Thursday, September 3, 2020

Pameran Perupa Gimbal Amien Kamil

Potensi Besar di Tengah Cekaknya Modal

Herman Syahara

akurat.co 11 Mei 2019

Lukisan-lukisan itu terkesan baru saja selesai lalu langsung digantungkan di dinding. Tak ada bingkai atau spanram yang biasanya dipakai perupa untuk “mengemas” sebuah karya lukisan sehingga tampil lebih “catching” dalam sebuah Pameran.

Yang nampak agak “istimewa” --karena posisinya diletakkan di tengah ruang pamer sehingga menyita perhatian, adalah sebuah karya instalasi berjudul Altar For Girl III. Sebuah meja dua tingkat berangka besi dengan alas kaca,  menyangga sebuah radio tua, buku yang terbuka, dan taburan bunga kamboja. Di belakang meja terentang lukisan, juga tanpa bingkai, dengan model seseorang  dalam posisi menghormat dan motif-motif abstrak lainnya.

Demikianlah, perupa, penyair, dan teaterwan Amien Kamil mempresentasikan 20-an karyanya yang antara lain berjudul Nightmare, Egg, On Between, Dart from USA, dan Stones from Another Space, dalam Pameran bertema He(Art): Reflection of Nightmare, di gedung Balai Budaya, Jalan Gereja Theresia, Menteng Jakarta Pusat, yang berlangsung mulai 2 sampai 9 Mei 2019.

Pembukaan yang berlangsung di halaman Balai Budaya itu dilakukan dengan cara yang cukup khas, yaitu dengan iringan tiupan saxophone Sudjiwo Tedjo sebagai pengganti pidato kebudayaan yang semula “didaulatkan” Amien Kamil kepadanya.

“Saya nggak punya ide pidato kebudayaan. Saya main saxophone saja, terus pintu dibuka, saya masuk. Kalian ikut masuk. Saya akan main di dalam sambil nonton lukissan,” usul Sudjiwo seraya mengutip teks lagu lama kesukaannya, Summertime yang populer dibawakan Ella Fitzgerald.

Maka, sambil mengalunkan lagu Barat itu, seniman yang mantan wartawan ini lalu masuk ke ruangan yang pintunya dibukakan oleh perupa Amien Kamil. Diikuti oleh para tamu undangan, Sudjiwo terus meniupkan sax-nya seraya mengelilingi setiap lukisan yang dipamerkan sampai kembali keluar ruangan. Sebuah sajian yang langka dalam sebuah acara Pameran lukisan lukisan.

Kritik sosial

Di mata kurator Pameran, budayawan Rada Panca Dahana, meskipun kemasan Pameran Amien Kamil ini nampak bersahaja, namun di dalam keduapuluh karyanya dia melihat tersimpan potensi gagasan-gagasan besar perupanya.

“Apa yang ditampilkan Amien Kamil ditembok-tembok itu adalah sebuah organisasi kerja pikiran, perasaan, bahkan badan yang tidak sederhana. Yang kurang cuma satu: modal. Saya percaya, kalau punya modal dia mampu melakukan hal itu lebih baik. Yang ada dalam diri amin adalah potensi yang sangat kuat,” kata pria yang sudah 30 tahun bersahabat dengan Amien itu.

Soal cekaknya modal, tanggap Radar, nampak dari ketidakmampuan Amien menggunakan spanram. Spanram adalah benda dari kayu atau bahan lainnya berbentuk segi empat yang digunakan untuk membentangkan material kain atau kanvas sebagai medium lukisan atau karya Seni lainnya.

Kalau diperhatikan dengan saksama, lanjut dia, lukisan-lukisan Amien menyajikan berbagai kritik terhadap kenyataan politik, sosiologis, agamis, dan lainnya, walaupun tema Pameran ini tidak mengindikasikan ka arah itu.

Menurut Radar, dalam Pameran seperti ini yang penting adalah tumbuhnya harapan bahwa senimannya tidak selesai sampai di sini. Tetap bekerja lebih jauh lagi.

