Judul Buku: Senyap yang Lebih Nyaring
Penulis: Eka Kurniawan
Penerbit: Circa
Catakan: Pertama, 2019
Tebal: xii + 352 halaman
Peresensi: Sirajudin
trunojoyo.ac.id, 6 Okt 2019
Senyap membuat pengalaman melangkah lebih jauh, dan, ketika itu mati,
memberinya martabat sebagaimana sesuatu yang kita sentuh dan tak lenyap.
Apa kerja penulis? Iya, secara umum tugas penulis dan intelektual ialah
bersuara. Namun Eka, dalam salah satu tulisan di buku ini, meruntut tabir
sejarah mengenai penulis yang memilih untuk memberi pesan dalam bisu. Mereka
memilih diam, dari pada getol berdebat dan menciptakan polemik yang tak
berkesudahan sebagaimana banyak dilakukan kaum intelek masa itu.
Eka mengingatkan kita pada peristiwa yang menimpa Gabriel Garcia Marquez
dan Mario Vargas Llosa. Dimana pada suatu malam tanpa sebab yang jelas, mereka
saling terlibat adu jotos. Namun, apa yang menyebabkan dua raksasa kesusastraan
itu saling bertikai? Mereka, sampai akhir hayatnya memilih diam.
Kesenyapan juga pernah melingkupi Albert Camus dan Jean Paul Sarte. Kita
tahu, dalam sejarah tak ada yang menyangka kalau dua sahabat yang amat dekat
itu memilih jalan untuk saling membisu. Yang semakin membuat haru, perseteruan
ini terjadi di ujung-ujung usia Camus. Sejak kedua tokoh itu memiliki pandangan
yang berbeda terkait perang di Afghanistan, konflik semakin meruncing. Hingga pada
suatu hari, Camus tewas dalam sebuah kecelakaan mobil.
Diamnya Camus, dikenang oleh Sarte dalam obituari yang dibacakan olehnya.
Sarte mengakui kalau mereka bertengkar, ia menghormati keputusan Camus untuk
diam. Akan tetapi, di setiap pagi, ia selalu bertanya, apa yang dipikirkan
Camus ketika membaca koran hari itu, kadang ia juga mengaku kalau kebisuan
Camus juga menyakitkan. Sarte yakin, suatu hari Camus akan bicara, Camus akan
berubah sebagaimana dunia berubah. Tetapi ia salah, sampai akhir hayatnya Camus
tetap membisu. Kebisuan yang terdengar nyaring, yang menggema panjang bahkan
hingga hari ini.
Lalu, kembali pada pertanyaan awal; apa tugas penulis? Bagi Eka sendiri, di tengah kebisingan dan
semua orang bisa bersuara, tugas penulis adalah diam. Ada saatnya penulis harus
diam, menutup mulut dan berpikir lebih panjang. Sebab senyap, kata Eka, sering
kali memberi pesan yang lebih nyaring dari apa pun.
Eka kurniawan merupakan seorang penulis kelahiran Tasikmalaya 1975,
karyanya Cantik itu Luka sudah diterjemahkan ke berbagai bahasa. Buku ini
sendiri merupakan kumpulan dari tulisan-tulisannya yang diposting di weblog
atau blog. Ditulis dari rentang waktu
2012 sampai dengan 2014, buku ini memuat sekitar 109 tulisan. Tulisan-tulisan
tersebut berupa resensi, pandangan penulis terhadap kesusastraan serta beberapa
tips tekait menulis dan membaca.
Tulisan-tulisan di Blognya, bagi Eka tak ubah remah-remah roti yang ditabur
Hansel dan Gretel sebagai penanda. Sebab kenangan –atau sesuatu yang hendak
kita ingat – dari sebuah buku harus bersaing dengan nomer telepon, nama
kenalan, pembayaran tagihan, atau materi kuliah di kepala kita. Sedang kenangan
itu adalah sebuah hal yang membuat candu. Percakapan antar tokoh, adegan demi
adegan di setiap plot, atau gambaran tokoh, menjadi sensasi tersendiri. Sensasi
itulah yang membuat sebuah buku menjadi kenikmatan bagi pembacanya.
Maka blog adalah medium bagi Eka untuk mengekalkan sensasi itu. Remah-remah
roti yang ditaburnya itu, kelak yang akan ia cari di sepanjang perjalanan
hidupnya, sebagaimana yang dilakukan oleh Hensel dan Gratel.
