Monday, June 21, 2021

SERONG

Taufiq Wr. Hidayat *
 
Borges menulis fiksi yang cerdik mengelabuhi fakta, mengecoh sejarah dengan usil dan jenaka. Bagi Borges, aib sejarah bukan perbuatan tidak senonoh. Melainkan perilaku menyimpang "orang suci" dari nilai yang diperjuangkannya. Suatu pengkhianatan. Orang yang membela kesucian agama, lalu berbuat serong, maka ia telah berkhianat pada kesucian agama yang dibelanya dan menipu sejarah.
 
Ketika seseorang menyerukan kesucian agama, ia melakukan aksi politik. Bukan aksi (amal) ajaran agama yang personal. Aksi politis itu dilandasi primordialisme dan kepentingan praktis. Jika misalnya seorang agamawan menolak zinah atasnama kesucian agama, tapi dirinya berzinah, itu "aib pribadi". Tak penting! Tetapi pembenaran agama atas zinahnya, mengaburkan konsepsi atau fakta dengan klaim otoritas dirinya atas agama bersangkutan, itulah "aib sejarah". Aib dari suatu nilai yang harus dibongkar.
 
Mempersoalkan serong "orang suci" dari nilai yang diteguhinya dengan penilaian kritis yang dihadapkan pada nilai yang dilanggar si orang suci yang mengklaim dirinya penjaga atau pembela nilai tersebut, bukanlah membuka "aib pribadi". Tapi mempelajari "aib sejarah". Sebab sejarah bukan fiksi. Sejarah adalah kenyataan atau peristiwa obyektif yang tak boleh ditutupi. Ia tak bebas dari kritik, menjadi ingatan kolektif yang---jiika diperlukan demi "menjernihkan" kekinian, perlu diurai dengan lugas.
 
Bawah sadar---bagi Sigmund Freud, seringkali meletup tanpa sadar pada aktivitas sadar. Orang yang sering memikirkan pisang, sekali waktu lidahnya tak sadar mengucapkan kata pisang dalam suatu pembicaraan yang tak ada kaitannya dengan pisang. Hal remeh-temeh ini memang jadi perhatian Freud dalam psikoanalisanya yang mashur itu. Baginya, kekotoran seksual selalu ditutupi yang suci dalam pandangan umum. Manusia memiliki kecenderungan menutupi kebejatannya dengan yang "suci". Sebab dan motivasi kebejatan yang ketahuan dilakukan "si suci" itu perlu dipaparkan, agar peristiwa dilihat apa adanya sebagai kenyataan obyektif. Jiwa Manusia terkadang melakukan penolakan rumit terhadap masa lalunya, sehingga mentalitasnya pun bermasalah.
 
Bukan bagaimana aib dilakukan seseorang, tapi kenapa aib dilakukan. Kemudian apa akibat darinya yang terkait posisi sosial-politik seseorang pada kaitannya dengan yang publik. Dapat diilustrasikan, sejatinya penyebar "aib pribadi" adalah si pelaku aib itu sendiri. Tatkala orang lain menggunjingkannya, tercipta praduga-praduga. Tapi mempelajari atau mempersoalkan "aib sejarah", bukanlah mempergunjingkan "aib pribadi", adalah perlu. Menelusuri terjadinya pertentangan antara nilai dan para penjaga atau pencetusnya. Dalam teks suci terdapat kata "uswatun khazanah" (teladan luhur), bukan "teladan suci". "Uswatun khazanah" ialah perilaku luhur yang tak berkhianat, tak bertentangan dengan nilai kemanusiaan yang diperjuangkan seseorang tanpa mengklaim kebenaran. Keimanan yang tak mengkafiri keharusan berbuat baik (amal saleh).
 
