Wednesday, April 28, 2021

Mengikuti Remah-remah Eka Kurniawan dalam Senyap yang Lebih Nyaring

Judul Buku: Senyap yang Lebih Nyaring
Penulis: Eka Kurniawan
Penerbit: Circa
Catakan: Pertama, 2019
Tebal: xii + 352 halaman
Peresensi: Sirajudin
trunojoyo.ac.id, 6 Okt 2019
 
Senyap membuat pengalaman melangkah lebih jauh, dan, ketika itu mati, memberinya martabat sebagaimana sesuatu yang kita sentuh dan tak lenyap.
 
Apa kerja penulis? Iya, secara umum tugas penulis dan intelektual ialah bersuara. Namun Eka, dalam salah satu tulisan di buku ini, meruntut tabir sejarah mengenai penulis yang memilih untuk memberi pesan dalam bisu. Mereka memilih diam, dari pada getol berdebat dan menciptakan polemik yang tak berkesudahan sebagaimana banyak dilakukan kaum intelek masa itu.
 
Eka mengingatkan kita pada peristiwa yang menimpa Gabriel Garcia Marquez dan Mario Vargas Llosa. Dimana pada suatu malam tanpa sebab yang jelas, mereka saling terlibat adu jotos. Namun, apa yang menyebabkan dua raksasa kesusastraan itu saling bertikai? Mereka, sampai akhir hayatnya memilih diam.
 
Kesenyapan juga pernah melingkupi Albert Camus dan Jean Paul Sarte. Kita tahu, dalam sejarah tak ada yang menyangka kalau dua sahabat yang amat dekat itu memilih jalan untuk saling membisu. Yang semakin membuat haru, perseteruan ini terjadi di ujung-ujung usia Camus. Sejak kedua tokoh itu memiliki pandangan yang berbeda terkait perang di Afghanistan, konflik semakin meruncing. Hingga pada suatu hari, Camus tewas dalam sebuah kecelakaan mobil.
 
Diamnya Camus, dikenang oleh Sarte dalam obituari yang dibacakan olehnya. Sarte mengakui kalau mereka bertengkar, ia menghormati keputusan Camus untuk diam. Akan tetapi, di setiap pagi, ia selalu bertanya, apa yang dipikirkan Camus ketika membaca koran hari itu, kadang ia juga mengaku kalau kebisuan Camus juga menyakitkan. Sarte yakin, suatu hari Camus akan bicara, Camus akan berubah sebagaimana dunia berubah. Tetapi ia salah, sampai akhir hayatnya Camus tetap membisu. Kebisuan yang terdengar nyaring, yang menggema panjang bahkan hingga hari ini.
 
Lalu, kembali pada pertanyaan awal; apa tugas penulis?  Bagi Eka sendiri, di tengah kebisingan dan semua orang bisa bersuara, tugas penulis adalah diam. Ada saatnya penulis harus diam, menutup mulut dan berpikir lebih panjang. Sebab senyap, kata Eka, sering kali memberi pesan yang lebih nyaring dari apa pun.
 
Eka kurniawan merupakan seorang penulis kelahiran Tasikmalaya 1975, karyanya Cantik itu Luka sudah diterjemahkan ke berbagai bahasa. Buku ini sendiri merupakan kumpulan dari tulisan-tulisannya yang diposting di weblog atau blog.  Ditulis dari rentang waktu 2012 sampai dengan 2014, buku ini memuat sekitar 109 tulisan. Tulisan-tulisan tersebut berupa resensi, pandangan penulis terhadap kesusastraan serta beberapa tips tekait menulis dan membaca.
 
Tulisan-tulisan di Blognya, bagi Eka tak ubah remah-remah roti yang ditabur Hansel dan Gretel sebagai penanda. Sebab kenangan –atau sesuatu yang hendak kita ingat – dari sebuah buku harus bersaing dengan nomer telepon, nama kenalan, pembayaran tagihan, atau materi kuliah di kepala kita. Sedang kenangan itu adalah sebuah hal yang membuat candu. Percakapan antar tokoh, adegan demi adegan di setiap plot, atau gambaran tokoh, menjadi sensasi tersendiri. Sensasi itulah yang membuat sebuah buku menjadi kenikmatan bagi pembacanya.
 
