Sunday, February 14, 2021

Kembalinya Sang Pujangga

Akhmad Sekhu *
oase.kompas.com
 
Sebentar lagi, sejenak istirah di atas angin dan seorang perempuan akan melahirkan aku…
 
Demikian kutipan dari bab terakhir Sang Nabi yang ditulis oleh Kahlil Gibran. Sang Nabi disebut sebagai mahakarya Kahlil Gibran. Di dalamnya terdapat sebuah janji, suatu ketika ia akan kembali. Janji itu kini telah ditepati. Pada Hajjar Gibran, ia menitis dan meneruskan mutiara-mutiara kehidupannya. Demikian yang tersirat dari buku berjudul Kembalinya Sang Nabi yang ditulis Hajjar Gibran.
 
Siapa sebenarnya Hajjar Gibran? Dalam buku ini ia menganggap Kahlil Gibran sebagai kakek karena tidak tahu sebutan apa yang tepat untuk menggambarkan hubungan keluarganya. Apakah benar ia cucu “sang nabi” itu?
 
Diceritakan, ia bertemu dengan Wahib Keyrous, kurator museum Kahlil Gibran di Beshari, Lebanon, untuk mempelajari silsilah keluarga Kahlil Gibran dan mengklarifikasi hubungannya. Berkas-berkas di situ mencatat sejarah beberapa generasi dan lima saudara Kahlil Gibran, yang ternyata masing-masing memproduksi satu cabang keluarga besar. Kahlil Gibran dan dirinya adalah sehelai daun di cabang-cabang terpisah dari sebuah silsilah keluarga yang sama.
 
Hajjar Gibran yang terpukul oleh kematian kakaknya pernah terpuruk dalam lubang kegelapan sampai ia masuk penjara. Hidupnya berubah ketika ia mengalami perjalanan spiritual yang membawanya melihat kembali asal-usulnya dari keturunan Kahlil Gibran. Melalui seorang laki-laki yang kerap hadir ketika keraguan menghampirinya, ia mendapat pencerahan dan ia sangat yakin bahwa laki-laki itu adalah Kahlil Gibran yang menitis dirinya sehingga kemudian ia dapat berkarya.
 
Kalau Kahlil Gibran, tentu semua orang sudah tahu, bahwa karya-karyanya diakui karena keindahan dan kedalaman maknanya. Dengan bahasa alegoris, esoteris, dan mistis, yang khas dunia Timur. Bersama Rabindranath Tagore, ia dianggap sebagai duta-duta budaya oriental yang menghadirkan khazanah Timur yang eksotik dan mistis kepada dunia Barat Modern.
 
Lahir di Besgari, Lebanon 1883, orangtuanya memberi nama Gibran, persis seperti nama kakeknya sebagai adat kebiasaan orang-orang Lebanon waktu itu. Ayahnya sendiri bernama Khalil Gibran. Maka nama lengkapnya menjadi Gibran Khalil Gibran atau Jubran Khalil Jubran, sedangkan kalangan bukan Arab dipakai nama “Kahlil Gibran” dengan mengubah letak huruf “h” atas saran gurunya di Amerika yang sangat mengagumi kejeniusannya. Kahlil Gibran dianggap penyair Arab perantauan terbesar.
***
 
Buku “Sang Nabi” karya Kahlil Gibran adalah sebuah novel puisi yang bercerita tentang seorang yang bernama Al Mustafa, yang dalam bahasa Arab berarti “Yang Terpilih”. Setelah mengasingkan diri di sebuah pulau terpencil selama dua belas tahun, Al Mustafa yang juga Sang Nabi menuju sebuah kota bernama Orphalese dan mengajari manusia tentang hakekat kehidupan.
 
Buku “Kembalinya Sang Nabi” karya Hajjar Gibran ini adalah juga novel puisi, tapi dengan gaya bercerita memakai sudut pandang aku sebagai Seseorang Tak Bernama yang “berdialog” dengan Sang Nabi untuk meneruskan mutiara-mutiara kehidupan tentang arti cinta, kebenaran, hasrat, rahmat, seksualitas, keberanian, kebahagiaan, dan kasih.
 
