Saturday, August 21, 2021

9 dari Leila (Leila S. Chudori)

9 dari Nadira
Penulis: Leila S. Chudori
Penerbit: Kepustakaan Populer Gramedia (KPG), 2009
Tebal: 282 halaman
Peresensi: Budi Darma
majalah.tempointeraktif.com
 
Ketika pada akhir tahun 1990-an Anwar Ridhwan, sastrawan Malaysia, menerbitkan Naratif Ogonshoto, publik sastra bertanya-tanya, apakah buku ini sebuah kumpulan cerpen atau novel. Kalau buku ini dianggap sebagai sebuah kumpulan cerpen pasti tidak keliru, sebab dalam buku ini ada 10 cerpen. Tapi, karena ternyata semua cerpen diikat oleh benang merah yang sangat mencolok, tidak keliru manakala buku ini dianggap sebagai novel.
 
Selaku pengarang, Leila S. Chudori pun boleh-boleh saja menganggap buku ini sebagai kumpulan 9 cerpen, namun pembaca mempunyai hak untuk menganggap buku ini sebuah novel. Dianggap sebagai kumpulan cerpen, karena masing-masing bagian dalam 9 dari Nadira seolah-olah berdiri sendiri. Jeda antara penulisan satu cerpen dan cerpen lainnya pun makan waktu panjang. Ada bagian yang ditulis pada 1999, ada pula bagian yang ditulis pada 2009. Tapi ingat, seluruh isi buku, mulai bab 1 sampai bab 9, tidak lain mengenai Nadira dan lingkungannya, dan karena itu, anggapan bahwa buku ini novel tidak perlu dianggap salah.
 
Narator dalam buku ini, sementara itu, bukan hanya satu, tapi akhirnya, narasi masing-masing narator menuju pada Nadira sebagai titik sentral. Pada waktu ibu Nadira bercerita mengenai awal perkawinannya di Belanda, misalnya, sasaran tembak narasi adalah Nadira, demikian pula ketika naratornya orang ketiga tanpa nama. Dan tentu saja, kalau Nadira bertindak sebagai narator, tokoh sentralnya tidak lain adalah dirinya sendiri.
 
Kalau direntang jauh ke belakang, novel ini menyangkut kehidupan tiga generasi: kakek-nenek Nadira, orang tua Nadira, dan generasi Nadira sendiri. Tapi, kalau mau difokuskan lebih tajam, novel ini menyangkut dua generasi, yaitu generasi orang tua Nadira dan generasi Nadira sebagai satu anak di antara tiga anak. Jalan hidup Nadira, lengkap dengan berbagai aspeknya, tidak lepas dari jalan hidup orang tuanya. Ibu Nadira tidak suka orang kulit putih karena baunya, misalnya, demikian pula Nadira.
 
Anggapan umum bahwa sebuah fiksi tidak mungkin lepas dari biografi pengarangnya, dalam novel ini, juga tidak bisa disangkal. Ayah Nadira adalah wartawan, demikian pula ayah Leila S. Chudori. Asal-usul keluarga Leila S. Chudori adalah Cirebon, dan novel ini pun mengandung simpul-simpul Cirebon, misalnya kain batik Cirebon dan logat Sunda Cirebon. Orang tua Leila S. Chudori pernah tinggal di Barat, demikian pula orang tua Nadira. Leila S. Chudori mempunyai saudara yang lebih suka tinggal di luar negeri, demikian pula Nadira. Dan ingat, Leila S. Chudori pernah belajar di luar negeri kemudian menjadi wartawan, demikian pula Nadira, meskipun, tentu saja, secara harfiah Nadira bukanlah Leila S. Chudori.
 