“Dan bagaimana pun dia memiliki fungsi tidak hanya secara estetika dan artistik, tapi juga secara sosial, kultural, dan bahkan akademik, politik, dan spiritual,” katanya.

Radar berharap, Amien yang belakangan penjelajahan dan wacananya makin lumayan, akan semakin matang dan melahirkan karya yang bermanfaat bagi masyarakat.

Diiringi saxophone Sutedjo Jiwo

Acara pembukaan Pameran Amien Kamil berlangsung hangat dan menunjukkan luasnya pergaulan sang pelukis. Di samping sambutan dari kurator Radar Panca Dahana pembukaan oleh Sudjiwo Tedjo, hadir perupa Cak Kandar, Sri Warso Wahono, pengelola Balai Budaya Syahnagra, teaterawan Imam Maarif, Aidil Akbar, dan sejumlah seniman lainnya.

Lahir di Jakarta pada 1963, ini merupakan Pameran tunggal Amien Kamil  yang kedua setelah pada 2009 menggelar Pameran lukisan dan instalasi “World Without Word” di Newseum CafĂ©. Amien sebenarnya lebih “bercita  rasa” sebagai orang teater dan film. Dia pernah kuliah di Jurusan Sinematografi di Institut Kesenian Jakarta pada 1986-1996. Kemudian  terlibat dalam berbagai pementasan Bengkel Teater Rendra terlibat di kota-kota besar di Indonesia.

Pengalaman mentasnya di luar negeri sudah cukup panjang, di samping pernah menjadi sutradara pementasan, pemateri workshop teater, dan lighting design. Antara lain pada 1988 ikut serta dalam “The First New York International Festival Of The Arts”, sempat juga mengikuti workshop di “Bread & Puppets Theatre” di Vermont, USA. Pada 1990 ikut pentas di Tokyo dan Hiroshima, Jepang. Lalu 1999 ikut Tour Musik Iwan Fals di Seoul, Korea.

Amien pernah menjadi Lighting Design untuk konser musik Iwan Fals hingga tahun 2002 dan ikut pentas keliling kota besar di Indonesia. Kemudian pada 2003-2005 menjalin kolaborasi dengan penyair Jerman Brigitte Oleschinski serta pentas multimedia di Berlin, Koln, Bremen dan Hamburg. Selain itu dia juga memberikan workshop teater di Universitas Hamburg, Leipzig dan Passau.

Sebagai penyair, pada 2007 Amien telah menerbitkan antologi puisi “Tamsil Tubuh Terbelah” dan masuk dalam 10 besar buku puisi terbaik Khatulistiwa Literary Award 2007. pada Maret 2019 lalu meluncurkan antologi puisi berisi CD musik-puisi berjudul Elegi Untuk Pramoedya Ananta Toer - Catastrophe 1965, yang diresmikan oleh Dirjen Kebudayaan Hilmar Farid, pelataran di Taman Ismail Marzuki (TIM), Jakarta.

“Saya melukis setiap hari dan main drama 24 jam. Mungkin ini sudah adicct (kecanduan), atau bagaimana,” kata lelaki berambut gimbal yang selalu selalu berpenampilan cuek tentang proses kreatifnya itu. 

[Link akurat.co]

No comments:

Post a Comment

A. Anzieb A. Muttaqin A. Qorib Hidayatullah A. Rifqi Hidayat A. Rodhi Murtadho A. Syauqi Sumbawi A.J. Susmana A.S. Laksana A'yat Khalili Abdul Hadi WM Abdul Hopid Abdul Kirno Tanda Abdul Wachid B.S. Acep Zamzam Noor Afrizal Malna Aguk Irawan MN Agus B. Harianto Agus Dermawan T. Agus Noor Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Sri Danardana Agus Sunyoto Agus Wibowo Agusri Junaidi Ahda Imran Ahid Hidayat Ahmad Muchlish Amrin Ahmadun Yosi Herfanda Ajip Rosidi Akhmad Sekhu Akhudiat Ali Audah Alim Bakhtiar Alunk Estohank Amien Kamil Amien Wangsitalaja Aming Aminoedhin Amir Hamzah Ana Mustamin Andhika Mappasomba Andi Achdian Andrenaline Katarsis Anjrah Lelono Broto Anton Wahyudi Anwar Holid Aprinus Salam Arafat Nur Ardy Kresna Crenata Arie MP Tamba Arief Budiman Ariel Heryanto Arif Wibowo Arman A.Z. Arsyad Indradi Aryadi Mellas Aryo Bhawono Asap Studio Asarpin Asep Rahmat Hidayat Asep Sambodja Aulia A Muhammad Awalludin GD Mualif B Kunto Wibisono Badaruddin Amir Balada Bambang Kempling Bambang Soebendo Banjir Bandang Beni Setia Benny Arnas Benny Benke Berita Berita Duka Bernando J. Sujibto Binhad Nurrohmat Boy Mihaballo Budaya Budi Darma Budi P. Hatees Bustan Basir Maras Catatan Cerbung Cerpen Chairil Gibran Ramadhan D. Zawawi Imron D.N. Aidit Daisy Priyanti Dandy Bayu Bramasta Daniel Dhakidae Dareen Tatour Dea Anugrah Dedy Sufriadi Dedy Tri Riyadi Deni Ahmad Fajar Deni Jazuli Denny JA Denny Mizhar Desti Fatin Fauziyyah Dewi Sartika Dhanu Priyo Prabowo Dharmadi Diah Budiana Dian Hartati Didin Tulus Djoko Pitono Djoko Saryono Donny Anggoro Dwi Pranoto Echa Panrita Lopi Eddi Koben Edy A Effendi Edy Firmansyah Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Darmoko Eko Faizin Emha Ainun Nadjib Enda Menzies Erlina P. Lestari Erwin Dariyanto Esai Esti Ambirati Evi Idawati Evi Sefiani F. Daus AR F. Rahardi Fahrudin Nasrulloh Faisal Kamandobat Fajar Alayubi Fakhrunnas MA Jabbar Fandy Hutari Farah Noersativa Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Faza Bina Al-Alim Felix K. Nesi Ferdian Ananda Majni Fian Firatmaja Gampang Prawoto Gema Erika Nugroho Goenawan Mohamad Gola Gong Gombloh Grathia Pitaloka Gunawan Budi Susanto Gunawan Maryanto Gus Noy H.B. Jassin Hairus Salim Hamka Hamsad Rangkuti Hari Murti Haris Firdaus Harry Aveling Hasan Aspahani Hasif Amini HE. Benyamine Hendri Yetus Siswono Herman Syahara Hermien Y. Kleden Holy Adib Huda S Noor Hudan Hidayat Hudan Nur Humam S Chudori Husni Hamisi I G.G. Maha Adi Iberamsyah Barbary Ida Fitri Idealisa Masyrafina Idrus Ignas Kleden Ikarisma Kusmalina Ike Ayuwandari Ilham Ilham Khoiri Imam Cahyono Imam Muhayat Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Tohari Indria Pamuhapsari Indrian Koto Irfan Sholeh Fauzi Isbedy Stiawan Z.S. J.J. Kusni Jadid Al Farisy Jajang R Kawentar Jakob Oetama Jalaluddin Rakhmat Jansen H. Sinamo Joni Ariadinata K.H. Bisri Syansuri K.H. M. Najib Muhammad Kahfi Ananda Giatama Kahfie Nazaruddin Kho Ping Hoo Kika Dhersy Putri Kitab Para Malaikat Kritik Sastra Kucing Oren Kunni Masrohanti Kuswinarto L.K. Ara Lagu Laksmi Shitaresmi Lan Fang Latief S. Nugraha Leila S. Chudori Leo Tolstoy Leon Agusta Lesbumi Yogyakarta Lily Yulianti Farid Linda