Sunday, April 11, 2021

HUDA S NOOR: BAKAT SENI, CINTA DAN KESENDIRIAN

Aguk Irawan MN
 
Pada hari Selasa, 6 April 2021 kemarin adalah hari duka bagi bangsa Indonesia. Dua putra terbaiknya, Umbu Landu Paranggi dan Daniel Dhakidae meninggalkan kita untuk selamanya. Kita tahu Umbu, reputasinya bukan hanya seorang penyair legendaris Maliboro, tetapi ia juga paus dan begawan puisi, begitu halnya dengan Dhakidae, ia lebih dari seorang intelektual, tapi juga Sang Pamomong melalui Prisma yang dikomandani.
 
Rasa duka hari itu kian lengkap, karena sebelumnya, tengah malam menjelang pagi hari itu, seorang seniman asal Temanggung juga telah dipanggil Allah, almarhum adalah Huda S Noor (HSN). Sahabat karibnya sering menjuluki almarhum adalah seniman abadi kampus.
 
Untuk mengenang Penyair Umbu dan Cendekiawan Dhakidae, senior saya Mas Hairus Salim, sudah menuliskannya pada laman fb-nya dengan sangat ciamik. Catatan kecil ini hanya akan sedikit menyinggung almarhum Huda S Noor (HSN). Ikwal pertama yang perlu disinggung adalah, kenapa sahabat karibnya sering menjuluki almarhum adalah seniman abadi-kampus?
 
Ini bisa dijawab dengan bukti, bahwa sejak HSN turut mendirikan Sanggar Nun di Fakultas Adab IAIN Sunan Kalijaga, pada tahun 1992, hingga hari ini Sanggar Nuun masih eksis dan telah memproduksi ratusan karya, baik karya teater, musikalisasi puisi, etno-musik shalawat, kesusastraan dll, nyaris HSN ikut terlibat di dalamnya secara aktif. Iapun tak sungkan dengan mahasiswa baru yang umurnya jauh lebih muda darinya.
 
Salah satu karya dramawan besar berkebangsaan Mesir Taufik El-Hakim: "Ashabul Kahfi" ia sutradarai dan pentaskan di Gedung Kebudayaaan (Sosietet) Yogyakarta, suatu malam menjelang Ramadhan pada tahun 2000. Selain karya bersama di Sanggar Kampus Nuun, iapun menjadi pemegang paten hak atas karya film dokumenter "Nyadaran di Sorowajan", produksi LKiS Yogya. Sebuah film yang merekam tentang kerukunan umat beragama disalah satu sudut kota Yogyakarta.
 
Film dokumenter tersebut telah mendapat banyak apresiasi dan penghargaan baik dalam negeri maupun luar negeri. Sementara diantara karya bersama yang perlu disebut karena ia terlibat menjadi salah satu penulis naskah dan pengambilan gambarnya, yang sebagian pernah ditayangkan di TVRI dan bioksop seluruh Indonesia adalah "Menur Pudak Wangi", "Dawai Jiwa Bergerimis Rindu", "Pintu Tanpa Kunci", "Pantai Ibu", "Lampor", "Sotong di Papua", "Wali-Wali Jawi, dan lain sebagainya.
 
Hal lain yang menarik dari HSN adalah jalan hidupnya yang tak biasa. Dengan segala ironi, Allah telah memberi HSN tiga hal: bakat seni, cinta dan kesendirian. Bayangkan, pada usia setengah abad, HSN memeilih hidup dengan membujang tanpa beban.
 
Bakat seni tentu saja, saat itu kita bisa bayangkan mahasiswa IAIN yang kuliah jurusan Adab (agama), tapi aktifitasnya adalah kesenian, terutama film, yang pada saat itu sebuah "profesi" yang sangat asing di telinga mahasiswa IAIN. Karenanya tak berlebihan, kalau HSN termasuk pengagum berat sosok Asrul Sani, seorang kiai dan aktivis legendaris yang menampilkan islam washatiyah dan pendiri Lesbumi PBNU.
 
Menurutnya pada banyak kesempatan, Asrul Sani wajib diusulkan menjadi Pahlawan Nasional, karena jasa-jasanya yang berjibun, hal lain yang penting adalah supaya ia bisa lebih menginspirasi santri untuk berkarya. Karenanya ketika kami menjadi bagian dari Lesbumi, HSN selalu mendesak agar Lesbumi, sebagai bagian dari aspirasi ulama-budayawan di PBNU agar secepatnya mengusulkan Asrul Sani secara resmi ke negara sebagai pahlawan.
 
