lahab (Paman Kanjeng Nabi) yang kafir punya anak Dzarrah yang nyata menjadi mu’minah. Abu Jahal yang kafir punya anak Ikrimah pula tertakdir menjadi mu’minah atas kehendak-Nya. Inilah fakta.

Jadi, penting dipahami bahwa agama hadir untuk orang-orang yang memiliki harapan--Yarju Rahmatallah. Ruang meletakkan setiap peristiwa menjadi sebuah kemungkinan yang sedang terjalani dan terikhtiyarkan. Maka kelapangan hati mestinya menjadi pemandu atas ini semua. Inilah proses meluaskan untuk apapun dan siapapun agar bisa diterima, lalu terposisikan pada sebagaimana mestinya.

Tak cukup disitu, dalam tradisi tasawuf, masyhur dijelaskan bahwa yang menjadikan kerumitan, keterbatasan, bahkan membatasi ekspresi diri adalah hasil pikiran sendiri. Orang menghukumi orang tak baik, sebab ada keinginan dalam diri untuk dibuat baik. Maka disatu sisi, keinginan ialah bibit kekecewaan. Orang dihukumi sombong, sebab ada keinginan dihormati. Inilah ruang-ruang yang terus dipotret tasawuf. Demikian ini perlu terus dilatih, agar tak banyak-berlebihan berharap. Perlu kesabaran kuat. Ibdak binafsik--mulailah dari dalam diri.

Pun masyhur dalam kitab Minhajul 'Abidin, ada kisah unik; ada dua ulama yang beda perspektif soal cara mengeleminir kekecewaan, ulama pertama menyarankan memperbanyak relasi dengan banyak orang, dan ulama kedua menyarankan tak banyak relasi. Terjadi perdebatan yang luar biasa. Keduanya sama-sama memiliki referensi kuat. Di satu sisi penting berelasi dengan banyak orang, sebab bakal menjadi bagian penting dalam banyak hal yang dibutuhkan. Demikian juga mesti siap, jika terjadi peristiwa yang mengecewakan. Sebab menjadi wajar saat dikecewakan oleh yang kita kenal. Pun tak mungkin kekecewaan itu lahir dari siapa yang tak kita kenal. Jadi biasa saja. Bergantung sudut dan cara pandang bagaimana kita mengenang tiap-tiap perjalanan.

Maka sudut mengenang sisi terbaiknya manusia inilah yang menjadi hal penting sebagai dasar kekokohan hati. Tidak terjerumus dalam mengenang sisi buruk yang berimplikasi pada suatu harapan-harapan lebih. Demikian bakal membibit kecewa secara terus menerus.

Hingga pada akhirnya kita kokoh menyadari bahwa harapan dengan memungkinkan baiknya atas peristiwa dan fakta apapun, jelas menunjukkan keterbatasan murni yang dimiliki manusia untuk tak gampang mempersalahkan realitas dengan model-model kecaman atau bahkan vonis. Hal itu pun jelas pula mencinderai nilai kemanusiaan dan nilai ketuhanan yang mestinya dijunjung dengan sebaik-baiknya, bukan?

Padepokan Nyai Surti, 5 Oktober 2020

*) Mohammad Afifi, lahir di Maskuning Kulon, Pujer, Bondowoso, Jawa Timur 20 April 1994. Koordinator Gusdurian Bondowoso, salah satu bukunya bertitel “Mantra dari Langit.” https://sastra-indonesia.com/2020/10/yang-tak-boleh-divonis/

No comments:

Post a Comment

A. Anzieb A. Muttaqin A. Qorib Hidayatullah A. Rifqi Hidayat A. Rodhi Murtadho A. Syauqi Sumbawi A.J. Susmana A.S. Laksana A'yat Khalili Abdul Hadi WM Abdul Hopid Abdul Kirno Tanda Abdul Wachid B.S. Acep Zamzam Noor Afrizal Malna Aguk Irawan MN Agus B. Harianto Agus Dermawan T. Agus Noor Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Sri Danardana Agus Sunyoto Agus Wibowo Agusri Junaidi Ahda Imran Ahid Hidayat Ahmad Muchlish Amrin Ahmadun Yosi Herfanda Ajip Rosidi Akhmad Sekhu Akhudiat Ali Audah Alim Bakhtiar Alunk Estohank Amien Kamil Amien Wangsitalaja Aming Aminoedhin Amir Hamzah Ana Mustamin Andhika Mappasomba Andi Achdian Andrenaline Katarsis Anjrah Lelono Broto Anton Wahyudi Anwar Holid Aprinus Salam Arafat Nur Ardy Kresna Crenata Arie MP Tamba Arief Budiman Ariel Heryanto Arif Wibowo Arman A.Z. Arsyad Indradi Aryadi Mellas Aryo Bhawono Asap Studio Asarpin Asep Rahmat Hidayat Asep Sambodja Aulia A Muhammad Awalludin GD Mualif B Kunto Wibisono Badaruddin Amir Balada Bambang Kempling Bambang Soebendo Banjir Bandang Beni Setia Benny Arnas Benny Benke Berita Berita Duka Bernando J. Sujibto Binhad Nurrohmat Boy Mihaballo Budaya Budi Darma Budi P. Hatees Bustan Basir Maras Catatan Cerbung Cerpen Chairil Gibran Ramadhan D. Zawawi Imron D.N. Aidit Daisy Priyanti Dandy Bayu Bramasta Daniel Dhakidae Dareen Tatour Dea Anugrah Dedy Sufriadi Dedy Tri Riyadi Deni Ahmad Fajar Deni Jazuli Denny JA Denny Mizhar Desti Fatin Fauziyyah Dewi Sartika Dhanu Priyo Prabowo Dharmadi Diah Budiana Dian Hartati Didin Tulus Djoko Pitono Djoko Saryono Donny Anggoro Dwi Pranoto Echa Panrita Lopi Eddi Koben Edy A Effendi Edy Firmansyah Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Darmoko Eko Faizin Emha Ainun Nadjib Enda Menzies Erlina P. Lestari Erwin Dariyanto Esai Esti Ambirati Evi Idawati Evi Sefiani F. Daus AR F. Rahardi Fahrudin Nasrulloh Faisal Kamandobat Fajar Alayubi Fakhrunnas MA Jabbar Fandy Hutari Farah Noersativa Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Faza Bina Al-Alim Felix K. Nesi Ferdian Ananda Majni Fian Firatmaja Gampang Prawoto Gema Erika Nugroho Goenawan Mohamad Gola Gong Gombloh Grathia Pitaloka Gunawan Budi Susanto Gunawan Maryanto Gus Noy H.B. Jassin Hairus Salim Hamka Hamsad Rangkuti Hari Murti Haris Firdaus Harry Aveling Hasan Aspahani Hasif Amini HE. Benyamine Hendri Yetus Siswono Herman Syahara Hermien Y. Kleden Holy Adib Huda S Noor Hudan Hidayat Hudan Nur Humam S Chudori Husni Hamisi I G.G. Maha Adi Iberamsyah Barbary Ida Fitri Idealisa Masyrafina Idrus Ignas Kleden Ikarisma Kusmalina Ike Ayuwandari Ilham Ilham Khoiri Imam Cahyono Imam Muhayat Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Tohari Indria Pamuhapsari Indrian Koto Irfan Sholeh Fauzi Isbedy Stiawan Z.S. J.J. Kusni Jadid Al Farisy Jajang R Kawentar Jakob Oetama Jalaluddin Rakhmat Jansen H. Sinamo Joni Ariadinata K.H. Bisri Syansuri K.H. M. Najib Muhammad Kahfi Ananda Giatama Kahfie Nazaruddin Kho Ping Hoo Kika Dhersy Putri Kitab Para Malaikat Kritik Sastra Kucing Oren Kunni Masrohanti Kuswinarto L.K. Ara Lagu Laksmi Shitaresmi Lan Fang Latief S. Nugraha Leila S. Chudori Leo Tolstoy Leon Agusta Lesbumi Yogyakarta Lily Yulianti Farid Linda