Saturday, March 27, 2021

KOPIKIR KOKEREN?

Irfan Sholeh Fauzi *
 
Virus korona tak cuma menarik garis imajiner 2 meter antar-orang, ia juga memberi batas antara yang adaptif dan yang puritan. Salah satu paling kentara adalah seniman pertunjukan. Mereka tak seperti para guru kelas yang menjemukan. Di kelas, guru-guru menjengkelkan ini tinggal meluncurkan hapalan-hapalan yang sudah bertahun-tahun bercokol di kepala. Mereka tak ambil pusing apakah para siswa terpukau atau terkantuk. Yang penting jangan ribut. Itu saja. Pandemi malahan bikin banyak hal lebih leluasa. Guru tinggal kasih tugas dan siswa bisa bertingkah sesuka hati di rumah. Konser lain. Ada percakapan antara pemanggung dan penonton meski, misal, di bangku penonton sunyi belaka. Tatap mata dan lenguh mereka adalah energi. Dan mata kamera begitu dingin. Dan dengung komputer serupa teror.
 
Kira-kira begitulah pikir aktor dan Sutradara Wawan Sofyan, juga rekannya, penulis naskah E. D Jenura. Dua orang gelisah melihat pegiat teater lain berbondong-bondong menuju semesta maya. Baru tiga bulan sejak pandemi, kok ya sudah ada pentas daring. Serbuan ini mungkin dianggap Wayan-Jenura sebagai latah. Barangkali juga mereka curiga, “adaptasi” adalah dalih buat segera dapat duit. “Mari menghormati teater dengan berdiam sejenak, jeda tanpa mengunggah apapun secara online,” tutur Wawan. Dibaca bulan Maret 2021, kalimat Wawan—khususnya pada “berdiam sejenak”—terdengar konyol. Ia terlihat seperti saya. Dulu, sembari mengetik skripsi yang mesti mengadakan penelitian lapangan, saya percaya saja pada pemerintah kalau pandemi rampung dalam dua minggu. Sejenak saja. Saya tunggu dua minggu, ada penambahan, 1 bulan pandemi rampung. Selang sebulan, tambah lagi, dan seterusnya-dan seterusnya. Sekarang saya menaruh keyakinan pada pengumuman pertama. Pandemi bakal rampung dua minggu dengan catatan, satu minggu virus korona sama dengan satu tahun bagi manusia. Setiap kita punya cara hitung berbeda-beda. “Berbicalah dengan bahasa mereka, maka kau bisa ambil hati mereka,” kita akrab dengan nasihat ini. Pemerintah berbicara menggunakan bahasa virus korona dan Wawan-Jenura berbicara menggunakan bahasa puak-puak adaptif.
 
Pertunjukan Terol (teater online) tentu membantah anjurannya sendiri, tapi itu cara mendapat hati. Adegan mengocok kopi dalgona jadi selubung siasat menyindir kelatahan. Bagi Wawan-Jenura apa-apa yang latah pasti gugup. Pertunjukkan daring mereka anggap mengabaikan sisi artistik kayak sudut pengambilan gambar, pencahayaan, dan penataan suara. Afrizal Malna, misalnya, yang hanya perlu sebulan (April-Mei 2020) untuk menerbitkan dua lusin pertunjukan bertajuk “teater masker”, mungkin dianggap bak bapak-bapak yang tahu teater dan baru saja belajar mengambil gambar, edit video, dan audio di komputer—semacam “joke bapak-bapak” tapi ini “teater bapak-bapak” begitulah. “Kualitas? Apa itu? Musim pandemi hanya butuh kuantitas,” kata Wawan. Di antara kemarahan itu, bunyi tek tek tek kocokan dalgona memenuhi udara. Sepanjang 40 menit pertunjukkan monolog, bunyi dalgona tak terjeda.
 
Tapi bagi Moyang Kasih Dewi Merdeka (Tempo, 1-7 Juni 2020), semua olok-olok Wawan- Jenura juga menuding hidung mereka. “Terol mengkritik teater daring yang mengabaikan artistik [...] Sementara itu, pertunjukkan monolog ini tak baik-baik amat dalam mengemas persoalan teknis artistik tersebut,” tulis Moyang. Saya kira ada nada “kemarahan” pada yang merasa diri kelewat becus pada kalimat Moyang. Selama menonton pertunjukkan, Moyang mengurut sabar. Kekesalan Moyang sepertinya juga dipercik kopi dalgona. Saya bayangkan, pada awal-awal dalgona viral, Moyang juga membuat kopi ini dan putus asa terlebih dahulu. Dua hal menjengkelkan membuat Moyang menutup ulansan dengan keji: “Pertunjukan ini berakhir dengan kopi dan gula yang terus dikocok Wawan telah berubah menjadi krim kental. Krim itu akan dicapur dengan susu dingin untuk menjadi kopi dalgona, minuman kopi yang viral di media sosial di tengah pandemi karena teknik pembuatannya yang ribet padahal rasanya seperti kopi susu biasa. Monolog ini begitu pula, tampaknya berbeda karena mengkritik karya lain. Padahal sama saja.”
 
