Sunday, May 9, 2021

CERITA-CERITA SILAT KHO PING HOO

Aprinus Salam *
 
Cerita silat itu salah satu genre sastra (prosa). Setiap genre sastra selalu ada pengikutnya/pembacanya. Dalam genre silat itu, masih terdapat sub-sub genre lagi. Ada cerita silat sub-genre roman, detektif, sejarah, dan sebagainya, dengan selingan humor, percintaan, seks, teknologi persenjataan dan silat itu sendiri, politik, filsafat, dan etika.
 
Kadar budaya cerita silat cukup kental, karena cerita silat selalu berbasis budaya lokal tempat cerita silat itu diceritakan.
 
Apalagi cerita silat, dunia kong ouw, selalu punya aturan sendiri. Dari cerita silat Kho Ping Hoo kita menjadi tahu bagaiama etik persilatan, pengobatan, dan etika, filsafat, dan budaya Cina. Hal etik tampaknya selaras dengan budaya di Indonesia. Hal filsafat dan budaya juga banyak kesamaan dengan masyarakat Indonesia yang dekat dengan hal-hal spritual, mitos-mitos, gabungan antara realisme dan magisme.
 
Cerita silat juga memberi pelajaran kepada kita tentang teknologi tradisional yang sangat eksak dalam pengobatan. Cerita silat Kho Ping Hoo itu lebih dekat dengan realisme magis seperti yang dikenal sekarang. Dalam arti, tidak justru tidak ada batas yang jelas mana yang magis mana yang realis.
 
Pada masanya, cerita silat Kho Ping Hoo sangat banyak pembacanya, bahkan sebagian mungkin fanatik. Semagat kekesatriaan, kejujuran, ketekunan, kesetiaan, kerja keras, berbakti pada orang tua, bangsa, dan negara, sangat didorong oleh cersil-cersil Kho Ping Hoo.
 
Dari setting waktu, dalam beberapa cersil tidak berkesesuaian. Misal dalam kisah Pendekar Pulau Es yang diperkirakan abad ke 16, masih ada tokoh dari abad ke-13. Dalam prosa fiksi, tidak ada masalah hal yang diceritakan itu sesuai dengan fakta-fakta atau tidak. Fiksi adalah dunia tersendiri, dunia alternatif, dunia apropriasi, dan sekaligus sebagai model atau tandingan terhadap kehidupan.
 
Fiksi itu, seperti iya seperti tidak. Hal yang penting dari fiksi adalah bagaimana fiksi memberi pengalaman yang bermakna dan inspiratif bagi kita untuk mengarungi kehidupan.
 
Serial Seruling Mas, dengan episode-episode  dari Bu Kek Siansu, seri Pendekar Pulau Es, Kisah Pendekar Pulau Es, dan sebagainya (bisa dilihat di google), sangat memberi pelajaran kepada saya untuk dan terhadap hidup yang asketik.
 
Kho Ping Hoo selalu merasionalisasi kisahnya yang tidak hanya menyentuh pikiran, tetapi juga perasaan, sehingga banyak hal pelajaran etik dan filsafat saya pelajari dari cersilnya.
 
Dalam kadar realisme magis yang dibangunnya secara khas, tidak ada masalah nama yang fakta dan mana yang fiktif, mana realis dan mana yang magis. Berbagai dikotomi itu hidup dan lebur dalam kehidupan kita yang sesungguhnya.
 
Cerita fiksi bisa mengambil latar (dalam dimensi sosial, waktu, dan tempat), dari mana saja dan tempat apa saja. Pada masa Orde Baru memang ada semacam “tekanan” terhadap Tionghoa, atau ke-Cinaan.
 
Akan tetapi, justru cersil Kho Ping Hoo memiliki keleluasaan mengapresiasikan ke-Tionghoaan ke masyarakat Indonesia secara populer. Hal ini juga dikarenakan banyak cersil dianggap fiksi populer yang ringan, menghibur, dan sama sekali tidak berbahaya, terutama bagi Orde Baru.
 