Christanty Linda Sarmili Lukisan Lutfi Mardiansyah Luwu Utara M. Aan Mansyur M. Faizi M. Raudah Jambak M. Shoim Anwar M.D. Atmaja M’Shoe Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Majene Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mamasa Mamuju Mardi Luhung Marhalim Zaini Maroeli Simbolon Martin Aleida Masamba Mashuri Media KAMA_PO Melani Budianta Mihar Harahap Misbahus Surur Mochtar Lubis Moh. Jauhar al-Hakimi Mohammad Afifi Mohammad Yamin Much. Khoiri Muhammad Fauzi Muhammad Muhibbuddin Muhammad Ridwan Muhammad Subarkah Muhammad Walidin Muhammad Yasir Muhyiddin Mukhsin Amar Munawir Aziz Musa Ismail Mustamin Almandary N Teguh Prasetyo Nadine Gordimer Nara Ahirullah Nelson Alwi Nikita Mirzani Nirwan Ahmad Arsuka Nizar Qabbani Nugroho Sukmanto Nurani Soyomukti Nurel Javissyarqi Nuruddin Asyhadie Nurul Komariyah Ocehan Onghokham Otto Sukatno CR Pamela Allen Pameran Parakitri T. Simbolon Pelukis Pendidikan Penggalangan Dana Peta Provinsi Sulawesi Barat Polewali Pondok Pesantren Al-Madienah Pondok Pesantren Salafiyah Karossa Pramoedya Ananta Toer Pramuka Prasetyo Agung Pringadi AS Pringgo HR Priska Prosa Pudyo Saptono Puisi Puput Amiranti N Pustaka Ilalang PUstaka puJAngga Putu Fajar Arcana Putu Setia Putu Wijaya R Sutandya Yudha Khaidar R. Timur Budi Raja Radhar Panca Dahana Raedu Basha Ragdi F. Daye Rahmadi Usman Rahmat Sudirman Rahmat Sutandya Yudhanto Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rama Prabu Ratnani Latifah Raudal Tanjung Banua Reiny Dwinanda Remy Sylado Resensi Riadi Ngasiran Rian Harahap Ribut Wijoto Rida K Liamsi Riki Fernando Rofiqi Hasan Ronny Agustinus Rozi Kembara Rusydi Zamzami Rx King Motor S Yoga S. Jai Sabrank Suparno Safar Nurhan Saini K.M. Sajak Salman Rusydie Anwar Salman S Yoga Samsul Anam Sapardi Djoko Damono Sapto Hoedojo Sasti Gotama Sastra Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sejarah Seni Rupa Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sirajudin Siswoyo Sitok Srengenge Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sonia Sosiawan Leak Sukitman Sulawesi Selatan Sunaryono Basuki Ks Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Suriali Andi Kustomo Suryanto Sastroatmodjo Susi Ivvaty Susianna Sutan Takdir Alisjahbana Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Syaifuddin Gani Syamsudin Noer Moenadi Syihabuddin Qalyubi Syu’bah Asa Tari Bamba Manurung Tari Bulu Londong Tari Ma’Bundu Tari Mappande Banua Tari Patuddu Tari Salabose Daeng Poralle Tari Sayyang Pattuqduq Tari Toerang Batu Tata Chacha Tatan Daniel Taufik Ikram Jamil Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teater Teddi Muhtadin Teguh Setiawan Pinang Teguh Winarsho AS Tenas Effendy Tengsoe Tjahjono Tenni Purwanti Tito Sianipar Tjahjono Widijanto Toeti Heraty Tosiani Tri Wahono Udin Badruddin Udo Z. Karzi Umar Fauzi Ballah Umar Kayam Umbu Landu Paranggi Usman Arrumy UU Hamidy Uwell's King Shop Uwell's Setiawan W.S. Rendra Wahib Muthalib Wahyudi Akmaliah Muhammad Wan Anwar Wawancara Wayan Sunarta Welly Kuswanto Wicaksono Wicaksono Adi Wilson Nadeak Wisata Yohanes Sehandi Yonatan Raharjo Yopie Setia Umbara Yosephine Maryati Yudhis M. Burhanudin Yukio Mishima Yurnaldi Zamakhsyari Abrar