Begitupula yang kami tahu saat HSN mendapatkan sowan beberapa kali dengan Ketua Umum PBNU, Prof KH. Said Aqiel Siraj, nama Asrul Sani selalu ia singgung dalam kesempatan yang sangat terbatas itu.
***
 
Selanjutnya soal cinta, setahu pendek kami, ia hanya pernah jatuh cinta sekali pada seorang mahasiswi ketika sama-sama masih aktif kuliah dahulu, dan cinta itupun mekar-bersemi, tetapi takdir berkata lain, HSN tak dapat restu dari orang tua mahasiswi tersebut, dan mungkin inilah salah satu yang menjadi alasan kenapa sampai pada usia setengah abad HSN masih menikmati kesendiriannya.
 
Sebagai karib, tak jarang kami dapatkan hal yang ganjil, saat HSN tiba-tiba menghentikan sepeda montornya, lalu berteduh dibawah pohon sejenak, kemudian tersenyum, dan ia mengaku sedang melepaskan rindu sejenak dengan orang yang dicinta itu, lalu tak jarang pula ia berseloroh dengan puisi yang mirip karya Ibnu Arabi:
 
Aku masih akan mabuk cinta.
Kemanapun cinta bergerak
Langkahku akan bersamanya
(“al-Hubb wa al-Mahabbah al-Ilahiyyah”)
 
HSN begitu meyakini bahwa dengan tulus mecintai seorang hamba, bisa menjadi wasilah mecintai-Nya. Karena semesta cinta itu satu, yaitu terambil dari nafas af'al-Nya. Sementara bagi HSN cinta dan jodoh, itu dua hal yang berbeda, meskipun sama-sama misteri.
Menurutnya cinta lebih dari rasa. Karena essensinya tak diketahui dan selalu sungguh menakjubkan. Sementara jodoh adalah "tanasub al-ruhain", kesesuaian dua ruh yang punya chemistry. Maka bagi HSN bersyukurlah bagi yang mudah dipertemukan jodohnya, bila sulit seperti dirinya, maka sabar dari ujian cinta adalah pintu lain.
 
Karenanya ia selalu mengulang-ngulang kalimat: "Dari hujan aku belajar bahasa air bagaimana berkali-kali jatuh tanpa sedikitpun mengeluh pada takdir. Dari air aku belajar tenang, dari batu aku belajar tegar." Perkataan ini juga mengingatkan akan nukilan dari Ibnu Arabi.
 
Aduhai, air yang mengalir
menembus akar dan dahan-dahan
Engkau menemuinya
Bersumber dari satu mata air
Dan Kau lihat ia merekahkan bunga
berwarna-warni. (Tarjuman al-Asywaq)
 
Karena perjalanan cintanya yang tak biasa ini, kami menjadikan HSN sebagai tokoh inspirasi pada dua novel kami: "Patah Hati yang Terindah" (Dolphin), dan Maha Cinta (Glosaria Media). Ketika kami memberinya novel itu di kediamannya di Desa Glondong, Temanggung, ketawanyapun meledak.
 
Apalagi saat itu kami lengkapi hadiah buku penting karya Buya Husain Muhammad, "Ulama-lama yang memilih Menjomblo Sepanjang Hayat", dan buku Abdul Fattah Abu Ghuddah yang menulis sebuah buku khusus yang menarasikan beberapa ulama lajang berjudul al-Ulama’ al-Uzzab alladzina atsarul Ilmi alaz Zawaj.
 
Beberapa ulama yang melajang hingga akhir hayatnya tersebut sangat kita kenal bahkan karya-karyanya kita telaah saat belajar di pesantren, seperti Ibn Jarir at-Thabary (mufassir), al-Zamakhsyari (mufassir Muktazilah), Imam an-Nawawi, Ibn Taimiyah, Abul Ala al-Maarri, Khadijah bin Suhnun, Jamaluddin Al Afghani, Abbas Aqqad, Abdurrahman Badawi, Karimah al-Marwaziyyah, Said Nursi dan beberapa ulama besar yang lain.
 
