Thursday, April 1, 2021

KASUNYATAN

Taufiq Wr. Hidayat *
 
Sahdan ketika Nabi Musa harus menjalankan tugas berat melawan Fir’aun dan membawa bangsa Israel keluar dari penindasan, Tuhan menyediakan padanya hadiah. Yakni "tanah yang dijanjikan”. Tanah yang dijanjikan Tuhan bagi bangsa Israel yang berada di bawah koordinasi Nabi Musa dalam rangka melawan kekuasaan Fir’aun dan selanjutnya membangun keberlangsungan hidup suatu bangsa dalam kedamaian. Namun hingga akhir hayatnya, setelah Musa berhasil secara gemilang menumbangkan Fir’aun dan membawa bangsa Israel pada kehidupan yang sejahtera, sampai namanya terkenal dalam sejarah agama-agama, tanah yang dijanjikan itu tak kunjung diberikan Tuhan padanya.
 
“Di mana dan kapankah tanah yang telah Engkau janjikan itu aku terima, Tuhan?” tanya Musa dalam doa-doanya.
 
Dan Tuhan selalu menjawab dengan pertanyaan balik: “Janji-Ku pasti. Apakah kau meragukan Aku?”
 
“Ampun, Tuhanku.”
 
Musa tak berkutik, mana mungkin ia meragukan Tuhan. Ia pun menanti. Menanti-nantikan tanah yang dijanjikan Tuhan tersebut dengan sepenuh harapan. Bahwa tanah yang dijanjikan Tuhan itu akan diberikan kepada Musa dan bangsa Israel, jika mereka terus mengolah hidupnya dengan benar, mengabdi pada kehidupan, dan menjadi hamba Tuhan yang baik yang dipedomani dengan Sepuluh Perintah. Hingga berabad-abad kemudian, tanah yang dijanjikan itu tak kunjung tiba. Sebagian terus menanti dengan tabah dan terus bekerja hingga akhir hayatnya seperti yang telah dilakukan Musa. Sebagian tidak sabar, kemudian menyalah-artikan pengertian “tanah yang dijanjikan” itu dengan merampas tanah dan hak orang lain. Begitulah. Setiap kali orang bertanya kapan tibanya tanah yang telah dijanjikan itu, teks suci yang diabadikan sejak zaman Musa menjawab dengan pertanyaan balik dari-Nya: “Janji-Ku pasti. Apakah kau meragukan Aku?”
 
Orang beriman tak akan meragukan janji Tuhan itu. Sedang yang tak beriman, menganggap janji-Nya dusta, tak sabar, kemudian mengklaim semua tanah yang bagus adalah tanahnya. Terjadilah perebutan, penguasaan, dan penindasan. Mereka tak pernah sampai pada suatu pengertian suci sebagaimana yang didapatkan Musa di akhir hayatnya, bahwa tanah yang dijanjikan itu adalah tujuan hidup. Ia tak bermakna harfiah semata-mata, melainkan suatu ketentuan yang mesti diwujudkan manusia dengan hidupnya yang baik. Dan sebagaimana sabda-Nya: “Janji-Ku pasti. Apakah kau meragukan Aku?”. Kebenaran janji-Nya bukan omong kosong, lantaran Dia sang pencipta dan pemilik waktu. Janji-Nya melampaui waktu dan kenyataan, menjadi benar-benar pasti di dalam upaya-upaya kemanusiaan yang dilakukan manusia beserta seluruh perjuangannya menempuh sejarahnya sendiri.
 