Dalam kehidupan sehari-hari ada tabiat turunan, ada cacat turunan, dan ada juga penderitaan turunan, demikian pula dalam novel ini. Kalau kehidupan Nadira dan saudara-saudaranya bisa dianggap tidak wajar, asal-usulnya tidak lain adalah ibu Nadira sendiri. Sebagai perempuan Indonesia, tentu saja seharusnya ibu Nadira suka melati, tapi ternyata tidak. Ketika kawin di Belanda, kalau mau, dengan mudah dia bisa mengumpulkan banyak bunga melati untuk upacara perkawinannya. Eh, tahunya dia ngotot mencari bunga seruni putih, sesuatu yang tidak lazim dalam upacara perkawinan, apalagi seruni putih sangat langka. Ketika dia meninggal pun, ketegangan terjadi, karena wasiat yang tidak terucapkan dan tidak tertuliskan juga janggal: harus seruni putih, jangan melati. Ingat, ibu Nadira juga tidak meninggal secara wajar, tapi bunuh diri dengan minum racun.
 
Kehidupan Nadira, langsung atau tidak, dituntun oleh kejanggalan ibunya, dan juga, dengan sendirinya, oleh perubahan zaman. Dengan tuduhan mencuri uang, Nina, kakak Nadira, menyiksa Nadira habis-habisan. Itu uang Nadira, tapi anehnya, sampai kapan pun Nadira tidak mau mengatakan dari mana dia memperoleh uang yang tidak lain adalah hasil kerjanya sendiri. Kendati akhirnya menyadari kesalahannya, Nina tidak mau mengakuinya, dan karena itu, hubungannya dengan Nadira tidak pernah serasi. Nadira, sementara itu, menentang perkawinan Nina dengan seorang koreografer, eh, tahunya Nadira berselingkuh dengan koreografer ini. Lalu, petualangan cinta pun, meskipun tidak seru-seru amat, masuk ke kehidupan Nadira, antara lain dengan seorang laki-laki yang ternyata pernah bercintaan dengan sesama laki-laki. Bukan hanya itu. Ada laki-laki mencintai Nadira setengah mati dan Nadira juga tahu, eh, tahunya dengan sangat mendadak Nadira kawin dengan laki-laki lain yang belum dikenalnya betul.
 
Apabila Nadira dipandang sebagai sebuah pribadi tunggal yang berdiri sendiri, tentunya pembaca mempunyai hak penuh untuk menaruh kebencian kepada Nadira. Tapi, apabila Nadira dipandang sebagai korban orang tua dan korban perubahan zaman, mungkin pembaca akan menaruh simpati kepadanya. Sikap pembaca yang benar tentunya berawal dari pertanyaan: sejauh mana Nadira diciptakan oleh lingkungannya, dan sejauh mana Nadira sanggup mengkondisikan lingkungannya.
 
30 November 2009

*) Budi Darma, sastrawan. http://sastra-indonesia.com/2011/02/9-dari-leila-leila-s-chudori/

No comments:

