Sunday, July 11, 2021

MORA'ATANA MORA'ABINANGGA

MATRA KOMPLEKSITAS PADA NERACA KEHIDUPAN ORANG KAILI

Hudan Nur *
 
Sulawesi Tengah khususnya Palu memiliki ragam tersendiri untuk menjaga keseimbangan alam seiring perjalanan bumi yang semakin menua. Diakui atau tidak, Palu (masih) beranjak remaja ke arah Megapolitan. Terlepas dari adat dan keseharian orang kaili, Kota Teluk Palu memiliki eksotitas yang khas dibandingkan daerah lain di Indonesia (umumnya) sebab Palu terlahir dari alam yang membentangkan pantai, lembah, dan gunung. Kecantikan Palu yang adanya mau (tidak mau) lambat laun tercemar oleh peradaban manusia yang semakin berkembang, kini Palu mulai mengenal lipstik dan beberapa jenis kosmetik luar. Kota ini terhunus kemajuan, ditambah lagi manusia yang makin egois dalam memanfaatkan alam.
 
Kehidupan terus bergulir seiring perputaran zaman, ada kalanya manusia berada di puncak tertinggi dan ada kalanya terluncur ke jurang nista. Orang kaili sebagai penduduk asli di Palu percaya harus ada ritual yang dilaksanakan untuk membumikan bala yang sengaja (tidak) dilakukan manusia di muka bumi. Dikenal, matra peringatan bagi manusia untuk tanah dan air sebagai sumber terpenting dalam berkehidupan.
 
Ritual orang kaili berlaku apabila ada ombu nungata yakni sebuah pemberlakuan ketika ada hal-hal yang merusak alam yang dilakukan manusia, ini merupakan hukum desa dalam melaksanakan nuada atau hukum adat. Ritual ini dipimpin oleh tetua nuada (ketua adat) dengan cera atau mencecerkan darah hewan sembelihan ke mora atana (tanah) dan mora abinangga (sungai) diikuti dengan pembacaan mogane (mantra-mantra) serta benda-benda adat termasuk sesajen agar rotasi kehidupan terus berputar seiring keseimbangan antara sisi minus dan sisi plus. Ada proses dialogis antara tertua nuada dan penjaga tanah pun air selama mogane dibacakan.
 
Di sisi lain, proses rotasi kehidupan dalam artian ladang berpindah juga terus dilakukan orang kaili dalam rangka menjaga keseimbangan alam agar tetap harmonis. Agar dinamika kehidupan tetap berkesinambungan dan masih bisa bertahan hingga anak-cucu kelak hadir di bumi kaili. Sistem berpindah ini kerap disebut moraha. Penduduk asli sering melakukan hal demikian dalam mempertahankan dan menyeimbangkan alam hingga kini.
 
Ada yang lebih kompleks dalam memaknai paham keseimbangan oleh penduduk setempat, khusunya yang menetap di tepi pantai dan laut yakni mompaura. Ritual kompleks untuk penyembuhan segala macam bala yang diturunkan ke muka bumi untuk dihanyutkan ke laut lepas tepat dini hari setiap tahunnya. Sebelum ke ritual mompaura ada beberapa tahapan yang harus dilaksanakan, bahkan berbulan-bulan sebelumnya dalam rangka penerimaan mompaura oleh alam. Pensucian lewat do’a-do’a (notoba) dilakukan setiap jum’at dalam peringatan oleh manusia dengan kesadarannya bahwa setiap diri (kita) memiliki kesalahan baik segaja ataupun tidak. Upacara demikian lebih ditekankan untuk pengobatan dan tolak bala.
 
Dirasa atau tidak kehadiran budaya dalam mewarnai kehidupan menjadi sangat penting untuk memaknai dan mengingatkan manusia agar tidak berlaku sewenang-wenang terhadap alam. Di beberapa tempat di Indonesia juga mempunyai ragam yang hampir mirip dengan ritual (upacara) adat setempat oleh orang Kaili. Betapa tidak, budaya dan adat demikian meskipun bagi kalangan tertentu tidak penting tetapi dari budaya dan adat yang beraneka ragam inilah kita dapat klasifikasi kekhasan dalam menunjukkan ciri suku bangsa dalam euforia kehidupan. Sebab sebagai makhluk yang memiliki keterbatasan sekaligus kelebihan, manusia seyogianya membumikan bumi dengan keseimbangan yang semakin tidak seimbang ini dengan akalnya, karena tidak ada diantara kita yang tahu kapan bumi ini akan habis masanya. Sedangkan dimana-mana kebengisan dan keserakahan manusia semakin menggila. Tanpa sedikitpun mempertimbangkan kehidupan sebelah (alam sesungguhnya) sebagai pemilik sah perjalanan bumi. Sesungguhnya, orang kaili yang bermukim di gunung dengan mempertahankan hidupnya dengan moraha penting eksistensinya dalam pembermaknaan ekosistem lingkungan agar terus berlangsung.
 