Membaca buku ini, sama dengan mengintip ruang-ruang imaji seorang Eka
Kurniawan. Lewat jurnal-jurnalnya, sedikit banyak kita dapat melihat gambaran
mengenai proses kreatif Eka dalam dunia kepenulisan. Tulisan-tulisan yang
terdiri dari satu paragraf dengan lima ratus sampai enam ratus kata tersebut,
berhasil menjadi remah-remah yang ditabur penulis. Sehingga, bukan hanya Eka
yang dapat menengok kembali jalan yang telah dilaluinya, tetapi kita sebagai
pembaca bisa mengerti kemana Eka melangkah.
Di samping semua itu, ada hal menarik dari seorang Eka Kurniawan. Dalam
satu tulisannya, ia mempertanyakan, apakah bacaan kita tumbuh dengan
semestinya? Menjadi pembaca yang dewasa, menurutnya tidak hanya ditentukan oleh
bacaan yang dipegang. Bagi Eka, yang terilhami oleh wawancara Javier Marias,
dewasa adalah ketika seorang pembaca dapat menentukan kemana ia akan tumbuh.
Buku-buku model apa yang harus dibaca sekarang, besok, dan selanjutnya.
Dari sana, Eka kemudian mencoba membaca karya-karya kontemporer karya
penulis kelahiran tahun ’50 ke atas. Dalam satu tahun ia melahap karya-karya
penulis, katakanlah, Enrique Vila-Matas, Cormac McCarthy, Miguel Syjuco,
Michael Houellebecq, Javier Marias, Caesar Aira, dan Andrey Kurkov.
Tahun berikutnya, sesuai dengan target yang telah ditentukan, ia kembali
membaca karya-karya klasik macam Don Qijote-nya Carvantes, membaca karya-karya
Gabriel Garcia Maquez, kumpulan cerpen dari penulis Prancis, Maupassant ataupun
penulis Rusia Dosteyovsky. Bahkan Eka juga membaca Aristoteles, Clairice
Lispector, dan karya-karya penulis Amerika dari generasi El Boom.
Yang juga tidak dapat dikesampingkan dari seorang Eka Kurniawan adalah
pandangannya mengenai dunia kesusastraan. Beberapa jurnalnya merekam komentar
Eka terkait perkembangan dan jalannya kesusastraan di Indonesia, khususnya. Eka
bahkan mengkritik redaksi dari Surat Kepercayaan Gelanggang yang mengatakan
kalau kami –Seniman Gelanggang, merupakan ahli waris kebudayaan dunia yang sah.
Redaksi ahli waris dalam perspektik wirausaha, mengasosiasikan sebagai penerima
enaknya saja. Orang tua yang berusaha, ahli waris yang menikmati. Lebih jauh,
Eka Kurniawan memandang manifesto tersebut merupakan cerminan dari sebuah
jiwa-jiwa bermental tempe, jiwa inferior yang tak berani bertarung di kelas
berat.
Selain membicarakan sastra, Eka juga mebicarakan hal lain seperti
pengalaman hidup, pelajaran yang di dapat di satu hari, namun dari semua
tulisan yang dibahasanya merucut kepada pembahasan sastra. Kemudian terakhir,
pelajaran yang berharga dari Eka mengenai baragamnya karya sastra yang ada di
pasaran. Baginya, hanya ada dua jenis karya sastra di dunia ini, yang kita
sukai dan yang tidak kita sukai. Lalu, apakah karya sastra yang tidak kita
sukai itu buruk? Belum tentu!
***
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
A. Anzieb
A. Muttaqin
A. Qorib Hidayatullah
A. Rifqi Hidayat
A. Rodhi Murtadho
A. Syauqi Sumbawi
A.J. Susmana
A.S. Laksana
A'yat Khalili
Abdul Hadi WM
Abdul Hopid
Abdul Kirno Tanda
Abdul Wachid B.S.
Acep Zamzam Noor
Afrizal Malna
Aguk Irawan MN
Agus B. Harianto
Agus Dermawan T.
Agus Noor
Agus R. Sarjono
Agus R. Subagyo
Agus Sri Danardana
Agus Sunyoto
Agus Wibowo
Agusri Junaidi
Ahda Imran
Ahid Hidayat
Ahmad Muchlish Amrin
Ahmadun Yosi Herfanda
Ajip Rosidi
Akhmad Sekhu
Akhudiat
Ali Audah
Alim Bakhtiar
Alunk Estohank
Amien Kamil
Amien Wangsitalaja
Aming Aminoedhin
Amir Hamzah
Ana Mustamin
Andhika Mappasomba
Andi Achdian
Andrenaline Katarsis
Anjrah Lelono Broto
Anton Wahyudi
Anwar Holid
Aprinus Salam
Arafat Nur
Ardy Kresna Crenata
Arie MP Tamba
Arief Budiman
Ariel Heryanto
Arif Wibowo
Arman A.Z.