Post a Comment

A. Anzieb A. Muttaqin A. Qorib Hidayatullah A. Rifqi Hidayat A. Rodhi Murtadho A. Syauqi Sumbawi A.J. Susmana A.S. Laksana A'yat Khalili Abdul Hadi WM Abdul Hopid Abdul Kirno Tanda Abdul Wachid B.S. Acep Zamzam Noor Afrizal Malna Aguk Irawan MN Agus B. Harianto Agus Dermawan T. Agus Noor Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Sri Danardana Agus Sunyoto Agus Wibowo Agusri Junaidi Ahda Imran Ahid Hidayat Ahmad Muchlish Amrin Ahmadun Yosi Herfanda Ajip Rosidi Akhmad Sekhu Akhudiat Ali Audah Alim Bakhtiar Alunk Estohank Amien Kamil Amien Wangsitalaja Aming Aminoedhin Amir Hamzah Ana Mustamin Andhika Mappasomba Andi Achdian Andrenaline Katarsis Anjrah Lelono Broto Anton Wahyudi Anwar Holid Aprinus Salam Arafat Nur Ardy Kresna Crenata Arie MP Tamba Arief Budiman Ariel Heryanto Arif Wibowo Arman A.Z. Arsyad Indradi Aryadi Mellas Aryo Bhawono Asap Studio Asarpin Asep Rahmat Hidayat Asep Sambodja Aulia A Muhammad Awalludin GD Mualif B Kunto Wibisono Badaruddin Amir Balada Bambang Kempling Bambang Soebendo Banjir Bandang Beni Setia Benny Arnas Benny Benke Berita Berita Duka Bernando J. Sujibto Binhad Nurrohmat Boy Mihaballo Budaya Budi Darma Budi P. Hatees Bustan Basir Maras Catatan Cerbung Cerpen Chairil Gibran Ramadhan D. Zawawi Imron D.N. Aidit Daisy Priyanti Dandy Bayu Bramasta Daniel Dhakidae Dareen Tatour Dea Anugrah Dedy Sufriadi Dedy Tri Riyadi Deni Ahmad Fajar Deni Jazuli Denny JA Denny Mizhar Desti Fatin Fauziyyah Dewi Sartika Dhanu Priyo Prabowo Dharmadi Diah Budiana Dian Hartati Didin Tulus Djoko Pitono Djoko Saryono Donny Anggoro Dwi Pranoto Echa Panrita Lopi Eddi Koben Edy A Effendi Edy Firmansyah Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Darmoko Eko Faizin Emha Ainun Nadjib Enda Menzies Erlina P. Lestari Erwin Dariyanto Esai Esti Ambirati Evi Idawati Evi Sefiani F. Daus AR F. Rahardi Fahrudin Nasrulloh Faisal Kamandobat Fajar Alayubi Fakhrunnas MA Jabbar Fandy Hutari Farah Noersativa Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Faza Bina Al-Alim Felix K. Nesi Ferdian Ananda Majni Fian Firatmaja Gampang Prawoto Gema Erika Nugroho Goenawan Mohamad Gola Gong Gombloh Grathia Pitaloka Gunawan Budi Susanto Gunawan Maryanto Gus Noy H.B. Jassin Hairus Salim Hamka Hamsad Rangkuti Hari Murti Haris Firdaus Harry Aveling Hasan Aspahani Hasif Amini HE. Benyamine Hendri Yetus Siswono Herman Syahara Hermien Y. Kleden Holy Adib Huda S Noor Hudan Hidayat Hudan Nur Humam S Chudori Husni Hamisi I G.G. Maha Adi Iberamsyah Barbary Ida Fitri Idealisa Masyrafina Idrus Ignas Kleden Ikarisma Kusmalina Ike Ayuwandari Ilham Ilham Khoiri Imam Cahyono Imam Muhayat Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Tohari Indria Pamuhapsari Indrian Koto Irfan Sholeh Fauzi Isbedy Stiawan Z.S. J.J. Kusni Jadid Al Farisy Jajang R Kawentar Jakob Oetama Jalaluddin Rakhmat Jansen H. Sinamo Joni Ariadinata K.H. Bisri Syansuri K.H. M. Najib Muhammad Kahfi Ananda Giatama Kahfie Nazaruddin Kho Ping Hoo Kika Dhersy Putri Kitab Para Malaikat Kritik Sastra Kucing Oren Kunni Masrohanti Kuswinarto L.K. Ara Lagu Laksmi Shitaresmi Lan Fang Latief S. Nugraha Leila S. Chudori Leo Tolstoy Leon Agusta Lesbumi Yogyakarta Lily Yulianti Farid Linda