Sunday, December 6, 2020

SEMAR

Aprinus Salam *
 
Tidak akan ada yang mengatakan tokoh Semar itu kurang penting dibandingkan mungkin ada tokoh wayang lain yang lebih penting. Saking pentingnya Semar, ia tidak hanya menjadi tokoh mayor dalam berbagai versi wayang, mitos, sejarah, dan sebagainya. Ia juga hadir dalam novel sastra Indonesia modern, dalam ratusan atau ribuan puisi. Semar hadir dalam berbagai diskusi di angkringan hingga tempat-tempat mewah.
 
Semar dibicarakan di ruang-ruang ramai dengan gegap gempita hingga ke ruang-ruang yang sunyi. Semar ditulis ulang dalam berbagai cara dan versi, dalam berbagai kebutuhan, dalam berbagai kepentingan dan tujuan. Semar dibicarakan dan ditulis dalam suasana gembira dan sedih, dalam suasana bahagia dan duka. Semar terlibat dalam berbagai pertarungan wacana, dalam rezim diskursif  yang berbeda-beda.
 
Semar ada di mana-mana dan menjadi siapa saja. Kadang ia disosoki kembali sebagai dewa sungguhan yang mandraguna tanpa tanding, tetapi ia juga seperti sosok manusia yang biasa-biasa saja, yang kadang ketawa dan sedih, yang kadang harus tetap sabar menahan kemarahan melihat sesuatu kurang ajar. Ia sosok yang tinggi dan mulia. Padahal, ia juga sosok yang tidak lebih sebagai pembantu atau pelayan (batur) bagi tuan-tuannya.
 
Yang sedikit “seragam” tentang Semar  adalah sosoknya yang berperut gemuk dan berbokong gempal. Sebenarnya, sosok fisik tersebut lebih sebagai batasan dan paradoks fantasi itu sendiri. Artinya, manusia dan kebudayaannya memilih bukan sebagai sosok berfisik ideal, tetapi berfisik “yang kita tidak mau”, sehingga kondisi fisik itu menyebabkan keberadaan Semar terbuka untuk dikerjain, diganyang, dirampas, dimanfaatkan, dipuja, dan dimuliakan dengan perasaan nyaman, gembira, dan bahagia.
 
Terkait dengan kondisi paradoksal tersebut, Semar menjadi ada di mana-mana dan menjadi apa saja. Saking terlalu luas dan besarnya keber-ada-an Semar, saya (mungkin kita) menjadi tidak tahu lagi Semar itu apa dan siapa. Ketika seseorang mengatakan Semar itu A, ternyata yang lain mengatakan B, C,D, dan seterusnya. Tidak ada yang keberatan bagaimana Semar ditandai dalam rangkaian penanda yang kita tidak tahu di mana titik simpulnya. Ketika seseorang mengatakan Semar itu di suatu ruang, tetapi tidak ada yang protes ia juga hadir di ruang yang lain.
 
Dalam berbagai cara Semar diidentifikasi, tetapi sekaligus ia tidak teridentifikasi. Dalam berbagai cara Semar dikonstruksi oleh berbagai tatanan simbolik masyarakat yang berbeda-beda, tetapi sekaligus ia seolah terlepas dari tatanannya. Di satu sisi Semar diposisikan sebagai penjaga etik, tetapi di sisi lain dia tidak lain representasi dari sosok yang hidup bebas tanpa beban dan aturan etik.
 
Saking kita tahu banyak tentang Semar, di balik itu justru membuka peluang yang semakin besar mencari-celah hal apa dan yang mana yang belum diketahui untuk “ngerjain” dan mengeksplorasi Semar. Dalam kondisi dan posisi ini, Semar telah menjadi ujung fantasi dan batas simbolik yang kita tidak/belum tahu di manakah dan apakah itu.
 
Namun, secara kontradiktif pula, saya (mungkin kita), kayaknya tidak pernah berniat menjadi Semar, atau seolah-olah mempraktikkan hidup seperti Semar. Semar itu, dalam konotasi simboliknya, terlalu licin dan menggelincirkan. Sementara itu, batas simboliknya yang berdimensi etik, karena terlalu halus, lembut, dan cair, ia menjadi tidak memiliki posisi yang tajam dalam mengelola hasrat-hasrat manusiawi.
 
Karena licin, mungkin sosok Semar merupakan representasi demokrasi dan kemerdekaan paling murni. Semar tidak lebih hanya dimanfaatkan sebagai peluru etik, kadang-kadang ditembakkan, kadang-kadang dipakai sendiri, kadang-kadang dilupakan, kadang-kadang disalahtafsirkan, kadang-kadang dijadikan hukum. Kalau tidak paradoksal, dia bukan Semar. Sebaliknya, kalau bukan paradoksal, dia pun bisa disemarkan.
 