Namun tidak ada jaminan sampai kapan moraha bisa bertahan di tanah kaili sebab roda peradaban manusia semakin laju berputar dan menggerus pemikiran manusia untuk berpaham ekonomis dengan mendayagunakan alam sebagai pemuas sekaligus pemerkayaan diri. Entah!
***
 

*) Hudan Nur, lahir di Banjarbaru, Kalimantan Selatan 23 Nopember 1985. Karya-karyanya disiarkan pada; Untaian Mutiara RRI Nusantara, Banjarbaru Post, Banjarmasin Post, Radar Banjarmasin, Buletin Rumah Sastra Bandung, Tabloid Realitas, Buletin Sloka Tepian, waTas Media, Rakat Media (Sekolah Tinggi Teologia Gereja Kalimantan Evangelis) bekerjasama dengan Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI), Bulletin Alliance BenKilTra, Lampung Post, Majalah Gong, Sinar Harapan, Republika, Suara Karya, Sinar Kalimantan, Radar Sulteng, Media Kalimantan, Media Alkhairaat, Mercusuar, Majalah Sastra Horison. http://sastra-indonesia.com/2021/07/moraatana-moraabinangga/

No comments:

Post a Comment

A. Anzieb A. Muttaqin A. Qorib Hidayatullah A. Rifqi Hidayat A. Rodhi Murtadho A. Syauqi Sumbawi A.J. Susmana A.S. Laksana A'yat Khalili Abdul Hadi WM Abdul Hopid Abdul Kirno Tanda Abdul Wachid B.S. Acep Zamzam Noor Afrizal Malna Aguk Irawan MN Agus B. Harianto Agus Dermawan T. Agus Noor Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Sri Danardana Agus Sunyoto Agus Wibowo Agusri Junaidi Ahda Imran Ahid Hidayat Ahmad Muchlish Amrin Ahmadun Yosi Herfanda Ajip Rosidi Akhmad Sekhu Akhudiat Ali Audah Alim Bakhtiar Alunk Estohank Amien Kamil Amien Wangsitalaja Aming Aminoedhin Amir Hamzah Ana Mustamin Andhika Mappasomba Andi Achdian Andrenaline Katarsis Anjrah Lelono Broto Anton Wahyudi Anwar Holid Aprinus Salam Arafat Nur Ardy Kresna Crenata Arie MP Tamba Arief Budiman Ariel Heryanto Arif Wibowo Arman A.Z. Arsyad Indradi Aryadi Mellas Aryo Bhawono Asap Studio Asarpin Asep Rahmat Hidayat Asep Sambodja Aulia A Muhammad Awalludin GD Mualif B Kunto Wibisono Badaruddin Amir Balada Bambang Kempling Bambang Soebendo Banjir Bandang Beni Setia Benny Arnas Benny Benke Berita Berita Duka Bernando J. Sujibto Binhad Nurrohmat Boy Mihaballo Budaya Budi Darma Budi P. Hatees Bustan Basir Maras Catatan Cerbung Cerpen Chairil Gibran Ramadhan D. Zawawi Imron D.N. Aidit Daisy Priyanti Dandy Bayu Bramasta Daniel Dhakidae Dareen Tatour Dea Anugrah Dedy Sufriadi Dedy Tri Riyadi Deni Ahmad Fajar Deni Jazuli Denny JA Denny Mizhar Desti Fatin Fauziyyah Dewi Sartika Dhanu Priyo Prabowo Dharmadi Diah Budiana Dian Hartati Didin Tulus Djoko Pitono Djoko Saryono Donny Anggoro Dwi Pranoto Echa Panrita Lopi Eddi Koben Edy A Effendi Edy Firmansyah Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Darmoko Eko Faizin Emha Ainun Nadjib Enda Menzies Erlina P. Lestari Erwin Dariyanto Esai Esti Ambirati Evi Idawati Evi Sefiani F. Daus AR F. Rahardi Fahrudin Nasrulloh Faisal Kamandobat Fajar Alayubi Fakhrunnas MA Jabbar Fandy Hutari Farah Noersativa Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Faza Bina Al-Alim Felix K. Nesi Ferdian Ananda Majni Fian Firatmaja Gampang Prawoto Gema Erika Nugroho Goenawan Mohamad Gola Gong Gombloh Grathia Pitaloka Gunawan Budi Susanto Gunawan Maryanto Gus Noy H.B. Jassin Hairus Salim Hamka Hamsad Rangkuti Hari Murti Haris Firdaus Harry Aveling Hasan Aspahani Hasif Amini HE. Benyamine Hendri Yetus Siswono Herman Syahara Hermien Y. Kleden Holy Adib Huda S Noor Hudan Hidayat Hudan Nur Humam S Chudori Husni Hamisi I G.G. Maha Adi Iberamsyah Barbary Ida Fitri Idealisa Masyrafina Idrus Ignas Kleden Ikarisma Kusmalina Ike Ayuwandari Ilham Ilham Khoiri Imam Cahyono Imam Muhayat Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Tohari Indria Pamuhapsari Indrian Koto Irfan