Christanty Linda Sarmili Lukisan Lutfi Mardiansyah Luwu Utara M. Aan Mansyur M. Faizi M. Raudah Jambak M. Shoim Anwar M.D. Atmaja M’Shoe Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Majene Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mamasa Mamuju Mardi Luhung Marhalim Zaini Maroeli Simbolon Martin Aleida Masamba Mashuri Media KAMA_PO Melani Budianta Mihar Harahap Misbahus Surur Mochtar Lubis Moh. Jauhar al-Hakimi Mohammad Afifi Mohammad Yamin Much. Khoiri Muhammad Fauzi Muhammad Muhibbuddin Muhammad Ridwan Muhammad Subarkah Muhammad Walidin Muhammad Yasir Muhyiddin Mukhsin Amar Munawir Aziz Musa Ismail Mustamin Almandary N Teguh Prasetyo Nadine Gordimer Nara Ahirullah Nelson Alwi Nikita Mirzani Nirwan Ahmad Arsuka Nizar Qabbani Nugroho Sukmanto Nurani Soyomukti Nurel Javissyarqi Nuruddin Asyhadie Nurul Komariyah Ocehan Onghokham Otto Sukatno CR Pamela Allen Pameran Parakitri T. Simbolon Pelukis Pendidikan Penggalangan Dana Peta Provinsi Sulawesi Barat Polewali Pondok Pesantren Al-Madienah Pondok Pesantren Salafiyah Karossa Pramoedya Ananta Toer Pramuka Prasetyo Agung Pringadi AS Pringgo HR Priska Prosa Pudyo Saptono Puisi Puput Amiranti N Pustaka Ilalang PUstaka puJAngga Putu Fajar Arcana Putu Setia Putu Wijaya R Sutandya Yudha Khaidar R. Timur Budi Raja Radhar Panca Dahana Raedu Basha Ragdi F. Daye Rahmadi Usman Rahmat Sudirman Rahmat Sutandya Yudhanto Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rama Prabu Ratnani Latifah Raudal Tanjung Banua Reiny Dwinanda Remy Sylado Resensi Riadi Ngasiran Rian Harahap Ribut Wijoto Rida K Liamsi Riki Fernando Rofiqi Hasan Ronny Agustinus Rozi Kembara Rusydi Zamzami Rx King Motor S Yoga S. Jai Sabrank Suparno Safar Nurhan Saini K.M. Sajak Salman Rusydie Anwar Salman S Yoga Samsul Anam Sapardi Djoko Damono Sapto Hoedojo Sasti Gotama Sastra Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sejarah Seni Rupa Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sirajudin Siswoyo Sitok Srengenge Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sonia Sosiawan Leak Sukitman Sulawesi Selatan Sunaryono Basuki Ks Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Suriali Andi Kustomo Suryanto Sastroatmodjo Susi Ivvaty Susianna Sutan Takdir Alisjahbana Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Syaifuddin Gani Syamsudin Noer Moenadi Syihabuddin Qalyubi Syu’bah Asa Tari Bamba Manurung Tari Bulu Londong Tari Ma’Bundu Tari Mappande Banua Tari Patuddu Tari Salabose Daeng Poralle Tari Sayyang Pattuqduq Tari Toerang Batu Tata Chacha Tatan Daniel Taufik Ikram Jamil Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teater Teddi Muhtadin Teguh Setiawan Pinang Teguh Winarsho AS Tenas Effendy Tengsoe Tjahjono Tenni Purwanti Tito Sianipar Tjahjono Widijanto Toeti Heraty Tosiani Tri Wahono Udin Badruddin Udo Z. Karzi Umar Fauzi Ballah Umar Kayam Umbu Landu Paranggi Usman Arrumy UU Hamidy Uwell's King Shop Uwell's Setiawan W.S. Rendra Wahib Muthalib Wahyudi Akmaliah Muhammad Wan Anwar Wawancara Wayan Sunarta Welly Kuswanto Wicaksono Wicaksono Adi Wilson Nadeak Wisata Yohanes Sehandi Yonatan Raharjo Yopie Setia Umbara Yosephine Maryati Yudhis M. Burhanudin Yukio Mishima Yurnaldi Zamakhsyari Abrar