Buku setebal seratus halaman itu terdiri dari tujuh belas bagian yang dimulai dari bab berjudul Fajar, yang menyiratkan terbitnya sebuah harapan. Simaklah penuturannya yang antara lain berbunyi begini; Orang tuaku dengan cinta mengatakan, walaupun aku lahir dari tubuh mereka, jiwaku dikandung oleh kerinduan abadi. Hal ini mengingatkan kita pada “Sang Nabi”-nya Kahlil Gibran perihal anak keturunan: Anakmu bukan milikmu. Mereka putera-puteri Sang hidup yang rindu pada dirinya sendiri.
 
Kemudian, kedua, Keyakinan, kita menyimak: Tanpa keyakinan, kamu bagaikan Sehelai bulu dihembus oleh angin, berkelana tanpa tujuan. Tapi kalau kepercayaanmu terperangkap dalam keyakinanmu, kamu bagaikan seekor burung tersangkar yang bisa merentangkan sayap namun tidak bisa terbas bebas.
 
Demikian juga dengan yang ketiga, Kebenaran, kita bisa menyimak, misalnya: Kebenaran adalah jurang paradoks yang ditemukan secara kebetulan olehmu, dan dia di sana, tersenyum padamu, tanpa polesan dan irasional seperti cinta. Sebuah kebenaran yang terucapkan berdiam hanya sesaat di bibirmu. Dan sebuah kebenaran yang teringat bukanlah kebenaran; ia adalah perenungan yang sudah lewat dalam kaca waktu.
 
Dan seterusnya, bagian demi bagian, seperti Hasrat; Rahmat; Seksualitas; Perubahan; Visi; Kelimpahan; Pengkhianatan; Pengampunan; Keberanian; kebahagiaan; Kasih; Perjalanan Kembali; Pencerahan; sampai dengan Kenangan. Kesemua uraiannya bisa dikatakan bagaikan “harta karun terhebat yang akan kamu temukan berada dalam kasih yang kamu bagikan.”
***
 
Membaca “Kembalinya Sang Nabi,” kita seperti mendapatkan kembalinya kata-kata mutiara sang pujangga. Meski pencapaian estetikanya tidak sama, tapi paling tidak cukup berhasil untuk menyebut telah terjadi regenerasi. Antara Kahlil Gibran dengan Hajjar Gibran, yang memang sama-sama menyandang nama Gibran, seperti melakukan estafet pergantian dalam dunia kapujanggan. Sebuah dunia yang tidak mudah dicapai oleh setiap orang.
 
Menurut Budi Darma, apabila pengarang sudah menjadi mitos, pengarang lebih penting daripada karyanya. Sementara itu, pengarang menjadi mitos merupakan salah satu ciri zaman modern. Kita lebih banyak menggali apa dan siapa pengarangnya, dibanding mencermati karya pengarang itu.
 
Dalam hal ini mengenai Kembalinya Sang Nabi adalah keniscayaan. Kahlil Gibran sudah menjadi mitos, tapi karya-karyanya juga penting dan mutiara kata-katanya sering menjadi bahan rujukan. Tapi bagaimana dengan Hajjar Gibran, penerusnya? Biarlah sang waktu yang akan menjawabnya.
 
*) Peresensi, pengamat buku yang tinggal di Jakarta dan Tegal.
 
Judul Buku: Kembalinya Sang Nabi
Penulis: Hajjar Gibran
Penerjemah: Richard Oh
Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta
Cetakan: Januari 2009
Tebal: xxii + 100 halaman

http://sastra-indonesia.com/2009/03/kembalinya-sang-pujangga/

No comments:

Post a Comment

A. Anzieb A. Muttaqin A. Qorib Hidayatullah A. Rifqi Hidayat A. Rodhi Murtadho A. Syauqi Sumbawi A.J. Susmana A.S. Laksana A'yat Khalili Abdul Hadi WM Abdul Hopid Abdul Kirno Tanda Abdul Wachid B.S. Acep Zamzam Noor Afrizal Malna Aguk Irawan MN Agus B. Harianto Agus Dermawan T. Agus Noor Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Sri Danardana Agus Sunyoto Agus Wibowo Agusri Junaidi Ahda Imran Ahid Hidayat Ahmad Muchlish Amrin Ahmadun Yosi Herfanda Ajip Rosidi Akhmad Sekhu Akhudiat Ali Audah Alim Bakhtiar Alunk Estohank Amien Kamil Amien Wangsitalaja Aming Aminoedhin Amir Hamzah Ana Mustamin Andhika Mappasomba Andi Achdian Andrenaline Katarsis Anjrah Lelono Broto Anton Wahyudi Anwar Holid Aprinus Salam Arafat Nur Ardy Kresna Crenata Arie MP Tamba Arief Budiman Ariel Heryanto Arif Wibowo Arman A.Z. Arsyad Indradi Aryadi Mellas Aryo Bhawono Asap Studio Asarpin Asep Rahmat Hidayat Asep Sambodja Aulia A Muhammad Awalludin GD Mualif B Kunto Wibisono Badaruddin Amir Balada Bambang Kempling Bambang Soebendo Banjir Bandang Beni Setia Benny Arnas Benny Benke Berita Berita Duka Bernando J. Sujibto Binhad Nurrohmat Boy Mihaballo Budaya Budi Darma Budi P. Hatees Bustan Basir Maras Catatan Cerbung Cerpen Chairil Gibran Ramadhan D. Zawawi Imron D.N. Aidit Daisy Priyanti Dandy Bayu Bramasta Daniel Dhakidae Dareen Tatour Dea Anugrah Dedy Sufriadi Dedy Tri Riyadi Deni Ahmad Fajar Deni Jazuli Denny JA Denny Mizhar Desti Fatin Fauziyyah Dewi Sartika Dhanu Priyo Prabowo Dharmadi Diah Budiana Dian Hartati Didin Tulus Djoko Pitono Djoko Saryono Donny Anggoro Dwi Pranoto Echa Panrita Lopi Eddi Koben Edy A Effendi Edy Firmansyah Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Darmoko Eko Faizin Emha Ainun Nadjib Enda Menzies Erlina P. Lestari Erwin Dariyanto Esai Esti Ambirati Evi Idawati Evi Sefiani F. Daus AR F. Rahardi Fahrudin Nasrulloh Faisal Kamandobat Fajar Alayubi Fakhrunnas MA Jabbar Fandy Hutari Farah Noersativa Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Faza Bina Al-Alim Felix K. Nesi Ferdian Ananda Majni Fian Firatmaja Gampang Prawoto Gema Erika Nugroho Goenawan Mohamad Gola Gong Gombloh Grathia Pitaloka Gunawan Budi Susanto Gunawan Maryanto Gus Noy H.B. Jassin Hairus Salim Hamka Hamsad Rangkuti Hari Murti Haris Firdaus Harry Aveling Hasan Aspahani Hasif Amini HE. Benyamine Hendri Yetus Siswono Herman Syahara Hermien Y. Kleden Holy Adib Huda S Noor Hudan Hidayat Hudan Nur Humam S Chudori Husni Hamisi I G.G. Maha Adi Iberamsyah Barbary Ida Fitri Idealisa Masyrafina Idrus Ignas Kleden Ikarisma Kusmalina Ike Ayuwandari Ilham Ilham Khoiri Imam Cahyono Imam Muhayat Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Tohari Indria Pamuhapsari Indrian Koto Irfan Sholeh Fauzi Isbedy Stiawan Z.S. J.J. Kusni Jadid Al Farisy Jajang R Kawentar Jakob Oetama Jalaluddin Rakhmat Jansen H. Sinamo Joni Ariadinata K.H. Bisri Syansuri K.H. M. Najib Muhammad Kahfi Ananda Giatama Kahfie Nazaruddin Kho Ping Hoo Kika Dhersy Putri Kitab Para Malaikat Kritik Sastra Kucing Oren Kunni Masrohanti Kuswinarto L.K. Ara Lagu Laksmi Shitaresmi Lan Fang Latief S. Nugraha Leila S. Chudori Leo Tolstoy Leon Agusta Lesbumi Yogyakarta Lily Yulianti Farid Linda