Friday, December 4, 2020

CITRA PEREMPUAN DALAM SASTRA (10)

: Kelonggaran Moralitas Sosial dan Kebebasan Perempuan
 
Djoko Saryono *
 
Di samping menimbulkan kekerasan terhadap perempuan, modernisme dan pembangunanisme juga memunculkan kelonggaran moralitas sosial. Modernisme dan pembangunanisme memang telah membuat perempuan bebas dari (freedom from) belenggu dan kungkungan tradisi yang sangat patriarkis, tetapi juga menjadikan perempuan bebas untuk (freedom of) berbuat segala sesuatu, bahkan berbuat sesuatu yang melanggar moralitas sosial, misalnya promiskuitas dan pelacuran secara ekonomis, akibat timbulnya kelonggaran moralitas sosial. Hal-hal seperti ini banyak digambarkan di dalam teks-teks novel Indonesia sesudah perang yang di dalam teks-teks novel sebelum perang belum banyak digambarkan.
 
Teks novel Azab dan Sengsara, Sengsara Membawa Nikmat, Sitti Nurbaya, Salah Asuhan, Layar Terkembang, Anak Perawan di Sarang Penyamun, dan Tenggelamnya Kapal van der Wijk yang semuanya terbit sebelum perang, sebagai contoh, sama sekali tidak menggambarkan pelanggaran moralitas sosial karena memang tidak ada kelonggaran moralitas sosial bagi perempuan dan perempuan juga tidak bebas dari ikatan tradisi patriarkis yang memingit perempuan. Teks novel Belenggu yang terbit sebelum perang memang sudah mulai menggambarkan pelanggaran moralitas sosial dan kebebasan perempuan untuk berbagai hal di sektor publik. Akan tetapi, pelanggaran moralitas sosial karena timbulnya kelonggaran moralitas sosial bagi perempuan dan perempuan juga dapat bebas untuk berbuat segala sesuatu secara ekstentif digambarkan oleh Telegram, Raumanen, Burung-burung Manyar, Durga Umayi, Merahnya Merah, Para Priyayi, dan Pengakuan Pariyem yang semuanya terbit sesudah perang.
 
Di dalam teks-teks novel Indonesia sesudah perang, modernisme dan pembangunanisme digambarkan telah memberikan kepada perempuan kebebasan dari ikatan tradisi yang sangat patriarkis dan kebebasan untuk berbuat segala sesuatu tanpa sanksi moral sosial. Pada sisi lain, penetrasi modernisme dan pembangunanisme juga digambarkan telah menimbulkan kelonggaran moralitas sosial akibat rusaknya moralitas tradisional, semakin individualistisnya orang, dan lambatnya reintegrasi sistem sosial.
 
Dalam teks novel Telegram, sebagai contoh, Rosa -- yang juga pelacur -- memilih hidup kumpul kebo terus-menerus dengan tokoh Aku, pacarnya. Di dalam teks tidak digambarkan sama sekali reaksi masyarakat dan sanksi moral yang diterimanya. Dalam teks Raumanen digambarkan pergaulan bebas sejoli mahasiswa Manen dan Monang berhubungan intim di luar perkawinan hingga menyebabkan Manen hamil. Lembaga perkawinan di sini sudah digugat. Di dalam teks novel Pada Sebuah Kapal digambarkan Sri bermain seks bebas dengan orang asing sebagai bentuk pelampiasan ketidakpuasan kehidupan keluarganya. Demikian juga di dalam teks novel Durga Umayi digambarkan Iin Sulinda berprofesi sebagai pelacur kelas tinggi bagi pejabat-pejabat di samping berprofesi sebagai pengusaha. Di dalam teks tidak digambarkan reaksi sosial atas kepelacuran Iin Sulinda.
 
Contoh-contoh tersebut menunjukkan bahwa kebebasan perempuan dari ikatan tradisi telah mendorong perempuan membuat perempuan bebas untuk berbuat sesuatu, ter¬masuk berbuat sesuatu yang melanggar moralitas sosial. Tidak seperti di dalam teks novel sebelum perang, di dalam teks novel sesudah perang tidak digambarkan sanksi moral sosial atas pelanggaran moral. Moralitas sosial terbendung oleh prinsip privasi dan individualitas mandiri.
 
Hal tersebut mengimplikasikan bahwa teks-teks novel Indonesia sesudah perang mencoba merespons teks-teks novel Indonesia sebelum perang. Kalau teks novel-novel Indonesia sebelum perang mempersoalkan kebebasan perempuan dari ikatan tradisi dan mencoba memberikan afirmasi terhadap kemodernan sekaligus modernisme yang telah menawarkan kebebasan baru, maka teks novel-novel sesudah perang justru mempersoalkan kebebasan baru tersebut.
 