26 Maret 2021

*) Pembaca buku dan Takmir liqo Akar Sungai, Solo. http://sastra-indonesia.com/2021/03/kopikir-kokeren/

No comments:

Post a Comment

A. Anzieb A. Muttaqin A. Qorib Hidayatullah A. Rifqi Hidayat A. Rodhi Murtadho A. Syauqi Sumbawi A.J. Susmana A.S. Laksana A'yat Khalili Abdul Hadi WM Abdul Hopid Abdul Kirno Tanda Abdul Wachid B.S. Acep Zamzam Noor Afrizal Malna Aguk Irawan MN Agus B. Harianto Agus Dermawan T. Agus Noor Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Sri Danardana Agus Sunyoto Agus Wibowo Agusri Junaidi Ahda Imran Ahid Hidayat Ahmad Muchlish Amrin Ahmadun Yosi Herfanda Ajip Rosidi Akhmad Sekhu Akhudiat Ali Audah Alim Bakhtiar Alunk Estohank Amien Kamil Amien Wangsitalaja Aming Aminoedhin Amir Hamzah Ana Mustamin Andhika Mappasomba Andi Achdian Andrenaline Katarsis Anjrah Lelono Broto Anton Wahyudi Anwar Holid Aprinus Salam Arafat Nur Ardy Kresna Crenata Arie MP Tamba Arief Budiman Ariel Heryanto Arif Wibowo Arman A.Z. Arsyad Indradi Aryadi Mellas Aryo Bhawono Asap Studio Asarpin Asep Rahmat Hidayat Asep Sambodja Aulia A Muhammad Awalludin GD Mualif B Kunto Wibisono Badaruddin Amir Balada Bambang Kempling Bambang Soebendo Banjir Bandang Beni Setia Benny Arnas Benny Benke Berita Berita Duka Bernando J. Sujibto Binhad Nurrohmat Boy Mihaballo Budaya Budi Darma Budi P. Hatees Bustan Basir Maras Catatan Cerbung Cerpen Chairil Gibran Ramadhan D. Zawawi Imron D.N. Aidit Daisy Priyanti Dandy Bayu Bramasta Daniel Dhakidae Dareen Tatour Dea Anugrah Dedy Sufriadi Dedy Tri Riyadi Deni Ahmad Fajar Deni Jazuli Denny JA Denny Mizhar Desti Fatin Fauziyyah Dewi Sartika Dhanu Priyo Prabowo Dharmadi Diah Budiana Dian Hartati Didin Tulus Djoko Pitono Djoko Saryono Donny Anggoro Dwi Pranoto Echa Panrita Lopi Eddi Koben Edy A Effendi Edy Firmansyah Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Darmoko Eko Faizin Emha Ainun Nadjib Enda Menzies Erlina P. Lestari Erwin Dariyanto Esai Esti Ambirati Evi Idawati Evi Sefiani F. Daus AR F. Rahardi Fahrudin Nasrulloh Faisal Kamandobat Fajar Alayubi Fakhrunnas MA Jabbar Fandy Hutari Farah Noersativa Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Faza Bina Al-Alim Felix K. Nesi Ferdian Ananda Majni Fian Firatmaja Gampang Prawoto Gema Erika Nugroho Goenawan Mohamad Gola Gong Gombloh Grathia Pitaloka Gunawan Budi Susanto Gunawan Maryanto Gus Noy H.B. Jassin Hairus Salim Hamka Hamsad Rangkuti Hari Murti Haris Firdaus Harry Aveling Hasan Aspahani Hasif Amini HE. Benyamine Hendri Yetus Siswono Herman Syahara Hermien Y. Kleden Holy Adib Huda S Noor Hudan Hidayat Hudan Nur Humam S Chudori Husni Hamisi I G.G. Maha Adi Iberamsyah Barbary Ida Fitri Idealisa Masyrafina Idrus Ignas Kleden Ikarisma Kusmalina Ike Ayuwandari Ilham Ilham Khoiri Imam Cahyono Imam Muhayat Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Tohari Indria Pamuhapsari Indrian Koto Irfan Sholeh Fauzi Isbedy Stiawan Z.S. J.J. Kusni Jadid Al Farisy Jajang R Kawentar Jakob Oetama Jalaluddin Rakhmat Jansen H. Sinamo Joni Ariadinata K.H. Bisri Syansuri K.H. M. Najib Muhammad Kahfi Ananda Giatama Kahfie Nazaruddin Kho Ping Hoo Kika Dhersy Putri Kitab Para Malaikat Kritik Sastra Kucing Oren Kunni Masrohanti Kuswinarto L.K. Ara Lagu Laksmi Shitaresmi Lan Fang Latief S. Nugraha Leila S. Chudori