Dalam "Matinya Sang Teolog", Borges menulis narasi perihal iman yang menjadi lazim, tak sakral, memprovokasi terjadinya perbuatan remeh yang palsu. Melancthon sang teolog, menyatakan pentingnya iman daripada perbuatan. Ia bicara surga dan ampunan yang hanya bisa diraih dengan iman, bukan perbuatan. Iman dan perbuatan bagai minyak dan air, tak bisa menyatu. Ia tak menyadari, dirinya telah mati, berada di luar surga. Pendirian Melancthon dalam teks Borges, adalah aib. Itu yang melatarbelakangi segala kejahatan dan kebejatan manusia atasnama agama yang diimaninya. Yang berteriak suci, niscaya ia tidak suci.
 
Memahami---atau mempersoalkan, perbuatan serong sebagai bentuk pengkhianatan seseorang terhadap "posisi suci"-nya, merupakan sikap kritis untuk menjawab keraguan pada nilai yang "dilembagakan" orang tersebut sebagai pertimbangan dan menakar akibatnya. Tapi menutupi aib dan akibat sosialnya (bukan peristiwanya) atasnama kesucian nilai (agama, ayat suci, moral) adalah biadab! Sehingga konsepsi gombal para "jagoan suci" yang penuh "aib sejarah" itu diyakini (atau diyakinkan) telah selesai. Abu Nawas menyerangnya.
 
"Salat tidak perlu ruku dan sujud. Dan raja adalah pemelihara fitnah terbesar!" ujar Abu Nawas.
 
Petugas istana menangkap Abu Nawas. Ia diadili para ulama kerajaan.
 
"Anda katakan salat tanpa ruku dan sujud. Anda sesat!" ujar ulama kerajaan.
 
"Salat mayat memang tidak perlu ruku dan sujud. Siapa yang sesat, saya atau Anda?" jawab Abu Nawas ringan.
 
"Anda juga mengatakan raja pemelihara fitnah terbesar!"
 
"Anda ulama-ulama yang tidak baca ayat suci. "Inna amwalukum wa awladukum fitnah" yang berarti "harta dan anak-anakmu adalah fitnah". Raja memelihara harta dan anak-anaknya, bukankah ia adalah pemelihara fitnah terbesar, wahai Tuan-tuan ulama yang suci?"
 
Sindiran Abu Nawas itu membungkam "ulama negara". Abu Nawas pun berlalu meninggalkan ruangan sambil bersiul-siul.
 
Muncar, 2021

*) Taufiq Wr. Hidayat dilahirkan di Dusun Sempi, Desa Rogojampi, Kab. Banyuwangi. Taufiq dibesarkan di Desa Wongsorejo Banyuwangi. Menempuh pendidikan di UNEJ pada fakultas Sastra Indonesia. Karya-karyanya yang telah terbit adalah kumpulan puisi “Suluk Rindu” (YMAB, 2003), “Muncar Senjakala” [PSBB (Pusat Studi Budaya Banyuwangi), 2009], kumpulan cerita “Kisah-kisah dari Timur” (PSBB, 2010), “Catatan” (PSBB, 2013), “Sepotong Senja, Sepotong Malam, Sepotong Roti” (PSBB, 2014), “Dan Badut Pun Pasti Berlalu” (PSBB, 2017), “Serat Kiai Sutara” (PSBB, 2018). “Kitab Iblis” (PSBB, 2018), “Agama Para Bajingan” (PSBB, 2019), dan Buku terbarunya “Kitab Kelamin” (PSBB, 2019). Tinggal di Banyuwangi, Sekarang Sebagai Ketua Lesbumi PCNU Banyuwangi.  http://sastra-indonesia.com/2021/06/serong/

No comments:

Post a Comment

A. Anzieb A. Muttaqin A. Qorib Hidayatullah A. Rifqi Hidayat A. Rodhi Murtadho A. Syauqi Sumbawi A.J. Susmana A.S. Laksana A'yat Khalili Abdul Hadi WM Abdul Hopid Abdul Kirno Tanda Abdul Wachid B.S. Acep Zamzam Noor Afrizal Malna Aguk Irawan MN Agus B. Harianto Agus Dermawan T. Agus Noor Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Sri Danardana Agus Sunyoto Agus Wibowo Agusri Junaidi Ahda Imran Ahid Hidayat Ahmad Muchlish Amrin Ahmadun Yosi Herfanda Ajip Rosidi Akhmad Sekhu Akhudiat Ali Audah Alim Bakhtiar Alunk Estohank Amien Kamil Amien Wangsitalaja Aming Aminoedhin Amir Hamzah Ana Mustamin Andhika Mappasomba Andi Achdian Andrenaline Katarsis Anjrah Lelono Broto Anton Wahyudi Anwar Holid Aprinus Salam Arafat Nur Ardy Kresna Crenata Arie MP Tamba Arief Budiman Ariel Heryanto Arif Wibowo Arman A.Z. Arsyad Indradi Aryadi Mellas Aryo Bhawono Asap Studio Asarpin Asep Rahmat Hidayat Asep Sambodja Aulia A Muhammad Awalludin GD Mualif B Kunto Wibisono Badaruddin Amir Balada Bambang Kempling Bambang Soebendo Banjir Bandang Beni Setia Benny Arnas Benny Benke Berita Berita Duka Bernando J. Sujibto Binhad Nurrohmat Boy Mihaballo Budaya Budi Darma Budi P. Hatees Bustan Basir Maras Catatan Cerbung Cerpen Chairil Gibran Ramadhan D. Zawawi Imron D.N. Aidit Daisy Priyanti Dandy Bayu Bramasta Daniel Dhakidae Dareen Tatour Dea Anugrah Dedy Sufriadi Dedy Tri Riyadi Deni Ahmad Fajar Deni Jazuli Denny JA Denny Mizhar Desti Fatin Fauziyyah Dewi Sartika Dhanu Priyo Prabowo Dharmadi Diah Budiana Dian Hartati Didin Tulus Djoko Pitono Djoko Saryono Donny Anggoro Dwi Pranoto Echa Panrita Lopi Eddi Koben Edy A Effendi Edy Firmansyah Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Darmoko Eko Faizin Emha Ainun Nadjib Enda Menzies Erlina P. Lestari Erwin Dariyanto Esai Esti Ambirati Evi Idawati Evi Sefiani F. Daus AR F. Rahardi Fahrudin Nasrulloh Faisal Kamandobat Fajar Alayubi Fakhrunnas MA Jabbar Fandy Hutari Farah Noersativa Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Faza Bina Al-Alim Felix K. Nesi Ferdian Ananda Majni Fian Firatmaja Gampang Prawoto Gema Erika Nugroho Goenawan Mohamad Gola Gong Gombloh Grathia Pitaloka Gunawan Budi Susanto Gunawan Maryanto Gus Noy H.B. Jassin Hairus Salim Hamka Hamsad Rangkuti Hari Murti Haris Firdaus Harry Aveling Hasan Aspahani Hasif Amini HE. Benyamine Hendri Yetus Siswono Herman Syahara Hermien Y. Kleden Holy Adib Huda S Noor Hudan Hidayat Hudan Nur Humam S Chudori Husni Hamisi I G.G. Maha Adi Iberamsyah Barbary Ida Fitri Idealisa Masyrafina Idrus Ignas Kleden Ikarisma Kusmalina Ike Ayuwandari Ilham Ilham Khoiri Imam Cahyono Imam Muhayat Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Tohari Indria Pamuhapsari Indrian Koto Irfan Sholeh Fauzi Isbedy Stiawan Z.S. J.J. Kusni Jadid Al Farisy Jajang R Kawentar Jakob Oetama Jalaluddin Rakhmat Jansen H. Sinamo Joni Ariadinata K.H. Bisri Syansuri K.H. M. Najib Muhammad Kahfi Ananda Giatama Kahfie Nazaruddin Kho Ping Hoo Kika Dhersy Putri Kitab Para Malaikat Kritik Sastra Kucing Oren Kunni Masrohanti Kuswinarto L.K. Ara Lagu Laksmi Shitaresmi Lan Fang Latief S. Nugraha Leila S. Chudori Leo Tolstoy Leon Agusta Lesbumi Yogyakarta Lily Yulianti Farid Linda