Lantaran tempat, waktu, atau suatu kondisi tidaklah menetap. Ia memastikan pada perubahan, pergantian, kehilangan sebagai keniscayaan. Ada dulu, kini, dan yang mendatang. Orang meninggalkan hari-hari yang lalu. Yang tinggal hanya kenangan, dan rasa kehilangan. Pada indera manusia, tak ada yang menetap secara permanen di dunia ini, ujar Plato. Tak ada bentuk sejati yang kekal, melainkan berubah, pudar, berganti, selalu pergi entah ke mana. "Sejatining kraton tan kandulu, yen kandulu niniwasi, manjing watu lan kekayon," tutur orang Jawa. Secara bebas, penuturan Jawa itu bermakna, bahwa tempat, bentuk, keadaan, satuan waktu yang "mapan" dan permanen ialah jika ia tak melulu tampak, tak belaka dinyatakan dengan indera. Seperti “tanah yang telah dijanjikan” dalam narasi Musa. Jika ia tampak belaka, ia rawan menipu, lalu membuat orang memutlakkan benda-benda, keadaan, atau pencapaian-pencapaian. Sepeda, jendela, alpokat, ayam, dan kopi adalah bentuk-bentuk. Jika semua kopi dimusnahkan di muka bumi, apakah bentuk sejati dari kopi akan sirna? Oh tidak! Tegas Plato. Bentuk sejati secangkir kopi kekal dalam dimensi yang tak tampak, meski ia telah musnah dari tatapan dan rasa pada lidah manusia. Ini berlaku pada segala bentuk, termasuk manusia sendiri. Tak ada yang kekal, katanya. Selain "wajah-Nya” atau---dengan perkataan lain, bentuk-Nya, sang maha bentuk yang tak terjangkau pada hadir dan tak hadir, ada dan tak ada, harus atau pun tak harus.
 
Maka jika belaka meyakini bentuk dan membuatnya permanen tanpa boleh diotak-atik, ia menjadi "niniwasi" kata orang Jawa. Rawan celaka. Jiwa terkurung dalam keharusan-keharusan subyektif yang dimutlakkan dan diharuskan seharus-harusnya. "Manjing watu lan kekayon"; menjelma berhala yang disembah. "Bukankah berhala selalu membawa celaka?" tanya orang bijak yang entah siapa.
 
Muncar, 2021

*) Taufiq Wr. Hidayat dilahirkan di Dusun Sempi, Desa Rogojampi, Kab. Banyuwangi. Taufiq dibesarkan di Desa Wongsorejo Banyuwangi. Menempuh pendidikan di UNEJ pada fakultas Sastra Indonesia. Karya-karyanya yang telah terbit adalah kumpulan puisi “Suluk Rindu” (YMAB, 2003), “Muncar Senjakala” [PSBB (Pusat Studi Budaya Banyuwangi), 2009], kumpulan cerita “Kisah-kisah dari Timur” (PSBB, 2010), “Catatan” (PSBB, 2013), “Sepotong Senja, Sepotong Malam, Sepotong Roti” (PSBB, 2014), “Dan Badut Pun Pasti Berlalu” (PSBB, 2017), “Serat Kiai Sutara” (PSBB, 2018). “Kitab Iblis” (PSBB, 2018), “Agama Para Bajingan” (PSBB, 2019), dan Buku terbarunya “Kitab Kelamin” (PSBB, 2019). Tinggal di Banyuwangi, Sekarang Sebagai Ketua Lesbumi PCNU Banyuwangi. http://sastra-indonesia.com/2021/03/kasunyatan/

No comments:

Post a Comment

A. Anzieb A. Muttaqin A. Qorib Hidayatullah A. Rifqi Hidayat A. Rodhi Murtadho A. Syauqi Sumbawi A.J. Susmana A.S. Laksana A'yat Khalili Abdul Hadi WM Abdul Hopid Abdul Kirno Tanda Abdul Wachid B.S. Acep Zamzam Noor Afrizal Malna Aguk Irawan MN Agus B. Harianto Agus Dermawan T. Agus Noor Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Sri Danardana Agus Sunyoto Agus Wibowo Agusri Junaidi Ahda Imran Ahid Hidayat Ahmad Muchlish Amrin Ahmadun Yosi Herfanda Ajip Rosidi Akhmad Sekhu Akhudiat Ali Audah Alim Bakhtiar Alunk Estohank Amien Kamil Amien Wangsitalaja Aming Aminoedhin Amir Hamzah Ana Mustamin Andhika Mappasomba Andi Achdian Andrenaline Katarsis Anjrah Lelono Broto Anton Wahyudi Anwar Holid Aprinus Salam Arafat Nur Ardy Kresna Crenata Arie MP Tamba Arief Budiman Ariel Heryanto Arif Wibowo Arman A.Z. Arsyad Indradi Aryadi Mellas Aryo Bhawono Asap Studio Asarpin Asep Rahmat Hidayat Asep Sambodja Aulia A Muhammad Awalludin GD Mualif B Kunto Wibisono Badaruddin Amir Balada Bambang Kempling Bambang Soebendo Banjir Bandang Beni Setia Benny Arnas Benny Benke Berita Berita Duka Bernando J. Sujibto Binhad Nurrohmat Boy Mihaballo Budaya Budi Darma Budi P. Hatees Bustan Basir Maras Catatan Cerbung Cerpen Chairil Gibran Ramadhan D. Zawawi Imron D.N. Aidit Daisy Priyanti Dandy Bayu Bramasta Daniel Dhakidae Dareen Tatour Dea Anugrah Dedy Sufriadi Dedy Tri Riyadi Deni Ahmad Fajar Deni Jazuli Denny JA Denny Mizhar Desti Fatin Fauziyyah Dewi Sartika Dhanu Priyo Prabowo Dharmadi Diah Budiana Dian Hartati Didin Tulus Djoko Pitono Djoko Saryono Donny Anggoro Dwi Pranoto Echa Panrita Lopi Eddi Koben Edy A Effendi Edy Firmansyah Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Darmoko Eko Faizin Emha Ainun Nadjib Enda Menzies Erlina P. Lestari Erwin Dariyanto Esai Esti Ambirati Evi Idawati Evi Sefiani F. Daus AR F. Rahardi Fahrudin Nasrulloh Faisal Kamandobat Fajar Alayubi Fakhrunnas MA Jabbar Fandy Hutari Farah Noersativa Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Faza Bina Al-Alim Felix K. Nesi Ferdian Ananda Majni Fian Firatmaja Gampang Prawoto Gema Erika Nugroho Goenawan Mohamad Gola Gong Gombloh Grathia Pitaloka Gunawan Budi Susanto Gunawan Maryanto Gus Noy H.B. Jassin Hairus Salim Hamka Hamsad Rangkuti Hari Murti Haris Firdaus Harry Aveling Hasan Aspahani Hasif Amini HE. Benyamine Hendri Yetus Siswono Herman Syahara Hermien Y. Kleden Holy Adib Huda S Noor Hudan Hidayat Hudan Nur Humam S Chudori Husni Hamisi I G.G. Maha Adi Iberamsyah Barbary Ida Fitri Idealisa Masyrafina Idrus Ignas Kleden Ikarisma Kusmalina Ike Ayuwandari Ilham Ilham Khoiri Imam Cahyono Imam Muhayat Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Tohari Indria Pamuhapsari Indrian Koto Irfan Sholeh Fauzi Isbedy Stiawan Z.S. J.J. Kusni Jadid Al Farisy Jajang R Kawentar Jakob Oetama Jalaluddin Rakhmat Jansen H. Sinamo Joni Ariadinata K.H. Bisri Syansuri K.H. M. Najib Muhammad Kahfi Ananda Giatama Kahfie Nazaruddin Kho Ping Hoo Kika Dhersy Putri Kitab Para Malaikat Kritik Sastra Kucing Oren Kunni Masrohanti Kuswinarto L.K. Ara Lagu Laksmi Shitaresmi Lan Fang Latief S. Nugraha Leila S. Chudori Leo Tolstoy Leon Agusta Lesbumi Yogyakarta Lily Yulianti Farid Linda