Diakhir perjumpaan menjelang senja itu, HSN berseloroh sambil ketawa pada kami saat itu, "Nuwun buku-bukunya ya Guk, nanti akan saya bacakan di depan ibuku, ha ha ha..." Meski HSN pergi, karyanya tidak pernah pergi. Tak ada yang pergi dari karya. Ia terus meruang dan mewaktu menjadi jariyah. Selamat jalan kawan, senior, bahagia disisi-Nya. Amin
 
Gua-Kidul, Cirebon, 7 April 2021

http://sastra-indonesia.com/2021/04/huda-s-noor-bakat-seni-cinta-dan-kesendirian/

No comments:

Post a Comment

A. Anzieb A. Muttaqin A. Qorib Hidayatullah A. Rifqi Hidayat A. Rodhi Murtadho A. Syauqi Sumbawi A.J. Susmana A.S. Laksana A'yat Khalili Abdul Hadi WM Abdul Hopid Abdul Kirno Tanda Abdul Wachid B.S. Acep Zamzam Noor Afrizal Malna Aguk Irawan MN Agus B. Harianto Agus Dermawan T. Agus Noor Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Sri Danardana Agus Sunyoto Agus Wibowo Agusri Junaidi Ahda Imran Ahid Hidayat Ahmad Muchlish Amrin Ahmadun Yosi Herfanda Ajip Rosidi Akhmad Sekhu Akhudiat Ali Audah Alim Bakhtiar Alunk Estohank Amien Kamil Amien Wangsitalaja Aming Aminoedhin Amir Hamzah Ana Mustamin Andhika Mappasomba Andi Achdian Andrenaline Katarsis Anjrah Lelono Broto Anton Wahyudi Anwar Holid Aprinus Salam Arafat Nur Ardy Kresna Crenata Arie MP Tamba Arief Budiman Ariel Heryanto Arif Wibowo Arman A.Z. Arsyad Indradi Aryadi Mellas Aryo Bhawono Asap Studio Asarpin Asep Rahmat Hidayat Asep Sambodja Aulia A Muhammad Awalludin GD Mualif B Kunto Wibisono Badaruddin Amir Balada Bambang Kempling Bambang Soebendo Banjir Bandang Beni Setia Benny Arnas Benny Benke Berita Berita Duka Bernando J. Sujibto Binhad Nurrohmat Boy Mihaballo Budaya Budi Darma Budi P. Hatees Bustan Basir Maras Catatan Cerbung Cerpen Chairil Gibran Ramadhan D. Zawawi Imron D.N. Aidit Daisy Priyanti Dandy Bayu Bramasta Daniel Dhakidae Dareen Tatour Dea Anugrah Dedy Sufriadi Dedy Tri Riyadi Deni Ahmad Fajar Deni Jazuli Denny JA Denny Mizhar Desti Fatin Fauziyyah Dewi Sartika Dhanu Priyo Prabowo Dharmadi Diah Budiana Dian Hartati Didin Tulus Djoko Pitono Djoko Saryono Donny Anggoro Dwi Pranoto Echa Panrita Lopi Eddi Koben Edy A Effendi Edy Firmansyah Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Darmoko Eko Faizin Emha Ainun Nadjib Enda Menzies Erlina P. Lestari Erwin Dariyanto Esai Esti Ambirati Evi Idawati Evi Sefiani F. Daus AR F. Rahardi Fahrudin Nasrulloh Faisal Kamandobat Fajar Alayubi Fakhrunnas MA Jabbar Fandy Hutari Farah Noersativa Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Faza Bina Al-Alim Felix K. Nesi Ferdian Ananda Majni Fian Firatmaja Gampang Prawoto Gema Erika Nugroho Goenawan Mohamad Gola Gong Gombloh Grathia Pitaloka Gunawan Budi Susanto Gunawan Maryanto Gus Noy H.B. Jassin Hairus Salim Hamka Hamsad Rangkuti Hari Murti Haris Firdaus Harry Aveling Hasan Aspahani Hasif Amini HE. Benyamine Hendri Yetus Siswono Herman Syahara Hermien Y. Kleden Holy Adib Huda S Noor Hudan Hidayat Hudan Nur Humam S Chudori Husni Hamisi I G.G. Maha Adi Iberamsyah Barbary Ida Fitri Idealisa Masyrafina Idrus Ignas Kleden Ikarisma Kusmalina Ike Ayuwandari Ilham Ilham Khoiri Imam Cahyono Imam Muhayat Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Tohari Indria Pamuhapsari Indrian Koto Irfan Sholeh Fauzi Isbedy Stiawan Z.S. J.J. Kusni Jadid Al Farisy Jajang R Kawentar Jakob Oetama Jalaluddin Rakhmat Jansen H. Sinamo Joni Ariadinata K.H. Bisri Syansuri K.H. M. Najib Muhammad Kahfi Ananda Giatama Kahfie Nazaruddin Kho Ping