Sholeh Fauzi Isbedy Stiawan Z.S. J.J. Kusni Jadid Al Farisy Jajang R Kawentar Jakob Oetama Jalaluddin Rakhmat Jansen H. Sinamo Joni Ariadinata K.H. Bisri Syansuri K.H. M. Najib Muhammad Kahfi Ananda Giatama Kahfie Nazaruddin Kho Ping Hoo Kika Dhersy Putri Kitab Para Malaikat Kritik Sastra Kucing Oren Kunni Masrohanti Kuswinarto L.K. Ara Lagu Laksmi Shitaresmi Lan Fang Latief S. Nugraha Leila S. Chudori Leo Tolstoy Leon Agusta Lesbumi Yogyakarta Lily Yulianti Farid Linda Christanty Linda Sarmili Lukisan Lutfi Mardiansyah Luwu Utara M. Aan Mansyur M. Faizi M. Raudah Jambak M. Shoim Anwar M.D. Atmaja M’Shoe Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Majene Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mamasa Mamuju Mardi Luhung Marhalim Zaini Maroeli Simbolon Martin Aleida Masamba Mashuri Media KAMA_PO Melani Budianta Mihar Harahap Misbahus Surur Mochtar Lubis Moh. Jauhar al-Hakimi Mohammad Afifi Mohammad Yamin Much. Khoiri Muhammad Fauzi Muhammad Muhibbuddin Muhammad Ridwan Muhammad Subarkah Muhammad Walidin Muhammad Yasir Muhyiddin Mukhsin Amar Munawir Aziz Musa Ismail Mustamin Almandary N Teguh Prasetyo Nadine Gordimer Nara Ahirullah Nelson Alwi Nikita Mirzani Nirwan Ahmad Arsuka Nizar Qabbani Nugroho Sukmanto Nurani Soyomukti Nurel Javissyarqi Nuruddin Asyhadie Nurul Komariyah Ocehan Onghokham Otto Sukatno CR Pamela Allen Pameran Parakitri T. Simbolon Pelukis Pendidikan Penggalangan Dana Peta Provinsi Sulawesi Barat Polewali Pondok Pesantren Al-Madienah Pondok Pesantren Salafiyah Karossa Pramoedya Ananta Toer Pramuka Prasetyo Agung Pringadi AS Pringgo HR Priska Prosa Pudyo Saptono Puisi Puput Amiranti N Pustaka Ilalang PUstaka puJAngga Putu Fajar Arcana Putu Setia Putu Wijaya R Sutandya Yudha Khaidar R. Timur Budi Raja Radhar Panca Dahana Raedu Basha Ragdi F. Daye Rahmadi Usman Rahmat Sudirman Rahmat Sutandya Yudhanto Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rama Prabu Ratnani Latifah Raudal Tanjung Banua Reiny Dwinanda Remy Sylado Resensi Riadi Ngasiran Rian Harahap Ribut Wijoto Rida K Liamsi Riki Fernando Rofiqi Hasan Ronny Agustinus Rozi Kembara Rusydi Zamzami Rx King Motor S Yoga S. Jai Sabrank Suparno Safar Nurhan Saini K.M. Sajak Salman Rusydie Anwar Salman S Yoga Samsul Anam Sapardi Djoko Damono Sapto Hoedojo Sasti Gotama Sastra Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sejarah Seni Rupa Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sirajudin Siswoyo Sitok Srengenge Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sonia Sosiawan Leak Sukitman Sulawesi Selatan Sunaryono Basuki Ks Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Suriali Andi Kustomo Suryanto Sastroatmodjo Susi Ivvaty Susianna Sutan Takdir Alisjahbana Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Syaifuddin Gani Syamsudin Noer Moenadi Syihabuddin Qalyubi Syu’bah Asa Tari Bamba Manurung Tari Bulu Londong Tari Ma’Bundu Tari Mappande Banua Tari Patuddu Tari Salabose Daeng Poralle Tari Sayyang Pattuqduq Tari Toerang Batu Tata Chacha Tatan Daniel Taufik Ikram Jamil Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teater Teddi Muhtadin Teguh Setiawan Pinang Teguh Winarsho AS Tenas Effendy Tengsoe Tjahjono Tenni Purwanti Tito Sianipar Tjahjono Widijanto Toeti Heraty Tosiani Tri Wahono Udin Badruddin Udo Z. Karzi Umar Fauzi Ballah Umar Kayam Umbu Landu Paranggi Usman Arrumy UU Hamidy Uwell's King Shop Uwell's Setiawan W.S. Rendra Wahib Muthalib Wahyudi Akmaliah Muhammad Wan Anwar Wawancara Wayan Sunarta Welly Kuswanto Wicaksono Wicaksono Adi Wilson Nadeak Wisata Yohanes Sehandi Yonatan Raharjo Yopie Setia Umbara Yosephine Maryati Yudhis M. Burhanudin Yukio Mishima Yurnaldi Zamakhsyari Abrar