Arsyad Indradi
Aryadi Mellas
Aryo Bhawono
Asap Studio
Asarpin
Asep Rahmat Hidayat
Asep Sambodja
Aulia A Muhammad
Awalludin GD Mualif
B Kunto Wibisono
Badaruddin Amir
Balada
Bambang Kempling
Bambang Soebendo
Banjir Bandang
Beni Setia
Benny Arnas
Benny Benke
Berita
Berita Duka
Bernando J. Sujibto
Binhad Nurrohmat
Boy Mihaballo
Budaya
Budi Darma
Budi P. Hatees
Bustan Basir Maras
Catatan
Cerbung
Cerpen
Chairil Gibran Ramadhan
D. Zawawi Imron
D.N. Aidit
Daisy Priyanti
Dandy Bayu Bramasta
Daniel Dhakidae
Dareen Tatour
Dea Anugrah
Dedy Sufriadi
Dedy Tri Riyadi
Deni Ahmad Fajar
Deni Jazuli
Denny JA
Denny Mizhar
Desti Fatin Fauziyyah
Dewi Sartika
Dhanu Priyo Prabowo
Dharmadi
Diah Budiana
Dian Hartati
Didin Tulus
Djoko Pitono
Djoko Saryono
Donny Anggoro
Dwi Pranoto
Echa Panrita Lopi
Eddi Koben
Edy A Effendi
Edy Firmansyah
Eka Budianta
Eka Kurniawan
Eko Darmoko
Eko Faizin
Emha Ainun Nadjib
Enda Menzies
Erlina P. Lestari
Erwin Dariyanto
Esai
Esti Ambirati
Evi Idawati
Evi Sefiani
F. Daus AR
F. Rahardi
Fahrudin Nasrulloh
Faisal Kamandobat
Fajar Alayubi
Fakhrunnas MA Jabbar
Fandy Hutari
Farah Noersativa
Fatah Anshori
Fatah Yasin Noor
Faza Bina Al-Alim
Felix K. Nesi
Ferdian Ananda Majni
Fian Firatmaja
Gampang Prawoto
Gema Erika Nugroho
Goenawan Mohamad
Gola Gong
Gombloh
Grathia Pitaloka
Gunawan Budi Susanto
Gunawan Maryanto
Gus Noy
H.B. Jassin
Hairus Salim
Hamka
Hamsad Rangkuti
Hari Murti
Haris Firdaus
Harry Aveling
Hasan Aspahani
Hasif Amini
HE. Benyamine
Hendri Yetus Siswono
Herman Syahara
Hermien Y. Kleden
Holy Adib
Huda S Noor
Hudan Hidayat
Hudan Nur
Humam S Chudori
Husni Hamisi
I G.G. Maha Adi
Iberamsyah Barbary
Ida Fitri
Idealisa Masyrafina
Idrus
Ignas Kleden
Ikarisma Kusmalina
Ike Ayuwandari
Ilham
Ilham Khoiri
Imam Cahyono
Imam Muhayat
Imam Nawawi
Imamuddin SA
Iman Budhi Santosa
Imron Tohari
Indria Pamuhapsari
Indrian Koto
Irfan Sholeh Fauzi
Isbedy Stiawan Z.S.