Christanty Linda Sarmili Lukisan Lutfi Mardiansyah Luwu Utara M. Aan Mansyur M. Faizi M. Raudah Jambak M. Shoim Anwar M.D. Atmaja M’Shoe Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Majene Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mamasa Mamuju Mardi Luhung Marhalim Zaini Maroeli Simbolon Martin Aleida Masamba Mashuri Media KAMA_PO Melani Budianta Mihar Harahap Misbahus Surur Mochtar Lubis Moh. Jauhar al-Hakimi Mohammad Afifi Mohammad Yamin Much. Khoiri Muhammad Fauzi Muhammad Muhibbuddin Muhammad Ridwan Muhammad Subarkah Muhammad Walidin Muhammad Yasir Muhyiddin Mukhsin Amar Munawir Aziz Musa Ismail Mustamin Almandary N Teguh Prasetyo Nadine Gordimer Nara Ahirullah Nelson Alwi Nikita Mirzani Nirwan Ahmad Arsuka Nizar Qabbani Nugroho Sukmanto Nurani Soyomukti Nurel Javissyarqi Nuruddin Asyhadie Nurul Komariyah Ocehan Onghokham Otto Sukatno CR Pamela Allen Pameran Parakitri T. Simbolon Pelukis Pendidikan Penggalangan Dana Peta Provinsi Sulawesi Barat Polewali Pondok Pesantren Al-Madienah Pondok Pesantren Salafiyah Karossa Pramoedya Ananta Toer Pramuka Prasetyo Agung Pringadi AS Pringgo HR Priska Prosa Pudyo Saptono Puisi Puput Amiranti N Pustaka Ilalang PUstaka puJAngga Putu Fajar Arcana Putu Setia Putu Wijaya R Sutandya Yudha Khaidar R. Timur Budi Raja Radhar Panca Dahana Raedu Basha Ragdi F. Daye Rahmadi Usman Rahmat Sudirman Rahmat Sutandya Yudhanto Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rama Prabu Ratnani Latifah Raudal Tanjung Banua Reiny Dwinanda Remy Sylado Resensi Riadi Ngasiran Rian Harahap Ribut Wijoto Rida K Liamsi Riki Fernando Rofiqi Hasan Ronny Agustinus Rozi Kembara Rusydi Zamzami Rx King Motor S Yoga S. Jai Sabrank Suparno Safar Nurhan Saini K.M. Sajak Salman Rusydie Anwar Salman S Yoga Samsul Anam Sapardi Djoko Damono Sapto Hoedojo Sasti Gotama Sastra Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sejarah Seni Rupa Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sirajudin Siswoyo Sitok Srengenge Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sonia Sosiawan Leak Sukitman Sulawesi Selatan Sunaryono Basuki Ks Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Suriali Andi Kustomo Suryanto Sastroatmodjo Susi Ivvaty Susianna Sutan Takdir Alisjahbana Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Syaifuddin Gani Syamsudin Noer Moenadi Syihabuddin Qalyubi Syu’bah Asa Tari Bamba Manurung Tari Bulu Londong Tari Ma’Bundu Tari Mappande Banua Tari Patuddu Tari Salabose Daeng Poralle Tari Sayyang Pattuqduq Tari Toerang Batu Tata Chacha Tatan Daniel Taufik Ikram Jamil Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teater Teddi Muhtadin Teguh Setiawan Pinang Teguh Winarsho AS Tenas Effendy Tengsoe Tjahjono Tenni Purwanti Tito Sianipar Tjahjono Widijanto Toeti Heraty Tosiani Tri Wahono Udin Badruddin Udo Z. Karzi Umar Fauzi Ballah Umar Kayam Umbu Landu Paranggi Usman Arrumy UU Hamidy Uwell's King Shop Uwell's Setiawan W.S. Rendra Wahib Muthalib Wahyudi Akmaliah Muhammad Wan Anwar Wawancara Wayan Sunarta Welly Kuswanto Wicaksono Wicaksono Adi Wilson Nadeak Wisata Yohanes Sehandi Yonatan Raharjo Yopie Setia Umbara Yosephine Maryati Yudhis M. Burhanudin Yukio Mishima Yurnaldi Zamakhsyari Abrar