Maka blog adalah medium bagi Eka untuk mengekalkan sensasi itu. Remah-remah roti yang ditaburnya itu, kelak yang akan ia cari di sepanjang perjalanan hidupnya, sebagaimana yang dilakukan oleh Hensel dan Gratel.
 
Membaca buku ini, sama dengan mengintip ruang-ruang imaji seorang Eka Kurniawan. Lewat jurnal-jurnalnya, sedikit banyak kita dapat melihat gambaran mengenai proses kreatif Eka dalam dunia kepenulisan. Tulisan-tulisan yang terdiri dari satu paragraf dengan lima ratus sampai enam ratus kata tersebut, berhasil menjadi remah-remah yang ditabur penulis. Sehingga, bukan hanya Eka yang dapat menengok kembali jalan yang telah dilaluinya, tetapi kita sebagai pembaca bisa mengerti kemana Eka melangkah.
 
Di samping semua itu, ada hal menarik dari seorang Eka Kurniawan. Dalam satu tulisannya, ia mempertanyakan, apakah bacaan kita tumbuh dengan semestinya? Menjadi pembaca yang dewasa, menurutnya tidak hanya ditentukan oleh bacaan yang dipegang. Bagi Eka, yang terilhami oleh wawancara Javier Marias, dewasa adalah ketika seorang pembaca dapat menentukan kemana ia akan tumbuh. Buku-buku model apa yang harus dibaca sekarang, besok, dan selanjutnya.
 
Dari sana, Eka kemudian mencoba membaca karya-karya kontemporer karya penulis kelahiran tahun ’50 ke atas. Dalam satu tahun ia melahap karya-karya penulis, katakanlah, Enrique Vila-Matas, Cormac McCarthy, Miguel Syjuco, Michael Houellebecq, Javier Marias, Caesar Aira, dan Andrey Kurkov.
 
Tahun berikutnya, sesuai dengan target yang telah ditentukan, ia kembali membaca karya-karya klasik macam Don Qijote-nya Carvantes, membaca karya-karya Gabriel Garcia Maquez, kumpulan cerpen dari penulis Prancis, Maupassant ataupun penulis Rusia Dosteyovsky. Bahkan Eka juga membaca Aristoteles, Clairice Lispector, dan karya-karya penulis Amerika dari generasi El Boom.
 
Yang juga tidak dapat dikesampingkan dari seorang Eka Kurniawan adalah pandangannya mengenai dunia kesusastraan. Beberapa jurnalnya merekam komentar Eka terkait perkembangan dan jalannya kesusastraan di Indonesia, khususnya. Eka bahkan mengkritik redaksi dari Surat Kepercayaan Gelanggang yang mengatakan kalau kami –Seniman Gelanggang, merupakan ahli waris kebudayaan dunia yang sah. Redaksi ahli waris dalam perspektik wirausaha, mengasosiasikan sebagai penerima enaknya saja. Orang tua yang berusaha, ahli waris yang menikmati. Lebih jauh, Eka Kurniawan memandang manifesto tersebut merupakan cerminan dari sebuah jiwa-jiwa bermental tempe, jiwa inferior yang tak berani bertarung di kelas berat.
 
Selain membicarakan sastra, Eka juga mebicarakan hal lain seperti pengalaman hidup, pelajaran yang di dapat di satu hari, namun dari semua tulisan yang dibahasanya merucut kepada pembahasan sastra. Kemudian terakhir, pelajaran yang berharga dari Eka mengenai baragamnya karya sastra yang ada di pasaran. Baginya, hanya ada dua jenis karya sastra di dunia ini, yang kita sukai dan yang tidak kita sukai. Lalu, apakah karya sastra yang tidak kita sukai itu buruk? Belum tentu!
***

http://sastra-indonesia.com/2021/04/mengikuti-remah-remah-eka-kurniawan-dalam-senyap-yang-lebih-nyaring/

No comments:

Post a Comment

A. Anzieb A. Muttaqin A. Qorib Hidayatullah A. Rifqi Hidayat A. Rodhi Murtadho A. Syauqi Sumbawi A.J. Susmana A.S. Laksana A'yat Khalili Abdul Hadi WM Abdul Hopid Abdul Kirno Tanda Abdul Wachid B.S. Acep Zamzam Noor Afrizal Malna Aguk Irawan MN Agus B. Harianto Agus Dermawan T. Agus Noor Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Sri Danardana Agus Sunyoto Agus Wibowo Agusri Junaidi Ahda Imran Ahid Hidayat Ahmad Muchlish Amrin Ahmadun Yosi Herfanda Ajip Rosidi Akhmad Sekhu Akhudiat Ali Audah Alim Bakhtiar Alunk Estohank Amien Kamil Amien Wangsitalaja Aming Aminoedhin Amir Hamzah Ana Mustamin Andhika Mappasomba Andi Achdian Andrenaline Katarsis Anjrah Lelono Broto Anton Wahyudi Anwar Holid Aprinus Salam Arafat Nur Ardy Kresna Crenata Arie MP Tamba Arief Budiman Ariel Heryanto Arif Wibowo Arman A.Z. Arsyad Indradi Aryadi Mellas Aryo Bhawono Asap Studio Asarpin Asep Rahmat Hidayat Asep Sambodja Aulia A Muhammad Awalludin GD Mualif B Kunto Wibisono Badaruddin Amir Balada Bambang Kempling Bambang Soebendo Banjir Bandang Beni Setia Benny Arnas Benny Benke Berita Berita Duka Bernando J. Sujibto Binhad Nurrohmat Boy Mihaballo Budaya Budi Darma Budi P. Hatees Bustan Basir Maras Catatan Cerbung Cerpen Chairil Gibran Ramadhan D. Zawawi Imron D.N. Aidit Daisy Priyanti Dandy Bayu Bramasta Daniel Dhakidae Dareen Tatour Dea Anugrah Dedy Sufriadi Dedy Tri Riyadi Deni Ahmad Fajar Deni Jazuli Denny JA Denny Mizhar Desti Fatin Fauziyyah Dewi Sartika Dhanu Priyo Prabowo Dharmadi Diah Budiana Dian Hartati Didin Tulus Djoko Pitono Djoko Saryono Donny Anggoro Dwi Pranoto Echa Panrita Lopi Eddi Koben Edy A Effendi Edy Firmansyah Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Darmoko Eko Faizin Emha Ainun Nadjib Enda Menzies Erlina P. Lestari Erwin Dariyanto Esai Esti Ambirati Evi Idawati Evi Sefiani F. Daus AR F. Rahardi Fahrudin Nasrulloh Faisal Kamandobat Fajar Alayubi Fakhrunnas MA Jabbar Fandy Hutari Farah Noersativa Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Faza Bina Al-Alim Felix K. Nesi Ferdian Ananda Majni Fian Firatmaja Gampang Prawoto Gema Erika Nugroho Goenawan Mohamad Gola Gong Gombloh Grathia Pitaloka Gunawan Budi Susanto Gunawan Maryanto Gus Noy H.B. Jassin Hairus Salim Hamka Hamsad Rangkuti Hari Murti Haris Firdaus Harry Aveling Hasan Aspahani Hasif Amini HE. Benyamine Hendri Yetus Siswono Herman Syahara Hermien Y. Kleden Holy Adib Huda S Noor Hudan Hidayat Hudan Nur Humam S Chudori Husni Hamisi I G.G. Maha Adi Iberamsyah Barbary Ida Fitri Idealisa Masyrafina Idrus Ignas Kleden Ikarisma Kusmalina Ike Ayuwandari Ilham Ilham Khoiri Imam Cahyono Imam Muhayat Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Tohari Indria Pamuhapsari Indrian Koto Irfan Sholeh Fauzi Isbedy Stiawan Z.S. J.J. Kusni Jadid Al Farisy Jajang R Kawentar Jakob Oetama Jalaluddin Rakhmat Jansen H. Sinamo Joni Ariadinata K.H. Bisri Syansuri K.H. M. Najib Muhammad Kahfi Ananda Giatama Kahfie Nazaruddin Kho Ping Hoo Kika Dhersy Putri Kitab Para Malaikat Kritik Sastra Kucing Oren Kunni Masrohanti Kuswinarto L.K. Ara Lagu Laksmi Shitaresmi Lan Fang Latief S. Nugraha Leila S. Chudori Leo Tolstoy Leon Agusta Lesbumi Yogyakarta Lily Yulianti Farid Linda