J.J. Kusni
Jadid Al Farisy
Jajang R Kawentar
Jakob Oetama
Jalaluddin Rakhmat
Jansen H. Sinamo
Joni Ariadinata
K.H. Bisri Syansuri
K.H. M. Najib Muhammad
Kahfi Ananda Giatama
Kahfie Nazaruddin
Kho Ping Hoo
Kika Dhersy Putri
Kitab Para Malaikat
Kritik Sastra
Kucing Oren
Kunni Masrohanti
Kuswinarto
L.K. Ara
Lagu
Laksmi Shitaresmi
Lan Fang
Latief S. Nugraha
Leila S. Chudori
Leo Tolstoy
Leon Agusta
Lesbumi Yogyakarta
Lily Yulianti Farid
Linda Christanty
Linda Sarmili
Lukisan
Lutfi Mardiansyah
Luwu Utara
M. Aan Mansyur
M. Faizi
M. Raudah Jambak
M. Shoim Anwar
M.D. Atmaja
M’Shoe
Mahmud Jauhari Ali
Mahwi Air Tawar
Majene
Malkan Junaidi
Maman S. Mahayana
Mamasa
Mamuju
Mardi Luhung
Marhalim Zaini
Maroeli Simbolon
Martin Aleida
Masamba
Mashuri
Media KAMA_PO
Melani Budianta
Mihar Harahap
Misbahus Surur
Mochtar Lubis
Moh. Jauhar al-Hakimi
Mohammad Afifi
Mohammad Yamin
Much. Khoiri
Muhammad Fauzi
Muhammad Muhibbuddin
Muhammad Ridwan
Muhammad Subarkah
Muhammad Walidin
Muhammad Yasir
Muhyiddin
Mukhsin Amar
Munawir Aziz
Musa Ismail
Mustamin Almandary
N Teguh Prasetyo
Nadine Gordimer
Nara Ahirullah
Nelson Alwi
Nikita Mirzani
Nirwan Ahmad Arsuka
Nizar Qabbani
Nugroho Sukmanto
Nurani Soyomukti
Nurel Javissyarqi
Nuruddin Asyhadie
Nurul Komariyah
Ocehan
Onghokham
Otto Sukatno CR
Pamela Allen
Pameran
Parakitri T. Simbolon
Pelukis
Pendidikan
Penggalangan Dana
Peta Provinsi Sulawesi Barat
Polewali
Pondok Pesantren Al-Madienah
Pondok Pesantren Salafiyah Karossa
Pramoedya Ananta Toer
Pramuka
Prasetyo Agung
Pringadi AS
Pringgo HR
Priska
Prosa
Pudyo Saptono
Puisi
Puput Amiranti N
Pustaka Ilalang
PUstaka puJAngga
Putu Fajar Arcana
Putu Setia
Putu Wijaya
R Sutandya Yudha Khaidar
R. Timur Budi Raja
Radhar Panca Dahana
Raedu Basha
Ragdi F. Daye
Rahmadi Usman
Rahmat Sudirman
Rahmat Sutandya Yudhanto
Rakai Lukman
Rakhmat Giryadi
Rama Prabu
Ratnani Latifah
Raudal Tanjung Banua
Reiny Dwinanda
Remy Sylado
Resensi
Riadi Ngasiran
Rian Harahap
Ribut Wijoto
Rida K Liamsi
Riki Fernando
Rofiqi Hasan
Ronny Agustinus
Rozi Kembara
Rusydi Zamzami
Rx King Motor
S Yoga
S. Jai
Sabrank Suparno
Safar Nurhan
Saini K.M.
Sajak
Salman Rusydie Anwar
Salman S Yoga
Samsul Anam
Sapardi Djoko Damono
Sapto Hoedojo
Sasti Gotama
Sastra
Satmoko Budi Santoso
Saut Situmorang
Sejarah
Seni Rupa
Sigit Susanto
Sihar Ramses Simatupang
Sirajudin
Siswoyo
Sitok Srengenge
Sofyan RH. Zaid
Soni Farid Maulana
Sonia
Sosiawan Leak
Sukitman
Sulawesi Selatan
Sunaryono Basuki Ks
Sunlie Thomas Alexander
Sunu Wasono
Suriali Andi Kustomo
Suryanto Sastroatmodjo
Susi Ivvaty
Susianna
Sutan Takdir Alisjahbana
Sutardji Calzoum Bachri
Sutejo
Syaifuddin Gani
Syamsudin Noer Moenadi
Syihabuddin Qalyubi
Syu’bah Asa
Tari Bamba Manurung
Tari Bulu Londong
Tari Ma’Bundu
Tari Mappande Banua
Tari Patuddu
Tari Salabose Daeng Poralle
Tari Sayyang Pattuqduq
Tari Toerang Batu
Tata Chacha
Tatan Daniel
Taufik Ikram Jamil
Taufiq Ismail
Taufiq Wr. Hidayat
Teater
Teddi Muhtadin
Teguh Setiawan Pinang
Teguh Winarsho AS
Tenas Effendy
Tengsoe Tjahjono
Tenni Purwanti
Tito Sianipar
Tjahjono Widijanto
Toeti Heraty
Tosiani
Tri Wahono
Udin Badruddin
Udo Z. Karzi
Umar Fauzi Ballah
Umar Kayam
Umbu Landu Paranggi
Usman Arrumy
UU Hamidy
Uwell's King Shop
Uwell's Setiawan
W.S. Rendra
Wahib Muthalib
Wahyudi Akmaliah Muhammad
Wan Anwar
Wawancara
Wayan Sunarta
Welly Kuswanto
Wicaksono
Wicaksono Adi
Wilson Nadeak
Wisata
Yohanes Sehandi
Yonatan Raharjo
Yopie Setia Umbara
Yosephine Maryati
Yudhis M. Burhanudin
Yukio Mishima
Yurnaldi
Zamakhsyari Abrar
No comments:
Post a Comment