Asumsi-asumsi yang kurang pas itu justru menempatkan cersil Kho Ping Hoo menjadi lebih strategis dalam konstelasi dan struktur prosa fiksi  di Indonesia.
 
Kita akan mengalami masalah dalam menguji alur fiksi dan alur dalam fakta-fakta sejarah. Mungkin kajian itu penting jika data-datanya lengkap. Dari perbedaan tersebut baru kita ketahui, makna perbedaan alur antara fiksi dan fakta.
 
Yang perlu dipahami adalah alur itu strategi menulis. Rangkaian fakta sejarah berjalan dalam prosesnya sendiri. Alur fiksi juga dalam rangkaiannya sendiri.
 
Secara teknis, cersil Kho Ping Hoo sangat konvensional, walaupun ada permainan alur, tetai secara teknis bisa dipahami dan dikenali oleh pembaca awam sekalipun. Hal yang membuat cersilnya menjadi khas adalah ramuan percintaan, politik, ilmu kesehatan, filsafat, etika, di satu sisi, dan birahi, kelicikan, kemunafikan, nafsu kekuasaan, yang dilebur dalam praktik hidup sehari-hari yang seolah-olah kita juga mengalaminya.
 
Secara emosi, dalam kondisi itu seolah kita dipaksa memilih, mau menjalani hidup seperti pendekar yang satria atau ingin menjadi pecundang.
 
Dalam rentang waktu dan proses-proses sosial yang berjalan, akan muncul pengarang dan penulis-penulis baru. Setiap zaman, dalam semangat yang berbeda, akan menuntut genre kepenulisan fiksi tersendiri. Setiap masa memiliki rezim diskursif yang ikut mengondisikan bagaimana penulis-penulis muncul.
 
Cerita silat akan muncul dalam dimensi yang berbeda, terutama terdapat semangat dekonstruksi terhadap sejarah, dan sekaligus “mempermainkan” sejarah. Sejarah menjadi fiksi itu sendiri, dan fiksi menjadi sejarah itu sendiri.
 
9 Mei 2021 Yogyakarta

*) Dr. Aprinus Salam, M. Hum., Sastrawan kelahiran Riau, 7 April 1965. Dosen FIB UGM, Kepala Pusat Studi Kebudayaan UGM sejak 2013, Anggota Senat Akademik UGM 2012-2016, Konsultan Ahli Dinas Kebudayaan DIY (2013-2016). Pendidikan S1, Bahasa dan Sastra Indonesia FIB UGM (Lulus 1992), S2 Program Studi Sastra Pasca Sarjana UGM (Lulus 2002, salah satu wisudawan terbaik), S3 Program Studi Sastra (Program Studi Ilmu-Ilmu Humaniora, Pascasarjana FIB UGM, lulus 2010). http://sastra-indonesia.com/2021/05/cerita-cerita-silat-kho-ping-hoo/

No comments:

Post a Comment

A. Anzieb A. Muttaqin A. Qorib Hidayatullah A. Rifqi Hidayat A. Rodhi Murtadho A. Syauqi Sumbawi A.J. Susmana A.S. Laksana A'yat Khalili Abdul Hadi WM Abdul Hopid Abdul Kirno Tanda Abdul Wachid B.S. Acep Zamzam Noor Afrizal Malna Aguk Irawan MN Agus B. Harianto Agus Dermawan T. Agus Noor Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Sri Danardana Agus Sunyoto Agus Wibowo Agusri Junaidi Ahda Imran Ahid Hidayat Ahmad Muchlish Amrin Ahmadun Yosi Herfanda Ajip Rosidi Akhmad Sekhu Akhudiat Ali Audah Alim Bakhtiar Alunk Estohank Amien Kamil Amien Wangsitalaja Aming Aminoedhin Amir Hamzah Ana Mustamin Andhika Mappasomba Andi Achdian Andrenaline Katarsis Anjrah Lelono Broto Anton Wahyudi Anwar Holid Aprinus Salam Arafat Nur Ardy Kresna Crenata Arie MP Tamba Arief Budiman Ariel Heryanto Arif Wibowo Arman A.Z. Arsyad Indradi Aryadi Mellas Aryo Bhawono Asap Studio Asarpin Asep Rahmat Hidayat Asep Sambodja Aulia A Muhammad Awalludin GD Mualif B Kunto Wibisono Badaruddin Amir Balada Bambang Kempling Bambang Soebendo Banjir Bandang Beni Setia Benny Arnas Benny Benke Berita Berita Duka Bernando J. Sujibto Binhad Nurrohmat Boy Mihaballo Budaya Budi Darma Budi P. Hatees Bustan Basir Maras Catatan Cerbung Cerpen Chairil Gibran Ramadhan D. Zawawi Imron D.N. Aidit Daisy Priyanti Dandy Bayu Bramasta Daniel Dhakidae Dareen Tatour Dea Anugrah Dedy Sufriadi Dedy Tri Riyadi Deni Ahmad Fajar Deni Jazuli Denny JA Denny Mizhar Desti Fatin Fauziyyah Dewi Sartika Dhanu Priyo Prabowo Dharmadi Diah Budiana Dian Hartati Didin Tulus Djoko Pitono Djoko Saryono Donny Anggoro Dwi Pranoto Echa Panrita Lopi Eddi Koben Edy A Effendi Edy Firmansyah Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Darmoko Eko Faizin Emha Ainun Nadjib Enda Menzies Erlina P. Lestari Erwin Dariyanto Esai Esti Ambirati Evi Idawati Evi Sefiani F. Daus AR F. Rahardi Fahrudin Nasrulloh Faisal Kamandobat Fajar Alayubi Fakhrunnas MA Jabbar Fandy Hutari Farah Noersativa Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Faza Bina Al-Alim Felix K. Nesi Ferdian Ananda Majni Fian Firatmaja Gampang Prawoto Gema Erika Nugroho Goenawan Mohamad Gola Gong Gombloh Grathia Pitaloka Gunawan Budi Susanto Gunawan Maryanto Gus Noy H.B. Jassin Hairus Salim Hamka Hamsad Rangkuti Hari Murti Haris Firdaus Harry Aveling Hasan Aspahani Hasif Amini HE. Benyamine Hendri Yetus Siswono Herman Syahara Hermien Y. Kleden Holy Adib Huda S Noor Hudan Hidayat Hudan Nur Humam S Chudori Husni Hamisi I G.G. Maha Adi Iberamsyah Barbary Ida Fitri Idealisa Masyrafina Idrus Ignas Kleden Ikarisma Kusmalina Ike Ayuwandari Ilham Ilham Khoiri Imam Cahyono Imam Muhayat Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Tohari Indria Pamuhapsari Indrian Koto Irfan Sholeh Fauzi Isbedy Stiawan Z.S. J.J. Kusni Jadid Al Farisy Jajang R Kawentar Jakob Oetama Jalaluddin Rakhmat Jansen H. Sinamo Joni Ariadinata K.H. Bisri Syansuri K.H. M. Najib Muhammad Kahfi Ananda Giatama Kahfie Nazaruddin Kho Ping Hoo Kika Dhersy Putri Kitab Para Malaikat Kritik Sastra Kucing Oren Kunni Masrohanti Kuswinarto L.K. Ara Lagu Laksmi Shitaresmi Lan Fang Latief S. Nugraha Leila S. Chudori Leo Tolstoy Leon Agusta Lesbumi Yogyakarta Lily Yulianti Farid Linda