Christanty Linda Sarmili Lukisan Lutfi Mardiansyah Luwu Utara M. Aan Mansyur M. Faizi M. Raudah Jambak M. Shoim Anwar M.D. Atmaja M’Shoe Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Majene Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mamasa Mamuju Mardi Luhung Marhalim Zaini Maroeli Simbolon Martin Aleida Masamba Mashuri Media KAMA_PO Melani Budianta Mihar Harahap Misbahus Surur Mochtar Lubis Moh. Jauhar al-Hakimi Mohammad Afifi Mohammad Yamin Much. Khoiri Muhammad Fauzi Muhammad Muhibbuddin Muhammad Ridwan Muhammad Subarkah Muhammad Walidin Muhammad Yasir Muhyiddin Mukhsin Amar Munawir Aziz Musa Ismail Mustamin Almandary N Teguh Prasetyo Nadine Gordimer Nara Ahirullah Nelson Alwi Nikita Mirzani Nirwan Ahmad Arsuka Nizar Qabbani Nugroho Sukmanto Nurani Soyomukti Nurel Javissyarqi Nuruddin Asyhadie Nurul Komariyah Ocehan Onghokham Otto Sukatno CR Pamela Allen Pameran Parakitri T. Simbolon Pelukis Pendidikan Penggalangan Dana Peta Provinsi Sulawesi Barat Polewali Pondok Pesantren Al-Madienah Pondok Pesantren Salafiyah Karossa Pramoedya Ananta Toer Pramuka Prasetyo Agung Pringadi AS Pringgo HR Priska Prosa Pudyo Saptono Puisi Puput Amiranti N Pustaka Ilalang PUstaka puJAngga Putu Fajar Arcana Putu Setia Putu Wijaya R Sutandya Yudha Khaidar R. Timur Budi Raja Radhar Panca Dahana Raedu Basha Ragdi F. Daye Rahmadi Usman Rahmat Sudirman Rahmat Sutandya Yudhanto Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rama Prabu Ratnani Latifah Raudal Tanjung Banua Reiny Dwinanda Remy Sylado Resensi Riadi Ngasiran Rian Harahap Ribut Wijoto Rida K Liamsi Riki Fernando Rofiqi Hasan Ronny Agustinus Rozi Kembara Rusydi Zamzami Rx King Motor S Yoga S. Jai Sabrank Suparno Safar Nurhan Saini K.M. Sajak Salman Rusydie Anwar Salman S Yoga Samsul Anam Sapardi Djoko Damono Sapto Hoedojo Sasti Gotama Sastra Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sejarah Seni Rupa Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sirajudin Siswoyo Sitok Srengenge Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sonia Sosiawan Leak Sukitman Sulawesi Selatan Sunaryono Basuki Ks Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Suriali Andi Kustomo Suryanto Sastroatmodjo Susi Ivvaty Susianna Sutan Takdir Alisjahbana Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Syaifuddin Gani Syamsudin Noer Moenadi Syihabuddin Qalyubi Syu’bah Asa Tari Bamba Manurung Tari Bulu Londong Tari Ma’Bundu Tari Mappande Banua Tari Patuddu Tari Salabose Daeng Poralle Tari Sayyang Pattuqduq Tari Toerang Batu Tata Chacha Tatan Daniel Taufik Ikram Jamil Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teater Teddi Muhtadin Teguh Setiawan Pinang Teguh Winarsho AS Tenas Effendy Tengsoe Tjahjono Tenni Purwanti Tito Sianipar Tjahjono Widijanto Toeti Heraty Tosiani Tri Wahono Udin Badruddin Udo Z. Karzi Umar Fauzi Ballah Umar Kayam Umbu Landu Paranggi Usman Arrumy UU Hamidy Uwell's King Shop Uwell's Setiawan W.S. Rendra Wahib Muthalib Wahyudi Akmaliah Muhammad Wan Anwar Wawancara Wayan Sunarta Welly Kuswanto Wicaksono Wicaksono Adi Wilson Nadeak Wisata Yohanes Sehandi Yonatan Raharjo Yopie Setia Umbara Yosephine Maryati Yudhis M. Burhanudin Yukio Mishima Yurnaldi Zamakhsyari Abrar