Christanty Linda Sarmili Lukisan Lutfi Mardiansyah Luwu Utara M. Aan Mansyur M. Faizi M. Raudah Jambak M. Shoim Anwar M.D. Atmaja M’Shoe Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Majene Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mamasa Mamuju Mardi Luhung Marhalim Zaini Maroeli Simbolon Martin Aleida Masamba Mashuri Media KAMA_PO Melani Budianta Mihar Harahap Misbahus Surur Mochtar Lubis Moh. Jauhar al-Hakimi Mohammad Afifi Mohammad Yamin Much. Khoiri Muhammad Fauzi Muhammad Muhibbuddin Muhammad Ridwan Muhammad Subarkah Muhammad Walidin Muhammad Yasir Muhyiddin Mukhsin Amar Munawir Aziz Musa Ismail Mustamin Almandary N Teguh Prasetyo Nadine Gordimer Nara Ahirullah Nelson Alwi Nikita Mirzani Nirwan Ahmad Arsuka Nizar Qabbani Nugroho Sukmanto Nurani Soyomukti Nurel Javissyarqi Nuruddin Asyhadie Nurul Komariyah Ocehan Onghokham Otto Sukatno CR Pamela Allen Pameran Parakitri T. Simbolon Pelukis Pendidikan Penggalangan Dana Peta Provinsi Sulawesi Barat Polewali Pondok Pesantren Al-Madienah Pondok Pesantren Salafiyah Karossa Pramoedya Ananta Toer Pramuka Prasetyo Agung Pringadi AS Pringgo HR Priska Prosa Pudyo Saptono Puisi Puput Amiranti N Pustaka Ilalang PUstaka puJAngga Putu Fajar Arcana Putu Setia Putu Wijaya R Sutandya Yudha Khaidar R. Timur Budi Raja Radhar Panca Dahana Raedu Basha Ragdi F. Daye Rahmadi Usman Rahmat Sudirman Rahmat Sutandya Yudhanto Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rama Prabu Ratnani Latifah Raudal Tanjung Banua Reiny Dwinanda Remy Sylado Resensi Riadi Ngasiran Rian Harahap Ribut Wijoto Rida K Liamsi Riki Fernando Rofiqi Hasan Ronny Agustinus Rozi Kembara Rusydi Zamzami Rx King Motor S Yoga S. Jai Sabrank Suparno Safar Nurhan Saini K.M. Sajak Salman Rusydie Anwar Salman S Yoga Samsul Anam Sapardi Djoko Damono Sapto Hoedojo Sasti Gotama Sastra Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sejarah Seni Rupa Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sirajudin Siswoyo Sitok Srengenge Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sonia Sosiawan Leak Sukitman Sulawesi Selatan Sunaryono Basuki Ks Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Suriali Andi Kustomo Suryanto Sastroatmodjo Susi Ivvaty Susianna Sutan Takdir Alisjahbana Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Syaifuddin Gani Syamsudin Noer Moenadi Syihabuddin Qalyubi Syu’bah Asa Tari Bamba Manurung Tari Bulu Londong Tari Ma’Bundu Tari Mappande Banua Tari Patuddu Tari Salabose Daeng Poralle Tari Sayyang Pattuqduq Tari Toerang Batu Tata Chacha Tatan Daniel Taufik Ikram Jamil Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teater Teddi Muhtadin Teguh Setiawan Pinang Teguh Winarsho AS Tenas Effendy Tengsoe Tjahjono Tenni Purwanti Tito Sianipar Tjahjono Widijanto Toeti Heraty Tosiani Tri Wahono Udin Badruddin Udo Z. Karzi Umar Fauzi Ballah Umar Kayam Umbu Landu Paranggi Usman Arrumy UU Hamidy Uwell's King Shop Uwell's Setiawan W.S. Rendra Wahib Muthalib Wahyudi Akmaliah Muhammad Wan Anwar Wawancara Wayan Sunarta Welly Kuswanto Wicaksono Wicaksono Adi Wilson Nadeak Wisata Yohanes Sehandi Yonatan Raharjo Yopie Setia Umbara Yosephine Maryati Yudhis M. Burhanudin Yukio Mishima Yurnaldi Zamakhsyari Abrar