Christanty Linda Sarmili Lukisan Lutfi Mardiansyah Luwu Utara M. Aan Mansyur M. Faizi M. Raudah Jambak M. Shoim Anwar M.D. Atmaja M’Shoe Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Majene Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mamasa Mamuju Mardi Luhung Marhalim Zaini Maroeli Simbolon Martin Aleida Masamba Mashuri Media KAMA_PO Melani Budianta Mihar Harahap Misbahus Surur Mochtar Lubis Moh. Jauhar al-Hakimi Mohammad Afifi Mohammad Yamin Much. Khoiri Muhammad Fauzi Muhammad Muhibbuddin Muhammad Ridwan Muhammad Subarkah Muhammad Walidin Muhammad Yasir Muhyiddin Mukhsin Amar Munawir Aziz Musa Ismail Mustamin Almandary N Teguh Prasetyo Nadine Gordimer Nara Ahirullah Nelson Alwi Nikita Mirzani Nirwan Ahmad Arsuka Nizar Qabbani Nugroho Sukmanto Nurani Soyomukti Nurel Javissyarqi Nuruddin Asyhadie Nurul Komariyah Ocehan Onghokham Otto Sukatno CR Pamela Allen Pameran Parakitri T. Simbolon Pelukis Pendidikan Penggalangan Dana Peta Provinsi Sulawesi Barat Polewali Pondok Pesantren Al-Madienah Pondok Pesantren Salafiyah Karossa Pramoedya Ananta Toer Pramuka Prasetyo Agung Pringadi AS Pringgo HR Priska Prosa Pudyo Saptono Puisi Puput Amiranti N Pustaka Ilalang PUstaka puJAngga Putu Fajar Arcana Putu Setia Putu Wijaya R Sutandya Yudha Khaidar R. Timur Budi Raja Radhar Panca Dahana Raedu Basha Ragdi F. Daye Rahmadi Usman Rahmat Sudirman Rahmat Sutandya Yudhanto Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rama Prabu Ratnani Latifah Raudal Tanjung Banua Reiny Dwinanda Remy Sylado Resensi Riadi Ngasiran Rian Harahap Ribut Wijoto Rida K Liamsi Riki Fernando Rofiqi Hasan Ronny Agustinus Rozi Kembara Rusydi Zamzami Rx King Motor S Yoga S. Jai Sabrank Suparno Safar Nurhan Saini K.M. Sajak Salman Rusydie Anwar Salman S Yoga Samsul Anam Sapardi Djoko Damono Sapto Hoedojo Sasti Gotama Sastra Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sejarah Seni Rupa Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sirajudin Siswoyo Sitok Srengenge Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sonia Sosiawan Leak Sukitman Sulawesi Selatan Sunaryono Basuki Ks Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Suriali Andi Kustomo Suryanto Sastroatmodjo Susi Ivvaty Susianna Sutan Takdir Alisjahbana Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Syaifuddin Gani Syamsudin Noer Moenadi Syihabuddin Qalyubi Syu’bah Asa Tari Bamba Manurung Tari Bulu Londong Tari Ma’Bundu Tari Mappande Banua Tari Patuddu Tari Salabose Daeng Poralle Tari Sayyang Pattuqduq Tari Toerang Batu Tata Chacha Tatan Daniel Taufik Ikram Jamil Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teater Teddi Muhtadin Teguh Setiawan Pinang Teguh Winarsho AS Tenas Effendy Tengsoe Tjahjono Tenni Purwanti Tito Sianipar Tjahjono Widijanto Toeti Heraty Tosiani Tri Wahono Udin Badruddin Udo Z. Karzi Umar Fauzi Ballah Umar Kayam Umbu Landu Paranggi Usman Arrumy UU Hamidy Uwell's King Shop Uwell's Setiawan W.S. Rendra Wahib Muthalib Wahyudi Akmaliah Muhammad Wan Anwar Wawancara Wayan Sunarta Welly Kuswanto Wicaksono Wicaksono Adi Wilson Nadeak Wisata Yohanes Sehandi Yonatan Raharjo Yopie Setia Umbara Yosephine Maryati Yudhis M. Burhanudin Yukio Mishima Yurnaldi Zamakhsyari Abrar