Christanty Linda Sarmili Lukisan Lutfi Mardiansyah Luwu Utara M. Aan Mansyur M. Faizi M. Raudah Jambak M. Shoim Anwar M.D. Atmaja M’Shoe Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Majene Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mamasa Mamuju Mardi Luhung Marhalim Zaini Maroeli Simbolon Martin Aleida Masamba Mashuri Media KAMA_PO Melani Budianta Mihar Harahap Misbahus Surur Mochtar Lubis Moh. Jauhar al-Hakimi Mohammad Afifi Mohammad Yamin Much. Khoiri Muhammad Fauzi Muhammad Muhibbuddin Muhammad Ridwan Muhammad Subarkah Muhammad Walidin Muhammad Yasir Muhyiddin Mukhsin Amar Munawir Aziz Musa Ismail Mustamin Almandary N Teguh Prasetyo Nadine Gordimer Nara Ahirullah Nelson Alwi Nikita Mirzani Nirwan Ahmad Arsuka Nizar Qabbani Nugroho Sukmanto Nurani Soyomukti Nurel Javissyarqi Nuruddin Asyhadie Nurul Komariyah Ocehan Onghokham Otto Sukatno CR Pamela Allen Pameran Parakitri T. Simbolon Pelukis Pendidikan Penggalangan Dana Peta Provinsi Sulawesi Barat Polewali Pondok Pesantren Al-Madienah Pondok Pesantren Salafiyah Karossa Pramoedya Ananta Toer Pramuka Prasetyo Agung Pringadi AS Pringgo HR Priska Prosa Pudyo Saptono Puisi Puput Amiranti N Pustaka Ilalang PUstaka puJAngga Putu Fajar Arcana Putu Setia Putu Wijaya R Sutandya Yudha Khaidar R. Timur Budi Raja Radhar Panca Dahana Raedu Basha Ragdi F. Daye Rahmadi Usman Rahmat Sudirman Rahmat Sutandya Yudhanto Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rama Prabu Ratnani Latifah Raudal Tanjung Banua Reiny Dwinanda Remy Sylado Resensi Riadi Ngasiran Rian Harahap Ribut Wijoto Rida K Liamsi Riki Fernando Rofiqi Hasan Ronny Agustinus Rozi Kembara Rusydi Zamzami Rx King Motor S Yoga S. Jai Sabrank Suparno Safar Nurhan Saini K.M. Sajak Salman Rusydie Anwar Salman S Yoga Samsul Anam Sapardi Djoko Damono Sapto Hoedojo Sasti Gotama Sastra Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sejarah Seni Rupa Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sirajudin Siswoyo Sitok Srengenge Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sonia Sosiawan Leak Sukitman Sulawesi Selatan Sunaryono Basuki Ks Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Suriali Andi Kustomo Suryanto Sastroatmodjo Susi Ivvaty Susianna Sutan Takdir Alisjahbana Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Syaifuddin Gani Syamsudin Noer Moenadi Syihabuddin Qalyubi Syu’bah Asa Tari Bamba Manurung Tari Bulu Londong Tari Ma’Bundu Tari Mappande Banua Tari Patuddu Tari Salabose Daeng Poralle Tari Sayyang Pattuqduq Tari Toerang Batu Tata Chacha Tatan Daniel Taufik Ikram Jamil Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teater Teddi Muhtadin Teguh Setiawan Pinang Teguh Winarsho AS Tenas Effendy Tengsoe Tjahjono Tenni Purwanti Tito Sianipar Tjahjono Widijanto Toeti Heraty Tosiani Tri Wahono Udin Badruddin Udo Z. Karzi Umar Fauzi Ballah Umar Kayam Umbu Landu Paranggi Usman Arrumy UU Hamidy Uwell's King Shop Uwell's Setiawan W.S. Rendra Wahib Muthalib Wahyudi Akmaliah Muhammad Wan Anwar Wawancara Wayan Sunarta Welly Kuswanto Wicaksono Wicaksono Adi Wilson Nadeak Wisata Yohanes Sehandi Yonatan Raharjo Yopie Setia Umbara Yosephine Maryati Yudhis M. Burhanudin Yukio Mishima Yurnaldi Zamakhsyari Abrar