Teks-teks novel Indonesia sesudah perang pada dasarnya mempersoalkan kebebasan perempuan untuk apa: apakah kebebasan untuk berbuat serong, berhubungan intim di luar nikah, dan hidup kumpul kebo?. Di sinilah jebakan modernisme dan pembangunanisme bagi perempuan. Kebebasan perempuan dari ikatan belenggu tradisi  -- yang banyak digambarkan oleh teks novel sebelum perang -- berkat modernisme dan pembangunanisme -- ternyata telah mengantarkan perempuan masuk ke dalam kebebasan untuk berbuat sesuatu yang tidak jarang melanggar moralitas sosial. Akibatnya, perempuan tersiksa atau teraniaya juga.
 
Oleh karena itu, citra perempuan tersiksa dan teraniaya tampil juga secara kuat dalam teks novel sesudah perang. Akan tetapi, pada masa sesudah perang  perempuan tersiksa dan teraniaya oleh kekerasan modernisme dan pembangunanisme, sedang pada masa sebelum perang perempuan tersiksa dan teraniaya oleh kekuatan ikatan tradisi patriarkis.
***
 
*) Prof. Dr. Djoko Saryono, M.Pd adalah Guru Besar Jurusan Sastra Indonesia di Fakultas Sastra pada kampus UNM (Universitas Negeri Malang). Telah banyak menghasilkan buku, artikel apresiasi sastra, serta budaya. Dan aktif menjadi pembicara utama di berbagai forum ilmiah kesusatraan tingkat Nasional juga Internasional.

http://sastra-indonesia.com/2020/12/citra-perempuan-dalam-sastra-10/

No comments:

Post a Comment

A. Anzieb A. Muttaqin A. Qorib Hidayatullah A. Rifqi Hidayat A. Rodhi Murtadho A. Syauqi Sumbawi A.J. Susmana A.S. Laksana A'yat Khalili Abdul Hadi WM Abdul Hopid Abdul Kirno Tanda Abdul Wachid B.S. Acep Zamzam Noor Afrizal Malna Aguk Irawan MN Agus B. Harianto Agus Dermawan T. Agus Noor Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Sri Danardana Agus Sunyoto Agus Wibowo Agusri Junaidi Ahda Imran Ahid Hidayat Ahmad Muchlish Amrin Ahmadun Yosi Herfanda Ajip Rosidi Akhmad Sekhu Akhudiat Ali Audah Alim Bakhtiar Alunk Estohank Amien Kamil Amien Wangsitalaja Aming Aminoedhin Amir Hamzah Ana Mustamin Andhika Mappasomba Andi Achdian Andrenaline Katarsis Anjrah Lelono Broto Anton Wahyudi Anwar Holid Aprinus Salam Arafat Nur Ardy Kresna Crenata Arie MP Tamba Arief Budiman Ariel Heryanto Arif Wibowo Arman A.Z. Arsyad Indradi Aryadi Mellas Aryo Bhawono Asap Studio Asarpin Asep Rahmat Hidayat Asep Sambodja Aulia A Muhammad Awalludin GD Mualif B Kunto Wibisono Badaruddin Amir Balada Bambang Kempling Bambang Soebendo Banjir Bandang Beni Setia Benny Arnas Benny Benke Berita Berita Duka Bernando J. Sujibto Binhad Nurrohmat Boy Mihaballo Budaya Budi Darma Budi P. Hatees Bustan Basir Maras Catatan Cerbung Cerpen Chairil Gibran Ramadhan D. Zawawi Imron D.N. Aidit Daisy Priyanti Dandy Bayu Bramasta Daniel Dhakidae Dareen Tatour Dea Anugrah Dedy Sufriadi Dedy Tri Riyadi Deni Ahmad Fajar Deni Jazuli Denny JA Denny Mizhar Desti Fatin Fauziyyah Dewi Sartika Dhanu Priyo Prabowo Dharmadi Diah Budiana Dian Hartati Didin Tulus Djoko Pitono Djoko Saryono Donny Anggoro Dwi Pranoto Echa Panrita Lopi Eddi Koben Edy A Effendi Edy Firmansyah Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Darmoko Eko Faizin Emha Ainun Nadjib Enda Menzies Erlina P. Lestari Erwin Dariyanto Esai Esti Ambirati Evi Idawati Evi Sefiani F. Daus AR F. Rahardi Fahrudin Nasrulloh Faisal Kamandobat Fajar Alayubi Fakhrunnas MA Jabbar Fandy Hutari Farah Noersativa Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Faza Bina Al-Alim Felix K. Nesi Ferdian Ananda Majni Fian Firatmaja Gampang Prawoto Gema Erika Nugroho Goenawan Mohamad Gola Gong Gombloh Grathia Pitaloka Gunawan Budi Susanto Gunawan Maryanto Gus Noy H.B. Jassin Hairus Salim Hamka Hamsad Rangkuti Hari Murti Haris Firdaus Harry Aveling Hasan Aspahani Hasif Amini HE. Benyamine Hendri Yetus Siswono Herman Syahara Hermien Y. Kleden Holy Adib Huda S Noor Hudan Hidayat Hudan Nur Humam S Chudori Husni Hamisi I G.G. Maha Adi Iberamsyah Barbary Ida Fitri Idealisa Masyrafina Idrus Ignas Kleden Ikarisma Kusmalina Ike Ayuwandari Ilham Ilham Khoiri Imam Cahyono Imam Muhayat Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Tohari Indria Pamuhapsari Indrian Koto Irfan Sholeh Fauzi Isbedy Stiawan Z.S. J.J. Kusni Jadid Al Farisy Jajang R Kawentar Jakob Oetama Jalaluddin Rakhmat Jansen H. Sinamo Joni Ariadinata K.H. Bisri Syansuri K.H. M. Najib Muhammad Kahfi Ananda Giatama Kahfie Nazaruddin Kho Ping Hoo Kika Dhersy Putri Kitab Para Malaikat Kritik Sastra Kucing Oren Kunni Masrohanti Kuswinarto L.K. Ara Lagu Laksmi Shitaresmi Lan Fang Latief S. Nugraha Leila S. Chudori Leo Tolstoy Leon Agusta Lesbumi Yogyakarta Lily Yulianti Farid Linda Christanty Linda Sarmili Lukisan Lutfi Mardiansyah Luwu Utara M. Aan Mansyur M. Faizi M. Raudah Jambak M. Shoim Anwar M.D. Atmaja M’Shoe Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Majene Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mamasa Mamuju Mardi Luhung Marhalim Zaini Maroeli Simbolon Martin Aleida Masamba Mashuri Media KAMA_PO Melani Budianta Mihar Harahap Misbahus Surur Mochtar Lubis Moh. Jauhar al-Hakimi Mohammad Afifi Mohammad Yamin Much. Khoiri Muhammad Fauzi Muhammad Muhibbuddin Muhammad Ridwan Muhammad Subarkah Muhammad Walidin Muhammad Yasir Muhyiddin Mukhsin Amar Munawir Aziz Musa Ismail Mustamin Almandary N Teguh Prasetyo Nadine Gordimer Nara Ahirullah Nelson Alwi Nikita Mirzani Nirwan Ahmad Arsuka Nizar Qabbani Nugroho Sukmanto Nurani Soyomukti Nurel Javissyarqi Nuruddin Asyhadie Nurul Komariyah Ocehan Onghokham Otto Sukatno CR Pamela Allen Pameran Parakitri T. Simbolon Pelukis Pendidikan Penggalangan Dana Peta Provinsi Sulawesi Barat Polewali Pondok Pesantren Al-Madienah Pondok Pesantren Salafiyah Karossa Pramoedya Ananta Toer Pramuka Prasetyo Agung Pringadi AS Pringgo HR Priska Prosa Pudyo Saptono Puisi Puput Amiranti N Pustaka Ilalang PUstaka puJAngga Putu Fajar Arcana Putu Setia Putu Wijaya R Sutandya Yudha Khaidar R. Timur Budi Raja Radhar Panca Dahana Raedu Basha Ragdi F. Daye Rahmadi Usman Rahmat Sudirman Rahmat Sutandya Yudhanto Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rama Prabu Ratnani Latifah Raudal Tanjung Banua Reiny Dwinanda Remy Sylado Resensi Riadi Ngasiran Rian Harahap Ribut Wijoto Rida K Liamsi Riki Fernando Rofiqi Hasan Ronny Agustinus Rozi Kembara Rusydi Zamzami Rx King Motor S Yoga S. Jai Sabrank Suparno Safar Nurhan Saini K.M. Sajak Salman Rusydie Anwar Salman S Yoga Samsul Anam Sapardi Djoko Damono Sapto Hoedojo Sasti Gotama Sastra Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sejarah Seni Rupa Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sirajudin Siswoyo Sitok Srengenge Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sonia Sosiawan Leak Sukitman Sulawesi Selatan Sunaryono Basuki Ks Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Suriali Andi Kustomo Suryanto Sastroatmodjo Susi Ivvaty Susianna Sutan Takdir Alisjahbana Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Syaifuddin Gani Syamsudin Noer Moenadi Syihabuddin Qalyubi Syu’bah Asa Tari Bamba Manurung Tari Bulu Londong Tari Ma’Bundu Tari Mappande Banua Tari Patuddu Tari Salabose Daeng Poralle Tari Sayyang Pattuqduq Tari Toerang Batu Tata Chacha Tatan Daniel Taufik Ikram Jamil Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teater Teddi Muhtadin Teguh Setiawan Pinang Teguh Winarsho AS Tenas Effendy Tengsoe Tjahjono Tenni Purwanti Tito Sianipar Tjahjono Widijanto Toeti Heraty Tosiani Tri Wahono Udin Badruddin Udo Z. Karzi Umar Fauzi Ballah Umar Kayam Umbu Landu Paranggi Usman Arrumy UU Hamidy Uwell's King Shop Uwell's Setiawan W.S. Rendra Wahib Muthalib Wahyudi Akmaliah Muhammad Wan Anwar Wawancara Wayan Sunarta Welly Kuswanto Wicaksono Wicaksono Adi Wilson Nadeak Wisata Yohanes Sehandi Yonatan Raharjo Yopie Setia Umbara Yosephine Maryati Yudhis M. Burhanudin Yukio Mishima Yurnaldi Zamakhsyari Abrar