Muaranya, sosok Semar bukan saja dimanfaatkan sebagai proses subjektivasi, tetapi sekaligus sebagai medan dan ruang negosiasi. Posisi sosial, ekonomi, politik, dan kultural seseorang akan sangat menentukan bagaimana “memberdayakan” Semar dalam memposisikan dirinya sendiri secara relatif. Kerelatifan tersebut karena Semar tidak dapat dipakai sebagai alat politik identitas. Semar hanya bisa menjadikan saya menjadi kita, tetapi tidak mengeluarkan kita karena berbeda petanda. Kita bisa dan boleh berbeda di dalam kekitaan itu.
 
4 Des 2020
 

*) Dr. Aprinus Salam, M. Hum., Sastrawan kelahiran Riau, 7 April 1965. Dosen FIB UGM, Kepala Pusat Studi Kebudayaan UGM sejak 2013, Anggota Senat Akademik UGM 2012-2016, Konsultan Ahli Dinas Kebudayaan DIY (2013-2016). Pendidikan S1, Bahasa dan Sastra Indonesia FIB UGM (Lulus 1992), S2 Program Studi Sastra Pasca Sarjana UGM (Lulus 2002, salah satu wisudawan terbaik), S3 Program Studi Sastra (Program Studi Ilmu-Ilmu Humaniora, Pascasarjana FIB UGM, lulus 2010). https://sastra-indonesia.com/2020/12/semar/

No comments:

Post a Comment

A. Anzieb A. Muttaqin A. Qorib Hidayatullah A. Rifqi Hidayat A. Rodhi Murtadho A. Syauqi Sumbawi A.J. Susmana A.S. Laksana A'yat Khalili Abdul Hadi WM Abdul Hopid Abdul Kirno Tanda Abdul Wachid B.S. Acep Zamzam Noor Afrizal Malna Aguk Irawan MN Agus B. Harianto Agus Dermawan T. Agus Noor Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Sri Danardana Agus Sunyoto Agus Wibowo Agusri Junaidi Ahda Imran Ahid Hidayat Ahmad Muchlish Amrin Ahmadun Yosi Herfanda Ajip Rosidi Akhmad Sekhu Akhudiat Ali Audah Alim Bakhtiar Alunk Estohank Amien Kamil Amien Wangsitalaja Aming Aminoedhin Amir Hamzah Ana Mustamin Andhika Mappasomba Andi Achdian Andrenaline Katarsis Anjrah Lelono Broto Anton Wahyudi Anwar Holid Aprinus Salam Arafat Nur Ardy Kresna Crenata Arie MP Tamba Arief Budiman Ariel Heryanto Arif Wibowo Arman A.Z. Arsyad Indradi Aryadi Mellas Aryo Bhawono Asap Studio Asarpin Asep Rahmat Hidayat Asep Sambodja Aulia A Muhammad Awalludin GD Mualif B Kunto Wibisono Badaruddin Amir Balada Bambang Kempling Bambang Soebendo Banjir Bandang Beni Setia Benny Arnas Benny Benke Berita Berita Duka Bernando J. Sujibto Binhad Nurrohmat Boy Mihaballo Budaya Budi Darma Budi P. Hatees Bustan Basir Maras Catatan Cerbung Cerpen Chairil Gibran Ramadhan D. Zawawi Imron D.N. Aidit Daisy Priyanti Dandy Bayu Bramasta Daniel Dhakidae Dareen Tatour Dea Anugrah Dedy Sufriadi Dedy Tri Riyadi Deni Ahmad Fajar Deni Jazuli Denny JA Denny Mizhar Desti Fatin Fauziyyah Dewi Sartika Dhanu Priyo Prabowo Dharmadi Diah Budiana Dian Hartati Didin Tulus Djoko Pitono Djoko Saryono Donny Anggoro Dwi Pranoto Echa Panrita Lopi Eddi Koben Edy A Effendi Edy Firmansyah Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Darmoko Eko Faizin Emha Ainun Nadjib Enda Menzies Erlina P. Lestari Erwin Dariyanto Esai Esti Ambirati Evi Idawati Evi Sefiani F. Daus AR F. Rahardi Fahrudin Nasrulloh Faisal Kamandobat Fajar Alayubi Fakhrunnas MA Jabbar Fandy Hutari Farah Noersativa Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Faza Bina Al-Alim Felix K. Nesi Ferdian Ananda Majni Fian Firatmaja Gampang Prawoto Gema Erika Nugroho Goenawan Mohamad Gola Gong Gombloh Grathia Pitaloka Gunawan Budi Susanto Gunawan Maryanto Gus Noy H.B. Jassin Hairus Salim Hamka Hamsad Rangkuti Hari Murti Haris Firdaus Harry Aveling Hasan Aspahani Hasif Amini HE. Benyamine Hendri Yetus Siswono Herman Syahara Hermien Y. Kleden Holy Adib Huda S Noor Hudan Hidayat Hudan Nur Humam S Chudori Husni Hamisi I G.G. Maha Adi Iberamsyah Barbary Ida Fitri Idealisa Masyrafina Idrus Ignas Kleden Ikarisma Kusmalina Ike Ayuwandari Ilham Ilham Khoiri Imam Cahyono Imam Muhayat Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Tohari Indria Pamuhapsari Indrian Koto Irfan Sholeh Fauzi Isbedy Stiawan Z.S. J.J. Kusni Jadid Al Farisy Jajang R Kawentar Jakob Oetama Jalaluddin Rakhmat Jansen H. Sinamo Joni Ariadinata K.H. Bisri Syansuri K.H. M. Najib Muhammad Kahfi Ananda Giatama Kahfie Nazaruddin Kho Ping Hoo Kika Dhersy Putri Kitab Para Malaikat Kritik Sastra Kucing Oren Kunni Masrohanti Kuswinarto L.K. Ara Lagu Laksmi Shitaresmi Lan Fang Latief S. Nugraha Leila S. Chudori Leo Tolstoy Leon Agusta Lesbumi Yogyakarta Lily Yulianti Farid Linda Christanty Linda Sarmili Lukisan Lutfi Mardiansyah Luwu Utara M. Aan Mansyur M. Faizi M. Raudah Jambak M. Shoim Anwar M.D. Atmaja M’Shoe Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Majene Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mamasa Mamuju Mardi Luhung Marhalim Zaini Maroeli Simbolon Martin Aleida Masamba Mashuri Media KAMA_PO Melani Budianta Mihar Harahap Misbahus Surur Mochtar Lubis Moh. Jauhar al-Hakimi Mohammad Afifi Mohammad Yamin Much. Khoiri Muhammad Fauzi Muhammad Muhibbuddin Muhammad Ridwan Muhammad Subarkah Muhammad Walidin Muhammad Yasir Muhyiddin Mukhsin Amar Munawir Aziz Musa Ismail Mustamin Almandary N Teguh Prasetyo Nadine Gordimer Nara Ahirullah Nelson Alwi Nikita Mirzani Nirwan Ahmad Arsuka Nizar Qabbani Nugroho Sukmanto Nurani Soyomukti Nurel Javissyarqi Nuruddin Asyhadie Nurul Komariyah Ocehan Onghokham Otto Sukatno CR Pamela Allen Pameran Parakitri T. Simbolon Pelukis Pendidikan Penggalangan Dana Peta Provinsi Sulawesi Barat Polewali Pondok Pesantren Al-Madienah Pondok Pesantren Salafiyah Karossa Pramoedya Ananta Toer Pramuka Prasetyo Agung Pringadi AS Pringgo HR Priska Prosa Pudyo Saptono Puisi Puput Amiranti N Pustaka Ilalang PUstaka puJAngga Putu Fajar Arcana Putu Setia Putu Wijaya R Sutandya Yudha Khaidar R. Timur Budi Raja Radhar Panca Dahana Raedu Basha Ragdi F. Daye Rahmadi Usman Rahmat Sudirman Rahmat Sutandya Yudhanto Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rama Prabu Ratnani Latifah Raudal Tanjung Banua Reiny Dwinanda Remy Sylado Resensi Riadi Ngasiran Rian Harahap Ribut Wijoto Rida K Liamsi Riki Fernando Rofiqi Hasan Ronny Agustinus Rozi Kembara Rusydi Zamzami Rx King Motor S Yoga S. Jai Sabrank Suparno Safar Nurhan Saini K.M. Sajak Salman Rusydie Anwar Salman S Yoga Samsul Anam Sapardi Djoko Damono Sapto Hoedojo Sasti Gotama Sastra Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sejarah Seni Rupa Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sirajudin Siswoyo Sitok Srengenge Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sonia Sosiawan Leak Sukitman Sulawesi Selatan Sunaryono Basuki Ks Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Suriali Andi Kustomo Suryanto Sastroatmodjo Susi Ivvaty Susianna Sutan Takdir Alisjahbana Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Syaifuddin Gani Syamsudin Noer Moenadi Syihabuddin Qalyubi Syu’bah Asa Tari Bamba Manurung Tari Bulu Londong Tari Ma’Bundu Tari Mappande Banua Tari Patuddu Tari Salabose Daeng Poralle Tari Sayyang Pattuqduq Tari Toerang Batu Tata Chacha Tatan Daniel Taufik Ikram Jamil Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teater Teddi Muhtadin Teguh Setiawan Pinang Teguh Winarsho AS Tenas Effendy Tengsoe Tjahjono Tenni Purwanti Tito Sianipar Tjahjono Widijanto Toeti Heraty Tosiani Tri Wahono Udin Badruddin Udo Z. Karzi Umar Fauzi Ballah Umar Kayam Umbu Landu Paranggi Usman Arrumy UU Hamidy Uwell's King Shop Uwell's Setiawan W.S. Rendra Wahib Muthalib Wahyudi Akmaliah Muhammad Wan Anwar Wawancara Wayan Sunarta Welly Kuswanto Wicaksono Wicaksono Adi Wilson Nadeak Wisata Yohanes Sehandi Yonatan Raharjo Yopie Setia Umbara Yosephine Maryati Yudhis M. Burhanudin Yukio Mishima Yurnaldi Zamakhsyari Abrar