Hoo Kika Dhersy Putri Kitab Para Malaikat Kritik Sastra Kucing Oren Kunni Masrohanti Kuswinarto L.K. Ara Lagu Laksmi Shitaresmi Lan Fang Latief S. Nugraha Leila S. Chudori Leo Tolstoy Leon Agusta Lesbumi Yogyakarta Lily Yulianti Farid Linda Christanty Linda Sarmili Lukisan Lutfi Mardiansyah Luwu Utara M. Aan Mansyur M. Faizi M. Raudah Jambak M. Shoim Anwar M.D. Atmaja M’Shoe Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Majene Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mamasa Mamuju Mardi Luhung Marhalim Zaini Maroeli Simbolon Martin Aleida Masamba Mashuri Media KAMA_PO Melani Budianta Mihar Harahap Misbahus Surur Mochtar Lubis Moh. Jauhar al-Hakimi Mohammad Afifi Mohammad Yamin Much. Khoiri Muhammad Fauzi Muhammad Muhibbuddin Muhammad Ridwan Muhammad Subarkah Muhammad Walidin Muhammad Yasir Muhyiddin Mukhsin Amar Munawir Aziz Musa Ismail Mustamin Almandary N Teguh Prasetyo Nadine Gordimer Nara Ahirullah Nelson Alwi Nikita Mirzani Nirwan Ahmad Arsuka Nizar Qabbani Nugroho Sukmanto Nurani Soyomukti Nurel Javissyarqi Nuruddin Asyhadie Nurul Komariyah Ocehan Onghokham Otto Sukatno CR Pamela Allen Pameran Parakitri T. Simbolon Pelukis Pendidikan Penggalangan Dana Peta Provinsi Sulawesi Barat Polewali Pondok Pesantren Al-Madienah Pondok Pesantren Salafiyah Karossa Pramoedya Ananta Toer Pramuka Prasetyo Agung Pringadi AS Pringgo HR Priska Prosa Pudyo Saptono Puisi Puput Amiranti N Pustaka Ilalang PUstaka puJAngga Putu Fajar Arcana Putu Setia Putu Wijaya R Sutandya Yudha Khaidar R. Timur Budi Raja Radhar Panca Dahana Raedu Basha Ragdi F. Daye Rahmadi Usman Rahmat Sudirman Rahmat Sutandya Yudhanto Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rama Prabu Ratnani Latifah Raudal Tanjung Banua Reiny Dwinanda Remy Sylado Resensi Riadi Ngasiran Rian Harahap Ribut Wijoto Rida K Liamsi Riki Fernando Rofiqi Hasan Ronny Agustinus Rozi Kembara Rusydi Zamzami Rx King Motor S Yoga S. Jai Sabrank Suparno Safar Nurhan Saini K.M. Sajak Salman Rusydie Anwar Salman S Yoga Samsul Anam Sapardi Djoko Damono Sapto Hoedojo Sasti Gotama Sastra Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sejarah Seni Rupa Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sirajudin Siswoyo Sitok Srengenge Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sonia Sosiawan Leak Sukitman Sulawesi Selatan Sunaryono Basuki Ks Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Suriali Andi Kustomo Suryanto Sastroatmodjo Susi Ivvaty Susianna Sutan Takdir Alisjahbana Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Syaifuddin Gani Syamsudin Noer Moenadi Syihabuddin Qalyubi Syu’bah Asa Tari Bamba Manurung Tari Bulu Londong Tari Ma’Bundu Tari Mappande Banua Tari Patuddu Tari Salabose Daeng Poralle Tari Sayyang Pattuqduq Tari Toerang Batu Tata Chacha Tatan Daniel Taufik Ikram Jamil Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teater Teddi Muhtadin Teguh Setiawan Pinang Teguh Winarsho AS Tenas Effendy Tengsoe Tjahjono Tenni Purwanti Tito Sianipar Tjahjono Widijanto Toeti Heraty Tosiani Tri Wahono Udin Badruddin Udo Z. Karzi Umar Fauzi Ballah Umar Kayam Umbu Landu Paranggi Usman Arrumy UU Hamidy Uwell's King Shop Uwell's Setiawan W.S. Rendra Wahib Muthalib Wahyudi Akmaliah Muhammad Wan Anwar Wawancara Wayan Sunarta Welly Kuswanto Wicaksono Wicaksono Adi Wilson Nadeak Wisata Yohanes Sehandi Yonatan Raharjo Yopie Setia Umbara Yosephine Maryati Yudhis M. Burhanudin Yukio Mishima Yurnaldi Zamakhsyari Abrar