Leo Tolstoy Leon Agusta Lesbumi Yogyakarta Lily Yulianti Farid Linda Christanty Linda Sarmili Lukisan Lutfi Mardiansyah Luwu Utara M. Aan Mansyur M. Faizi M. Raudah Jambak M. Shoim Anwar M.D. Atmaja M’Shoe Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Majene Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mamasa Mamuju Mardi Luhung Marhalim Zaini Maroeli Simbolon Martin Aleida Masamba Mashuri Media KAMA_PO Melani Budianta Mihar Harahap Misbahus Surur Mochtar Lubis Moh. Jauhar al-Hakimi Mohammad Afifi Mohammad Yamin Much. Khoiri Muhammad Fauzi Muhammad Muhibbuddin Muhammad Ridwan Muhammad Subarkah Muhammad Walidin Muhammad Yasir Muhyiddin Mukhsin Amar Munawir Aziz Musa Ismail Mustamin Almandary N Teguh Prasetyo Nadine Gordimer Nara Ahirullah Nelson Alwi Nikita Mirzani Nirwan Ahmad Arsuka Nizar Qabbani Nugroho Sukmanto Nurani Soyomukti Nurel Javissyarqi Nuruddin Asyhadie Nurul Komariyah Ocehan Onghokham Otto Sukatno CR Pamela Allen Pameran Parakitri T. Simbolon Pelukis Pendidikan Penggalangan Dana Peta Provinsi Sulawesi Barat Polewali Pondok Pesantren Al-Madienah Pondok Pesantren Salafiyah Karossa Pramoedya Ananta Toer Pramuka Prasetyo Agung Pringadi AS Pringgo HR Priska Prosa Pudyo Saptono Puisi Puput Amiranti N Pustaka Ilalang PUstaka puJAngga Putu Fajar Arcana Putu Setia Putu Wijaya R Sutandya Yudha Khaidar R. Timur Budi Raja Radhar Panca Dahana Raedu Basha Ragdi F. Daye Rahmadi Usman Rahmat Sudirman Rahmat Sutandya Yudhanto Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rama Prabu Ratnani Latifah Raudal Tanjung Banua Reiny Dwinanda Remy Sylado Resensi Riadi Ngasiran Rian Harahap Ribut Wijoto Rida K Liamsi Riki Fernando Rofiqi Hasan Ronny Agustinus Rozi Kembara Rusydi Zamzami Rx King Motor S Yoga S. Jai Sabrank Suparno Safar Nurhan Saini K.M. Sajak Salman Rusydie Anwar Salman S Yoga Samsul Anam Sapardi Djoko Damono Sapto Hoedojo Sasti Gotama Sastra Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sejarah Seni Rupa Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sirajudin Siswoyo Sitok Srengenge Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sonia Sosiawan Leak Sukitman Sulawesi Selatan Sunaryono Basuki Ks Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Suriali Andi Kustomo Suryanto Sastroatmodjo Susi Ivvaty Susianna Sutan Takdir Alisjahbana Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Syaifuddin Gani Syamsudin Noer Moenadi Syihabuddin Qalyubi Syu’bah Asa Tari Bamba Manurung Tari Bulu Londong Tari Ma’Bundu Tari Mappande Banua Tari Patuddu Tari Salabose Daeng Poralle Tari Sayyang Pattuqduq Tari Toerang Batu Tata Chacha Tatan Daniel Taufik Ikram Jamil Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teater Teddi Muhtadin Teguh Setiawan Pinang Teguh Winarsho AS Tenas Effendy Tengsoe Tjahjono Tenni Purwanti Tito Sianipar Tjahjono Widijanto Toeti Heraty Tosiani Tri Wahono Udin Badruddin Udo Z. Karzi Umar Fauzi Ballah Umar Kayam Umbu Landu Paranggi Usman Arrumy UU Hamidy Uwell's King Shop Uwell's Setiawan W.S. Rendra Wahib Muthalib Wahyudi Akmaliah Muhammad Wan Anwar Wawancara Wayan Sunarta Welly Kuswanto Wicaksono Wicaksono Adi Wilson Nadeak Wisata Yohanes Sehandi Yonatan Raharjo Yopie Setia Umbara Yosephine Maryati Yudhis M. Burhanudin Yukio Mishima Yurnaldi Zamakhsyari Abrar