Christanty Linda Sarmili Lukisan Lutfi Mardiansyah Luwu Utara M. Aan Mansyur M. Faizi M. Raudah Jambak M. Shoim Anwar M.D. Atmaja M’Shoe Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Majene Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mamasa Mamuju Mardi Luhung Marhalim Zaini Maroeli Simbolon Martin Aleida Masamba Mashuri Media KAMA_PO Melani Budianta Mihar Harahap Misbahus Surur Mochtar Lubis Moh. Jauhar al-Hakimi Mohammad Afifi Mohammad Yamin Much. Khoiri Muhammad Fauzi Muhammad Muhibbuddin Muhammad Ridwan Muhammad Subarkah Muhammad Walidin Muhammad Yasir Muhyiddin Mukhsin Amar Munawir Aziz Musa Ismail Mustamin Almandary N Teguh Prasetyo Nadine Gordimer Nara Ahirullah Nelson Alwi Nikita Mirzani Nirwan Ahmad Arsuka Nizar Qabbani Nugroho Sukmanto Nurani Soyomukti Nurel Javissyarqi Nuruddin Asyhadie Nurul Komariyah Ocehan Onghokham Otto Sukatno CR Pamela Allen Pameran Parakitri T. Simbolon Pelukis Pendidikan Penggalangan Dana Peta Provinsi Sulawesi Barat Polewali Pondok Pesantren Al-Madienah Pondok Pesantren Salafiyah Karossa Pramoedya Ananta Toer Pramuka Prasetyo Agung Pringadi AS Pringgo HR Priska Prosa Pudyo Saptono Puisi Puput Amiranti N Pustaka Ilalang PUstaka puJAngga Putu Fajar Arcana Putu Setia Putu Wijaya R Sutandya Yudha Khaidar R. Timur Budi Raja Radhar Panca Dahana Raedu Basha Ragdi F. Daye Rahmadi Usman Rahmat Sudirman Rahmat Sutandya Yudhanto Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rama Prabu Ratnani Latifah Raudal Tanjung Banua Reiny Dwinanda Remy Sylado Resensi Riadi Ngasiran Rian Harahap Ribut Wijoto Rida K Liamsi Riki Fernando Rofiqi Hasan Ronny Agustinus Rozi Kembara Rusydi Zamzami Rx King Motor S Yoga S. Jai Sabrank Suparno Safar Nurhan Saini K.M. Sajak Salman Rusydie Anwar Salman S Yoga Samsul Anam Sapardi Djoko Damono Sapto Hoedojo Sasti Gotama Sastra Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sejarah Seni Rupa Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sirajudin Siswoyo Sitok Srengenge Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sonia Sosiawan Leak Sukitman Sulawesi Selatan Sunaryono Basuki Ks Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Suriali Andi Kustomo Suryanto Sastroatmodjo Susi Ivvaty Susianna Sutan Takdir Alisjahbana Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Syaifuddin Gani Syamsudin Noer Moenadi Syihabuddin Qalyubi Syu’bah Asa Tari Bamba Manurung Tari Bulu Londong Tari Ma’Bundu Tari Mappande Banua Tari Patuddu Tari Salabose Daeng Poralle Tari Sayyang Pattuqduq Tari Toerang Batu Tata Chacha Tatan Daniel Taufik Ikram Jamil Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teater Teddi Muhtadin Teguh Setiawan Pinang Teguh Winarsho AS Tenas Effendy Tengsoe Tjahjono Tenni Purwanti Tito Sianipar Tjahjono Widijanto Toeti Heraty Tosiani Tri Wahono Udin Badruddin Udo Z. Karzi Umar Fauzi Ballah Umar Kayam Umbu Landu Paranggi Usman Arrumy UU Hamidy Uwell's King Shop Uwell's Setiawan W.S. Rendra Wahib Muthalib Wahyudi Akmaliah Muhammad Wan Anwar Wawancara Wayan Sunarta Welly Kuswanto Wicaksono Wicaksono Adi Wilson Nadeak Wisata Yohanes Sehandi Yonatan Raharjo Yopie Setia Umbara Yosephine Maryati Yudhis M. Burhanudin Yukio Mishima Yurnaldi Zamakhsyari Abrar